Laporkan Masalah

Kiai Langgar dan Kalebun :: Sebuah studi tentang kontestasi makelar budaya di desa non-pesantren di Madura, Indonesia

SAPUTRO, Muhammad Endy, Prof. Bernard Adeney-Risakotta, Ph.D

2008 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan Agama

Madura merupakan salah satu dari ribuan pulau di Indonesia. Pulau ini sering diidentikkan dengan kiai dan pesantren. Melalui pesantren, kiai menginstitusionalisasikan pengetahuan Islam kepada orang-orang Madura, sehingga membentuk struktur sosial Islam di Madura. Namun, apakah yang terjadi apabila di desa yang tidak memiliki pesantren? Penelitian ini berargumen bahwa ketiadaan pesantren di Madura memunculkan kontestasi para makelar budaya. Ada dua makelar budaya di Gapurana, yaitu kalebun (kepala desa) dan kiai langgar (kiai sebuah surau keluarga). Dua orang makelar budaya ini memiliki parameter sendiri dalam mengimplementasikan tradisi-tradisi mereka di Gapurana. Parameter tersebut adalah tradisi kalebun dan tradisi kiai langgar. Tradisi kalebun berdasarkan preseden sejarah Madura. Di sisi lain, tradisi kiai berdasarkan Qur’an dan Sunnah Muhammad. Dalam penelitian ini, saya menganalisis proses kontestasi dua makelar budaya di Gapurana melalui penerapa kritis konsep Talal Asad tentang tradisi (1993; 1996a; 1996b). Berdasarkan fieldwork saya, saya menemukan data bahwa meskipun tradisi kalebun memberikan efek negatif bagi ekonomi orang-orang Gapurana, namun mereka tetap melaksanakan tradisi kalebun ini. Di sisi lain, tradisi kiai langgar berusaha untuk mencegah orang-orang Gapurana dari efek negatif tradisi kalebun tersebut.

Madura is one of thousand Indonesian islands which identical with kiai and the pesantren. Through the pesantren, the kiai institutionalizes Islamic knowledge into Madurese people. However, what happens if a Madurese village has no pesantren (Islamic boarding school)? My research reveals that the absence of pesantren in Madura raises a contestation of cultural brokers. There are two cultural brokers in Gapurana, namely the kalebun (leader of the village) and the kiai langgar (religious leader of a small mosque). Those two have their own paramater to implement the tradition in that village. These paramaters evoke two distintive traditions in Gapurana, they are the kalebun’s tradition and the kiai’s tradition. The kalebun’s tradition is based on the Madurese historical precedence and on the other hand, the kiai’s tradition is based on Qur’an and tradition of the prophet Muhammad. Applying critically Talal Asad’s concept on tradition (1993; 1996a; 1996b), I analyze those two contestations. Based on my fieldwork, I find that although the kalebun’s tradition gives negative effects of the Gapuranese economics, the Gapuranese people remain conduct the kalebun’s tradition. On the other hand, the kyai's tradition seeks to prevent the Gapuranese from the negative effects of the kalebun’s tradition.

Kata Kunci : makelar budaya, Madura, tradisi, cultural broker, discursive tradition


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.