Laporkan Masalah

Penggunaan terminologi ikhwan, akhwat dan ikhwah oleh aktivis PKS :: Studi kasus pada DPW PKS DIY

MISRAN, Dr. Suhandano, M.A

2008 | Tesis | S2 Linguistik

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan ketiga terminologi yang berasal dari bA itu di kalangan aktivis PKS DIY dan muatan ideologis yang terkandung di dalam penggunaannya. Di samping itu, ia juga menjelaskan kaitan antara muatan ideologis penggunaan ini dengan kognisi para penggunanya. Pemilihan PKS DPW DIY sebagai subjek penelitian didasarkan pada situs web yang dimilikinya, yang menggunakan ketiga terminologi ini secara aktif terutama di dalam rubrik Konsultasi. Di samping itu, di kampus-kampus di DIY juga banyak kegiatan yang dilakukan oleh para aktivis dari PKS. Penelitian ini mengambil data dari lapangan dan kepustakaan. Data dari lapangan berupa data tulisan dan data lisan. Sebelum diteliti, data lisan ditranskripsikan terlebih dahulu. Untuk memperkuat analisis, diambil pula data dari informan dengan metode wawancara. Beberapa informan dipilih berdasarkan keaktifannya di dalam kegiatan-kegiatan PKS dan pengetahuannya tentang ketiga terminologi yang diteliti. Adapun analisis di dalam penelitian ini meliputi analisis struktural mengenai bentuk dan makna dari ketiga terminologi ini. Kemudian dilanjutkan dengan analisis wacana kritis, dengan menganalisis teks, kognisi anggota PKS dan kondisi sosial yang melingkupi PKS. Baik kondisi umat Islam di Indonesia secara nasional maupun kondisi sosial umat Islam di Timur Tengah secara transnasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga terminologi itu tidak jauh berbeda dengan bentuknya di dalam bA dari segi fonologis. Meskipun tetap mempertahankan unsur jender, segi morfologis lainnya yaitu bentuk plural telah diubahsuaikan menjadi bentuk singular. Sementara itu, dari segi makna, ketiganya memiliki makna ideologis di samping makna bahasa. Di dalam penggunaannya ketiga terminologi ini mengalami dikotomi penggunaan untuk dan dikotomi penggunaan kepada. Ketiga terminologi itu selain digunakan untuk menyebut kalangan sendiri juga sering hanya digunakan kepada kalangan sendiri. Penggunaan berdikotomi ini diikuti pula dengan praktek berwacana di dalam teks yang dianalisis. Di samping itu, dari analisis kognisi dan analisis sosial diperoleh pula hasil bahwa dikotomi itu juga meliputi wilayah lain di luar bahasa. Misalnya, dikotomi sikap seperti menikah dengan kelompok sendiri lebih utama daripada menikah dengan seseorang dari luar kelompok. Terlihat bahwa PKS dalam penggunaan ketiga terminologi ini telah terpengaruh oleh keadaan umat Islam di Indonesia dalam tataran lokal, dan terpengaruh oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dalam tataran yang lebih luas.

This Research seeks to provide description about the usage of the three terminologies, which was borrowed from Arabic Language, amongst PKS activists and to analyze their ideological contents when they are used as well. Besides, this research aims at explaining the correlation between ideological content of the use of the terminologies and their users. The province of Yogyakarta was chosen among others as the Party in the region often uses those terminologies, as shown in its website, especially in the rubric of consultation. Another reason was that many activities were often held in several campus in Yogyakarta by the Party activists. The data was obtained from literature and direct contact with the activists. The data from field was in form of writing and oral. Before being analyzed, the oral data was first transcribed. To support the data, several interviews were conducted. The informants were selected based on their involvement in the party and their knowledge on the above terminologies. The analysis employed in this research was structural analysis which looks at forms and meanings of the terminologies. The critical discourse analysis was employed after that to scrutinize the text, the social cognition of PKS activists and the social condition surrounding the party. The social condition refers to Islamic ummah in Indonesia in particular, and in the world in general. The result shows that the above terminologies is quite similar with their original form (in Arabic) from phonological point of view. From morphological perspective, the terminologies still do not consider the singular and plural form. But, the case is different when deal with the gender. In terms of their meaning, besides having linguistic meaning, the terminologies embrace another meaning which is ideological meaning. In their usage, the terminologies underwent dichotomy “for” and “to”. The terminologies, besides being used for their circle, they are used to their circle. The dichotomy usage influences the discourse in the text which was analyzed. From cognitive analysis and social analysis, the dichotomy also occurred outside language realm. For example, the behavioral dichotomy in which they prefer to marry someone from their circle than outside his circle. It is shown in the usage of those terminologies, that the party is influenced by the condition of Islamic ummah in Indonesia in particular, and by the movement of Ikhwanul Muslmin in Egypt in general.

Kata Kunci : penggunaan bahasa, analisis wacana kritis, ideologi, Language Usage, Critical Discourse Analysis, Ideology


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.