Hambatan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun :: Studi tentang penyebab anak tidak bersekolah pada sekolah menengah pertama di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
HARYANA, I Nengah Danta, Drs. Djoko Suseno, S.U
2008 | Tesis | S2 SosiologiPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan menghadapi era globalisasi sekarang ini, sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dalam persaingan bebas di dunia internasional. Sumber daya manusia berkualitas merupakan unsur pendukung utama dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah hasil dari pendidikan. Menyadari pentingnya peran pendidikan yang memegang kunci keberhasilan pembangunan bangsa dan negara, pemerintah memberlakukan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sejak 1994. Setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun diwajibkan menempuh pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama / sederajat. Tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun masih terjadi kesenjangan yang cukup besar antara harapan dengan kenyataan, terutama di Kecamatan Kintamani. Indikator ketuntasan wajib belajar dengan tercapainya angka partisipasi kasar ( APK ) minimal 95 %. Sedangkan di Kecamatan Kintamani sampai tahun 2006 baru tercapai 67,47 %, masih jauh di bawah target nasional yang diharapkan tuntas pada tahun pelajaran 2008/2009. Permasalahannya adalah aspek internal masyarakat apa saja yang menyebabkan implementasi wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli belum mencapai target. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal masyarakat yang menyebabkan anak tidak bersekolah pada tingkat SMP. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisa data dilakukan dengan deskripsi, formulasi dan interpretasi dengan pengecekan keabsahan data berdasarkan trianggulasi. Sebagai wilayah penelitian, Kintamani merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Bangli. Memiliki luas wilayah 1.643,97 km 2 dihuni oleh 90.668 jiwa penduduk yang tersebar di 48 desa dinas. Penduduk usia 7-15 tahun sebesar 17,49 %. Kondisi geografis berbukit-bukit dengan iklim berhawa dingin. Panorama alam yang indah serta budaya Desa Terunyan yang unik, membuat wilayah ini sebagai obyek pariwisata yang terkenal di dalam maupun luar negeri. Mayoritas penduduk berada di pedesaan dengan pekerjaan utama sebagai petani. Kondisi perekonomian masyarakat Kintamani cukup baik. Implementasi program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kintamani masih menemui beberapa kendala. Masih banyak anak yang tidak bersekolah pada tingkat SMP. Setelah tamat SD mereka tidak melanjutkan pendidikannya ke SMP bahkan anak yang telah pernah bersekolah di SMP cukup banyak yang putus sekolah ( drop out ) sebelum menamatkan pendidikannya karena beberapa aspek yang menghambatnya. Berdasarkan temuan di lapangan, aspek-aspek internal masyarakat yang menyebabkan anak tidak bersekolah sehingga belum tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Kintamani berupa: kondisi perekonomian orang tua yang kurang mampu sehingga tidak sanggup membiayai kebutuhan dana pendidikan anak, budaya yang menghambat seperti konsep keadilan dan pemerataan yang keliru yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua anak, banyak anak bekerja di bawah umur, kawin pada usia muda, orang tua berpoligami, diskriminasi jenis kelamin yang lebih mengutamakan anak laki-laki dalam bersekolah, peran dan pola asuh yang keliru , geografis sulit dijangkau dengan medan berupa jurang dan bukit, terisolir karena tidak adanya fasilitas umum yang memadai dan lokasi perumahan penduduk terpencar, kurangnya kesadaran arti pentingnya pendidikan bagi masa depan, ketidakmampuan mengakses kebijakan karena minimnya informasi, aksesibilitas yang kurang, mobilitas yang rendah, kesehatan terganggu karena fisik yang lemah dan menderita suatu penyakit dan faktor khusus yaitu melaksanakan tugas suci dari Tuhan untuk melayani pengobatan masyarakat secara non-medis.
To face the rapid development of science and technology and to be able to survive in modern era, a qualified human resources are needed. It is hoped that the qualified human recources are not only able to competete in international competition but they are also able to take an important role in country development. A qualified human resource is a product of a good education. Considering the importance of education, the government has implemented nineyears primary education program since 1994. People at the age of 7-15 years had to have education, minimally at junior high school. However, it was found that the program could not succesfully done in the ten years. The failure of the program especially found in Kintamani. Indicator of success of the program was decide based on number of participation. The program was considered to be success if the participation number could reach 95 %. The data collected showed the number of participation in Kintamni until 2006 was only 67, 47 %. There were some factors that caused the failure of the program. This study aims at knowing internal factors of the people that made them could not have primary education and knowing the government role in facilitating the people to have education. The methode of the study was descriptive that used case study. The data collected then qualitatively analyzed. In checking the validity of data collected, triangulation was used. From the data some interpretations were then done. This study was taken in Kintamani. Kintamani is the largest area in Bangli.It is about 1643.97 km 2 it as 90668 people and 48 villages. 17.49 % of the people are at the age of 715 years. It has many hills and it is cool there. Kintamani is well known as an interesting place to visit. It is so because Kintamani as beautiful phanorama and a unique tradition, especially in Terunyan village.So, many tourists come to Kintamani. Most of people there work as farmer. Wite fairly good economic conditions. In implementing nine years primary educations program, the government faced problems in Kintamani. There were many elementary school graduates did not continue their education to junior high school. Even, there were still many junior high school students stopped their education before finishing the last grade. They had their own reasons. From the data collected, it could be seen that there were some factors that made elementary school graduates in Kintamani could not continue to junior high school, there are: the grade come from low economic condition so that parents could not pay education need for their children, the culture that humper such as justice concept and wrong average are give a fair deal to the children, many children work underage, they got married earlier, their parents were polygamy, discrimination of gender which is give education to boy priority, wrong role and way educate, it is difficult to reach the geographical with hill and ravine field, it is behind because there are no enough public utility and the location of people housing is dispersed, lack of awareness about the importance of education for the future, the lack of ability accesed policy because minimum information, the lack of accessibility, low mobility, health attack caused, the weak of physical and suffered disease and there are special factor to implemented the holly task from the God in serving society treatment non-medically.
Kata Kunci : Wajib belajar sembilan tahun,Ketentuan wajib belajar,Angka partisipasi kejar,Keberhasilan pendidikan