Laporkan Masalah

Analisis konversi ruang terbuka hijau ke penggunaan perumahan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang

HARTINI, Sri, Harintaka, S.T., M.T

2008 | Tesis | S2 Teknik Geomatika

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Semarang yang cukup pesat berimplikasi pada berkurangnya ruang terbuka (non terbangun) menjadi lahan terbangun. Meski konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) telah ditetapkan dalam Program Pembangunan Daerah sejak tahun 2002, namun salah satu issue yang menyangkut penyelenggaraan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan antara lain menyangkut kurangnya optimalisasi penyediaan ruang terbuka hijau khususnya secara kuantitatif karena terjadi konversi lahan. Untuk mengetahui konversi lahan tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan citra satelit dengan resolusi spasial tinggi, seperti IKONOS dan QuickBird. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran dan konversi RTH ke penggunaan perumahan dalam kurun waktu tahun 2003 – 2007 serta proyeksi konversi RTH pada tahun 2010. Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Tembalang dengan wilayah pembandingnya Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen. Metode analisis yang digunakan adalah Model Gravitasi Hansen atau yang dikenal pula sebagai Model Potensi Lahan untuk mengetahui potensi pengembangan Kecamatan Tembalang, yang menjadikan Tembalang sebagai daerah berkembang. Faktor utama dalam analisis Model Gravitasi Hansen adalah accessibility index dan holding capacity. Accessibility Index untuk mengetahui daya tarik yang terdapat pada suatu wilayah dan kemudahan untuk mencapai wilayah tersebut sedangkan Holding capacity atau ketersediaan lahan kosong untuk mengetahui lahan yang masih dimungkinkan untuk dibangun perumahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RTH tahun 2003 seluas 2.736,84 Ha, RTH tahun 2007 seluas 2.488,73 Ha, sehingga perubahan RTH seluas 248,11 Ha (9, 07%). Perubahan RTH [248,11 Ha (9, 07%)] tersebut menjadi perumahan seluas 73,43 Ha (29,59 %), lahan terbuka seluas 165,44 ( 66,68 %), penggunaan lain seluas 4,63 Ha (1,87 %) dan sisanya seluas 4,61 Ha (1,86%) perubahan masih dalam kategori RTH. Kecamatan Tembalang lebih cepat berkembang karena memiliki daya tarik tertinggi (124,46) dibandingkan dengan kecamatan pembanding sehingga diproyeksikan hingga tahun 2010 Kecamatan Tembalang masih akan berkembang dan mengalami konversi RTH ke penggunaan perumahan setidaknya seluas 29,58 hektar.

The growth and development of Semarang City has implied the decrease of the open space potentially build into built up area. Eventhough the sustainable development’s concept has become the main concept of Local Development Program since 2002, there are problems concerning the management of The Green Open Space (the RTH) in this city. The problems, for example, are the lack of optimalization of the RTH especially quantitatively because land conversion. The high resolution of satellite image, IKONOS and QuickBird, can be used as tools to monitor the change of land conversion. The objective of this research is to know the spread and the progress of RTH conversion to the use as housing areas from year 2003 to the year 2007, also to predict the RTH conversion the year 2010. This research has taken in Tembalang District (Kecamatan Tembalang) as the location which will compared with Banyumanik District, Gunung Pati District and Mijen District. The analysis method that been used by this research is the Hansen Gravity Model or also known as the Land Potential Model. The model is use to determine the development potential of Tembalang District. The primary factors in Hansen Gravity Model analysis are Accessibility Index and Holding Capacity. Accessibility Index is use to know interest in an area and the easiness to access the area. While Holding Capacity or free spaces availability is use to find out the spaces where housing can build. The result of the research showed that RTH the year 2003 as wide as 2.736,84 hectares, RTH the year 2007 as wide as 2.488,73 hectares, so conversion of the RTH as wide as 248,11 hectares (9,07%). Conversion of the RTH to the housing area as wide as 73,43 hectares (29,59%), to the open space as wide as 165,44 hectares (66,68%), to the other using as wide as 4,63 hectares (1,87%) and the rest as wide as 4,61 hectares (1,86%) still in RTH class. Tembalang District development is faster than the other district comparing (Banyumanik, Gunung Pati and Mijen) because Tembalang District has the highest attractiveness (124,46) thus until the year of 2010 the RTH’s conversion to housing areas will be no less than 29,58 hectares

Kata Kunci : Ruang terbuka hijau,Perumahan,Analisis gravitasi,green open space, housing, gravity analysis.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.