Laporkan Masalah

Variasi keruangan optimalisasi sektor perkebunan dalam menunjang peningkatan pendapatan daerah di Kabupaten Muna

IRADAT, La Ode Muh, Prof. Dr. Suratman Woro, M.Sc

2008 | Tesis | S2 Geografi

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi variasi keruangan potensi pengembangan komoditi perkebunan di Kabupaten Muna; 2) menyusun model optimalisasi sektor perkebunan di Muna Utara dan Buton Utara; 3) menghitung luas lahan optimal untuk pengembangan setiap jenis komoditi perkebunan di Muna Utara maupun Buton Utara; 4) menentukan daerah mana yang memiliki potensi pengembangan sektor perkebunan yang paling tinggi. Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Seluruh populasi akan dianalisis yaitu lahan perkebunan yang berada di 13 kecamatan di Muna Utara dan 4 Kecamatan di Buton utara. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan simulasi optimalisasi adalah evaluasi lahan untuk mengetahui potensi fisik lahan perkebunan masing-masing daerah dan analisis biaya usaha tani untuk mengetahui keuntungan yang telah diperoleh dan keuntungan per-ha untuk setiap komoditi. Nilai keuntungan per-ha untuk setiap komoditi digunakan sebagai fungsi tujuan dalam simulasi optimalisasi dan hasil evaluasi lahan digunakan sebagai variabel fungsi kendala. Variasi keruangan potensi pengembangan sektor perkebunan di Muna Utara dan Buton dapat dilihat dari hasil evaluasi lahan yang menunjukkan bahwa pada lahan perkebunan di Muna Utara terdapat 14 arahan pemanfaatan lahan untuk mengembangkan 7 jenis komoditi perkebunan, sedangkan di Buton Utara hanya ada 9 arahan peanfaatan lahan perkebunan untuk mengembangkan 8 jenis komoditi perkebunan. Berdasarkan hasil evaluasi lahan, disusun model Optimalisasi dengan prinsip Linier Programming. Dalam penyusunan model, keuntungan per-ha dijadikan sebagai fungsi tujuan dan kelas kesesuaian lahan hasil evaluasi lahan dijadikan sebagai fungsi kendala. Hasil simulasi menununjukkan bahwa sumbangan dari sektor perkebunan terhadap pendapatan daerah di Muna Utara dan Buton Utara masih dapat ditingkatkan jika arahan pengembangan komoditi perkebunan dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan berdasarkan karakteristik fisiknya serta mempertimbangkan keuntungan secara ekonomi. Luas optimal pengembangan komoditi perkebunan diperoleh dari hasil simulasi. Di Muna Utara, luas optimal pengembangan komoditi kelapa seluas 5.573,814 ha, kopi 7.500,904 ha, kapuk 4.258,703 ha, lada 2.841,474 ha, jambu mete 4.555,124 ha, kemiri 2.869,486 ha, dan coklat 9.965,632 ha. Sementara itu di Buton Utara luas optimal pengembangan komoditi kelapa seluas 5.963,673 ha, kopi 2.476,439 ha, kapuk 1.412,863 ha, lada 1.817,082 ha, jambu mete 1.642,982 ha, kemiri 1.613,819 ha, coklat 4.444,054 ha dan pala 1.528,325. Selisih luas optimal dengan luas eksistensi lahan perkebunan digunakan untuk menentukan daerah mana yang memiliki potensi pengembangan sektor perkebunan yang lebih tinggi. Hasil perbandingan selisih luas tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan Muna Utara memiliki selisih luas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Buton Utara. Hal ini berarti bahwa Muna Utara memiliki potensi pengembangan sektor perkebunan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Buton Utara.

The research is carried out at Muna Regency, South East Sulawesi Province. The research aims at 1) identifying spatial variation on the potential development of plantation comodity in Muna Regency; 2) designing a model in plantation sector optimization in North Muna and North Buton; 3) calculating optimum land size for developing each type of plantation comodity in North Muna and North Buton; and 4) determining areas possesing highest development potency in plantation sector. The research employs survey method. The entire population analyzed in the research are taken from 13 districts in North Muna and 4 districts in North Buton employing qualitative and quantitative analysis. Land evaluation to identify the physical potency of plantation land in each regions and analysis on farming cost to identify the profit achieved and the profit per ha for each comodity are the stages done before the optimization simulation. The profit value per ha for each comodity is used as purpose function in simulation optimization, whereas the results of land evaluation is used as constraint function variable. Spatial variation potency of plantation sector development in North Muna and Buton can be seen from the result of land evaluation. It indicates that there are 14 directions of land use to be implemented at plantation land in North Muna to develop 7 kinds of plantation comodity, while North Buton can only provide 9 directions of plantation land use to develop 8 kinds of plantation comodity. Based on the results of land evaluation, model optimization is constructed by adopting Linear Programming principle. In constructing the model, profit per ha is taken as purpose function and the class of land suitability, as the result of land evaluation, is taken as constraint function. The simulation results show that the contribution of plantation sector toward regional income in North Muna and North Buton can be increased as long as the directions on the plantation comodity development are conducted by optimizing the land use based on its physical characteristic as well as considering the profit economically. Optimum size of plantation comodity development is obtained from the simulation results. In North Muna, the optimum size of coconut comodity development is 5,573.814 ha, coffee 7,500.904 ha, kapok 4,258.703 ha, pepper 2,841.474 ha, cashew fruit 4,555.124 ha, candlenuts 2,869.486 ha, and chocolate 9,965.632 ha. Meanwhile, the optimum size of comodity development in North Buton are as follow: coconut 5,963.673 ha, coffee 2,476.439 ha, kapok 1,412.863 ha, pepper 1,817.082 ha, cashew fruit 1,642.982 ha, candlenuts 1,613.819 ha, chocolate 4,444.054 ha and nutmeg 1,528.325 ha. The difference between optimum size and existent size of plantation land is used to determine which area posses higher potency in developing plantation sector. The equivalent result of those difference show that, as a whole, North Muna posses higher size difference compared to North Buton. It means that North Muna posses higher potency in developing plantation sector compared to Noth Buton.

Kata Kunci : Variasi keruangan,Optimalisasi,Pendapatan daerah,spatial variation, optimization , Regional Income


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.