Analisis pengembangan Bandar Udara Rahadi Oesman Kabupaten Ketapang
IKBAL, M, Ir. H. Wardhani Sartono, M.Sc
2008 | Tesis | S2 Teknik SipilBandar udara Rahadi Oesman Kabupaten Ketapang membutuhkan suatu transportasi udara yang dapat melayani penumpang, dengan mengatasi keterbatasan daya angkut, keterbasan panjang landasan dan terbatasnya rute penerbangan yang beroperasi saat ini. Melalui analisis sisi udara Bandar udara Rahadi oesman dan penggunaan pesawat alternative diharapkan memberikan sedikit bahan pertimbangan bagi rencana pengembangan Bandar udara Rahadi oesman dalam upaya mengantisipasi perkembangan masa yang akan datang. Sehingga dapat melayani kebutuhan jasa kebandarudaraan aman, nyaman, ekonomis, dan dapat memenuhi kenutuhan masyarakat. Penelitian ini menggunakan analisis data yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi runway , taxiway, apron dan ketebalan landasan yang sesuai dengan kebutuhan pesawat rencana yaitu untuk pelayanan jangka pendek, menengah dan panjang dengan pesawat terbesar boeing 737- 400 dan untuk pelayanan jangka panjang dengan pesawat boeing 737 – 900ER. Dalam pembahasan analisis ini menggunakan metode ICAO (International Civil Aviation Organisation) dan FAA (Federal Aviation Administration). Dari hasil analisis ini 2 unit pesawat ATR-42 dengan dua kali penerbangan diperkirakan tidak dapat melayani jumlah penumpang pada tahun 2010, maka alternatif solusi digunakan pesawat campuran yaitu 2 unit pesawat ATR-42 dan 1 unit pesawat BAE-146 yang dapat mengatasi kebutuhan daya angkut penumpang jangka pendek untuk melayani pesawat ini diperlukan penambahan panjang runway sepanjang 600 m dengan biaya yang cukup ekonomis dan pelayanan penumpang yang cukup optimal. Untuk pelayanan jangka menengah digunakan pesawat boeing 737- 400 yang diperlukan adanya penambahan panjang runway yang semula 1400 menjadi 2490 m, penambahan dimensi apron yaitu panjang 28 m, lebar 68 m, sehingga dapat melayani angkutan penerbangan yang lebih banyak dan masih memungkinkan beroperasi lebih lama dibandingkan dengan pesawat yang ada saat ini. Rencana pengembangan diperkirakan akan membutuhkan dana Rp. 34.210.000.000,00.- (tiga puluh empat milyard dua ratus sepuluh juta rupiah) untuk pengembangan tahap pertama, Rp. 89.673.760,00.- (delapan puluh sembilan milyar enam ratus tujuh puluh tiga juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) dan biaya tahap ketiga sebesar Rp. 9.700.570.000. (sembilan milyar tujuh ratus juta lima ratus tujuh puluh ribu rupiah) sehingga tetap dapat melayani kebutuhan dengan biaya yang relatif ekonomis.
Rahadi Oesman Airport in Ketapang District needs air transport that can serve passengers better, by overcoming the limitedness of passenger load capacity, insufficient length of runway, and insufficient flying routes that are operational. Through the analysis of airside of Rahadi Oesman Airport and the use of alternative planes are expected to be points to consider in the development plan of Rahadi Oesman Airport as an effort to anticipate development in later times. Expected output is meeting the demand of people for a secure, convenient, and inexpensive airport services. The study analyzes the data obtained to evaluate the dimension of runway, taxiway, and apron and the runway's thickness that meets the demand of the planned plane for short, medium, and long-term services with the biggest plane of Boeing 737- 400 and for long-term service with the biggest plane of Boeing 737 – 900ER. The analysis uses the methods of ICAO (International Civil Aviation Organization) and FAA (Federal Aviation Administration). From the analysis it is estimated that 2 units of ATR-42 with two flights will by 2010 no longer be able to serve the number of passengers at that time. Therefore, the solution proposed is the use of 2 units of ATR-42 plus 1 unit of BAE-146. They are expected to be able to meet the passenger load capacity shortterm demand. To serve these planes, which in turn will give optimum service to passengers, the runway needs to be extended by 600 meters long with not very high budget. Medium term service uses Boeing 737- 400. It requires extension of runway from 1400 to 2490 m, extension of dimension of apron to 28 m long and 68 m wide, in order to be able to serve more airborne transport and to be able to operate longer than current planes. Estimated budget for development are Rp. 34,210,000,000 (thirty four billion two hundred and ten million rupiah) for the first phase development, Rp. 89,673,760,000 (eighty nine billion six hundred and seventy three million seven hundred and sixty thousand rupiah) for the second phase, and Rp. 9,700,570,000 (nine billion seven hundred million five hundred and seventy thousand rupiah) for the third phase in order to still be able to meed the demand cost-effectively.
Kata Kunci : Bandar udara,Runway,Pesawat ATR,$2 300,Pesawat Bae,146,Boeing 737,400, Airport, Runway, ATR-42 300, BAE-146, Boeing 737-400