Sesenggak dalam bahasa Sasak
SAHARUDIN, Prof. Dr. Marsono, S.U
2008 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi latar belakang sosio-kultural masyarakat pencipta dan penutur sesenggak; (2) mendeskripsikan tentang citraan metaforis dalam sesenggak berdasarkan jenis-jenis acuan yang banyak digunakan sebagai tenor dan vehicle di dalamnya, lalu mengapa acuan tersebut yang banyak digunakan dalam konteks sosio-kultural masyarakat Sasak; dan (3) mengungkap makna atau signifikansi yang terkandung dalam sesenggak berdasarkan pemahaman dan hasil uraian dari poin pertama dan kedua. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi terlibat dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Analisis data dilakukan melalui metode yang diadaptasi dari analisis budaya, yakni yang disebut “model for†dan “model ofâ€. “Model for†artinya konsep yang sudah ada diterapkan ke dalam realitas fenomena ungkapan verbal sesenggak sebagai sebuah realitas budaya masyarakat Sasak di Lombok. “Model of†artinya realitas fenomena bahasa tersebut dipahami dan ditafsirkan. Selanjutnya, peneliti melakukan refleksi dengan informan terhadap sikap atau perilaku dan ucapan mereka, sehingga terjadi penafsiran yang obyektif. Dari hasil penafsiran ini lalu direalisasikan dengan panduan beberapa konsep teoretis yang telah dibangun untuk menemukan pemahaman budaya masyarakat penutur sesenggak dan makna yang terkandung di dalamnya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa di satu sisi peranan latar belakang sosio-kultural masyarakat Sasak sangat dominan dalam memberikan nuansa lokal dalam leksikon bahasa sesenggak. Di sisi lain, latar belakang tersebut kemudian berpengaruh terhadap berbagai persoalan kemanusiaan yang terakomodasi dalam sesenggak yang diciptakan sebagai pengontrol (penilai) sikap dan perilaku individu maupun masyarakat. Oleh karenanya, sesenggak lahir dari gabungan potensio yang diberikan lingkungan alam dan sosio-kultural untuk menata pikiran, gagasan, ingatan, perasaan, pengalaman, pengetahuan, imajinasi, kreativitas, sensitifitas, inteligensi dan kesadaran dengan mengikuti kaidah, hukum, dan struktur sehingga menjadi suatu ungkapan yang utuh, bermakna, rasional, tertata dalam bingkai bahasa dan nurani. Sesenggak tersebut menyajikan citraan metaforis yang acuan-acuan pebanding dan pembandingnya memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada pada ranah pertanian, kehewanan, maupun benda-benda di lingkungan alam sekitar dan anggota badan manusia sendiri, yang merupakan jangkauan kognisi mereka dan cenderung menggambarkan bentuk pikiran mereka (etnopsikologis). Dari berbagai macam acuan pemetaforaan dalam sesenggak tersebut ditemukan berbagai kandungan makna atau signifikansi, yakni tentang nilai-nilai ketuhanan, pendidikan, hukum, pemerintahan, kehidupan berkeluarga maupun sosial, tanggung jawab, perekonomian, dan keharmonian.
The aims of this research are (1) to identify sociocultural background of the society sesenggak’s creators and speakers; (2) to describe the imaging metaphor in sesenggak based on the types of references used as the target domain (tenor) and source domain (vehicle), then why such references have increased of the using in accordance with the Sasak of community sociocultural contexts; and (3) to uncover the meaningful or significance involving sesenggak according to the understanding and description of the results from the first and the second point. The data is collected through participant observation method and in-depth interview with key informant. Researcher analyzed the data using the method adapted from the analysis of culture, which has been called by a "model for" and "model of." Intended "model for" is the concept being applied in fact phenomena expression of sesenggak as reality culture of the Sasak community in Lombok. As for the "model of" is the reality of linguistic phenomena mentioned understood and interpreted. Thus, the researcher reflects with informant on their attitude or behavior and expressions, so that the results to be an objective interpretation. The Interpretation of this result is realized under the supervision of an investigator on the theory consisting of to find understanding of the sesenggak’s speakers sociocultural and find out its significances. Based on the results of research, on one hand, the researcher has found that the involvement of sociocultural background in the Sasak community gives the most dominant in sesenggak’s lexicon (language). On the other hand, the sociocultural background mentioned has much impression on the various humanitarian issues involving sesenggak which created to control (directive-prohibitive) and evaluate an attitude or behavior of someone or certain community of people. On that ground, sesenggak was born from some potential mixtures, which donated the environment and sociocultural organizes thoughts, opinions, memories, senses, experiences, knowledge, imaginations, creativities, sensitivities, intelligences, and consciousness that based on the rules, the laws, and societies structures that to be an united expression, coherent, rational, and organized in the framework of language and conscience. Sesenggak (Sasak proverbs) bears the imaging metaphor which its references of tenor and vehicle is taken from natural sources located in the agricultural area, animals or objects in around the environment and members of the human body themselves, as all are the capacity of their knowledge and this also tend to describe their idea patterns (ethno-psychological). According to the types of sesenggak’s references mentioned we found it types meaningful or significance, i.e. divinity values, education, laws, government, marital life and social life, responsibility, economic, and harmonies.
Kata Kunci : Sesenggak,Budaya Sasak,Signifikansi, Sasak Culture, and Significance