Pengaruh dimensi keruangan terhadap variasi angka partisipasi kasar (APK) jenjang sekolah menengah di Kabupaten Gunungkidul

SUARTIKA, I Wayan, Dr. R. Rijanta, M.Sc

2008 | Tesis | S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Terjadinya perbedaan tingkat Angka Partisipasi Kasar (APK) antar bagian wilayah menunjukan bahwa pemerintah belum berhasil dalam menyelesaikan problematika aksesibilitas pendidikan secara tuntas. Di Kabupaten Gunungkidul, terlihat adanya perbedaan tingkat APK yang menyolok antar wilayah kecamatan, dan konsentrasi kelengkapan fasilitas sosial dan kegiatan ekonomi pada kota utama saja. Penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan variasi secara spasial Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang sekolah menengah di kabupaten Gunungkidul; (2) menentukan faktor keruangan (spasial) yang paling berpengaruh terhadap variasi Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang sekolah menengah; (3) dan respon masyarakat terhadap variasi keruangan, dalam upaya menyekolahkan anak jenjang sekolah menengah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan rasionalistik yang didasarkan pada pola pikir deduktif. Untuk menganalisa data secara kuantitatif dipakai metode analisis faktor melalui media statistik dengan bantuan komputer program SPSS 10 for windows. Sedangkan informasi kualitatif yang didapat dari wawancara dipakai untuk verifikasi temuantemuan analisa kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi APK antar bagian wilayah, terutama zone tengah yang cenderung memiliki APK tinggi, dibandingkan zone utara dan zone selatan. Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat variasi APK wilayah di Kabupaten Gunungkidul adalah faktor jumlah sekolah menengah di setiap wilayah. Hal ini diperkuat dari data empirik yang menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki jumlah sekolah menengah banyak, dekat dengan pusat pemerintahan, topografi relatif datar mempunyai kecenderungan perolehan APK yang tinggi. Temuan lain bahwa APK rendah tidak berarti banyaknya usia sekolah di suatu wilayah yang tidak bersekolah, tetapi mereka sekolah di luar wilayah tempat tinggal. Demikian pula dengan APK tinggi banyak dipengaruhi oleh orientasi masyarakat dalam memilih sekolah baik jenis maupun lokasi sekolah. Respon masyarakat yang menyekolahkan anak jenjang SLTA terhadap variasi kodisi keruangan adalah : (1) berusaha membelikan sepeda motor anaknya dengan cara menjual kayu jati, akasia, sengon dan sebagian menjual tanah untuk laju jauh sekolah ; (2) urun beli bensin dengan tetangga satu sekolah yang memiliki sepeda motor, sehingga bisa “nunut” pergi pulang menuju sekolah; (3) menyampaikan aspirasi lewat perangkat desa untuk membangun SLTA yang sesuai dengan animo masyarakat. Sedangkan respon masyarakat yang tidak menyekolahkan anak jenjang SLTA adalah : (1) tidak melanjutkan sekolah anaknya karena ketiadaan biaya; (2) tidak melanjutkan sekolah karena anak termotivasi untuk bekerja. Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) penentuan lokasi sekolah tidak hanya didasarkan pada jumlah penduduk melainkan terhadap geografis wilayah; (2) mengusulkan agar adanya perubahan difinisi dan rumus perhitungan APK dan APM yang bisa digunakan baik untuk tingkat wilayah maupun nasional; (3) perlu ada penelitian mengenai aspek-apek yang berkaitan dengan kultur masyarakat, baik yang menyangkut persepsi, sikap, maupun orientasi masyarakat dalam menyekolahkan anak.

The fact that there is the difference of Gross Participation Index (GPI) among sub-regions shows that the government has not been successfully solving the accessibility problem. In Gunungkidul Region, there is a big difference of GPI between each suburban region and the concentration of social and economic facilities in the city areas only. This goal of this research are: 1) to describe the variation of GPI spatially from the high school grade in Gunungkidul Regions; 2) to determine the most influential spatial factor of high school GPI variation; 3) and the respond of the people upon spatial variation, on the effort to educate their children on the high school. The methods used in this research are quantity and quality methods with rationale approach based on deductive thinking paradigm. Data analysis was done using analysis method by statistics media with SPSS 10 for Windows computer programs. The qualitative information taken from the interviews is used to verify the quantitative analysis findings. The research shows that the existence of GPI variation among each region, especially the middle zone which tends to have higher GPI rate compared by south and northern zone. And the most dominantly influential factor which affect the GPI variation rate is the number of high school existence in each region. This reason is strengthened by the existence of empirical data which shows that the region having large number of high school, near the central government area, flat topography tend to have a high GPI gain than the other region. Other evidences show that the lower GPI gain doesn’t mean a lot of school-age children in current area do not study in school, but they can study in other region. Therefore, the higher GPI gain is heavily affected by the people’s orientation in choosing their school quality and location. The responds of people who send their children to the high school grade about the variation of financial conditional are: (1) Making an effort to buy a motorcycle for their children by selling their oak, acacia and sengon wood even half of their owned land so their children can continue their study; (2) Joint their schoolmate to buy a fuel gas, so they can join their friends to make a way to and from school. (3) Sharing an aspiration through the village officer to build a new high school which is suitable with the people favor. And the responds of people whom do not send their children to the high school grade are: (1) not continuing their children’s education because of financial problem (2) not continuing their children because their children tend to have a working motivation better than study motivation. The research proposes some recommendations includes: (1) the choosing a school location should not based on citizen density but based on the geographic area; (2) inquiring the changes of definition and the counting method of GPI and NPI which can be used both on local and national capacity. (3) there is should be a research about the aspect linked with the people culture, as well as about perception, behaviors and people orientation in educating their children.

Kata Kunci : Dimensi keruangan,Partisipasi spasial,Jenjang sekolah menengah