Laporkan Masalah

Komposisi arsitektur kolonial Belanda di pusat kota Yogyakarta

RACHIM, Ana Nur, Ir. Ismudiyanto, MS

2008 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kebudayaan tidak lepas dari sejarah kehadiran bangsa-bangsa yang membawa budaya asing seperti Belanda, Cina, Jepang , dan Arab. Belanda banyak meninggalkan budaya karena keberadaan bangsa Belanda di Nusantara didukung oleh suatu sistem kekuasaan dan pemerintah yang resmi yaitu pemerintah Kolonial Belanda. Bangunan Kolonial merupakan salah satu hasil budaya yang memiliki nilai sejarah/heritage dan perlu dilestarikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk komposisi arsitektur Kolonial Belanda serta komponen penyusunnya. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu arsitektur dan mendukung kegiatan revitalisasi bangunan tua Kolonial Belanda terutama di Yogyakarta. Fokus amatan adalah bangunan Kolonial yang terbangun di Pusat Kota antara tahun 1755 sampai 1920-an, berdasarkan kelengkapan data terpilih 9 bangunan. Metodologi yang digunakan adalah metodologi penelitian kualitatif pendekatan studi kasus dengan metoda cross sectional. Secara khusus teknik yang digunakan adalah teknik analisis grafis dengan mengkomparasikan variabelnya. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah komposisi bentuk Arsitektur Kolonial Belanda dipusat kota Yogyakarta mempunyai persamaan dan perbedaan. Kesamaannya yaitu: arah bangunan dan main entrance menghadap jalan, bentuk denah sederhana, fasade bangunan cenderung simetris dan terkesan megah, pengulangan beberapa elemen bangunan bergaya Neo-Klasik. Perbedaannya dapat dilihat berdasarkan fungsi bangunan dan tahun pembangunan meliputi: set back bangunan, susunan konfigurasi ruang, artikulasi fasade, dan kelengkapan 11 elemen komponen bangunan Kolonial Belanda.

Yogyakarta as an educational and cultural city can not be separated from the previously nations conquered which carried their foreign cultures, such as Dutch, China, Japan, and Arab. Dutch has many remained culture in Indonesia because its existence is supported by the legal authority and government system, that is Colonial Dutch government. The Colonial Dutch building is one of the result cultural which has historical values and need to be preserved. This research is aimed to know the form of architectural composition of the colonial Dutch buildings as well as the substantial components. The research result is expected to enrich and give an additional reference to the architecture science development and to support the old colonial Dutch buildings revitalization, especially in Yogyakarta. The focus of the research is the colonial buildings in the center of the city between 1755 to 1920s, it has been chosen 9 buildings. The method of the research is qualitative method using case study approach by cross sectional method. Specifically, the technique used in this research is the graphic analysis technique by comparing variables. The result of the comparative study is the similarity and difference of the form composition of the Colonial Dutch architecture in the center of Yogyakarta. The similarity is building direction and the main entrance which faces the street, the simple ichnography form, the building fasade which tend to symmetrical and luxurious impression, some repetition of the some building elements of the neoclassic style. The difference can be seen based on the building function and the year that the building built: the building set back, the formation of space configuration, articulatory fasade, and 11 elements of the Colonial Dutch building components.

Kata Kunci : Komposisi arsitektur,Arsitektur kolonial Belanda,Pusat kota, Architectural Composition, Colonial Dutch Architecture, City Center.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.