Laporkan Masalah

Tradisi penjualan keperawanan sebagai sebuah proses human trafficking dan inisiasi untuk menjadi pelacur pada masyarakat Nusa Tenggara Timur

BAILAO, Jeni Marlina, Prof. Dr. Koentjoro, MBSc., Ph.D

2008 | Tesis | S2 Magister Psikologi

Penelitian ini adalah sebuah penelitian yang menggunakan dua metode kualitatif yaitu metode etnografi dan metode fenomenologi atau yang disebut sebagai metode etno-fenomenologi. Penelitian etno-fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui proses yang berlangsung dari penjualan keperawanan hingga menjadi pelacur, motif yang melatarbelakangi praktek trafficking yang terjadi dan pemaknaan pengalaman penjualan keperawanan bagi anak nona. Wawancara secara intensif dan mendalam digunakan untuk mengumpulkan data dari 4 orang subjek. Responden dikumpulkan dengan menggunakan teknik snowball. Purposive sampling digunakan untuk menentukan subjek penelitian. Ada 4 proses utama dalam rangka pencapaian pengetahuan dengan pendekatan etnofenomenologi, yaitu: epoche, reduksi transendental–fenomenologis, variasi imajinatif serta sintesis dari arti dan esensi. Analisis data dan proses interpretasi, termasuk bracketing, horizonalizing dan meaning units bertujuan untuk memperoleh uraian tekstural. Variasi imajinatif mengarahkan untuk memperoleh uraian struktural serta mengkombinasikan uraian struktural tekstural dan struktural demi menghasilkan pengertian yang universal dan mewakili/menunjukkan responden secara menyeluruh. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan keperawanan anak nona hingga menjadi pelacur dipengaruhi oleh faktor pencetus, faktor pendorong dan faktor anti. Faktor pencetus berasal dari permintaan para lelaki hidung belang yang ingin bersenang-senang, Hasai Naran (menunjukkan nama) dan yang percaya pada mitos mengenai keuntungan yang diperoleh jika berhubungan dengan anak nona perawan. Faktor pendorong berasal dari persediaan, budaya, kemiskinan, tempat yang nyaman dan aman untuk melakukan transaksi penjualan keperawanan, rayuan gombal lelaki hidung belang, rendahnya tingkat pendidikan, persepsi tentang anak yang baik, modeling, adat, perlakuan masyarakat, kepercayaan orangtua tentang prospek yang bagus dalam dunia pelacuran anak. Faktor anti berasal dari agama, belis, perkawinan, pernikahan dan pendidikan.

Two qualitative methods applied in this research are ethnography and phenomenology method known as ethno-phenomenology method. The ethnophenomenology aimed to discover the entire process start from selling the virginity into being a sex worker, motive that instigate trafficking practice and the meaning of the experience of loosing the virginity by child. Intensive and in-depth interview has been used in order to collect data from 4 subjects. Snowball technique used to collect the respondents. Purposive sampling was applied to determine the subject of the research. There are 4 primary processes in order to get to the knowledge by using the ethno-phenomenology approach: epoche, transcendental-phenomenology reduction, imaginative variation and the synthesis of meaning and essence. Data analysis and interpretation process, including bracketing, horizonalizing and meaning units are aimed to attain textural explanation. Imaginative variation intends to gain the structural explanation and to combine textural and structural explanation that end in universal understanding that represents the respondent as a whole. Findings spring from this research show the aspects that instigate the selling of virginity of child into being sex worker affected by triggering factors, driven factors and anti factors. Triggering factors spring from the demand of men who are eager to have fun, Hasai Naran (indicating the name) and those who believe in the myth of the benefit will be achieved by having sex with the virgin. Driven factors emerge from the supply, culture, poverty, comfortable and safe place to do the trafficking of virginity, seduction, love level of education, perception concerning good child, modeling, tradition, treatment from the community, belief of the parents regarding good prospect in child sex worker’s world. Anti factors arise from the religion, belis, marriage, wedding and education.

Kata Kunci : trafficking anak, pelacuran anak, tradisi penjualan keperawanan, trafficking, child sex worker, tradition of virginity trafficking


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.