Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
BUDIANTORO, Awal, Ir. Gunung Radjiman, M.Sc
2008 | Tesis | S2 Magister Perencanaan Kota dan DaerahKesadaran terhadap pelestarian sumberdaya hutan semakin dibutuhkan, karena banyak terjadi bencana yang diakibatkan oleh kerusakan sumberdaya ini. Pengelolaan sumberdaya hutan harus berorientasi pada konservasi, tidak hanya pada produksi kayu saja lebih lanjut juga harus diperhatikan keberadaan masyarakat sekitar. Di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang terdapat kawasan hutan yang tajuknya rapat berbeda dengan kawasan hutan yang ada di sekitarnya. Pengelolaannya melibatkan masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya dan keberhasilan pengelolaan sumberdaya hutan dan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sambak. Metode penelitian yang digunakan adalah induktif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: Pertama, keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Desa Sambak dipengaruhi oleh a) adanya ketokohan 2 mantan kepala desa, yaitu S.A. Warsana (1955-1989) yang telah menanamkan pemahaman yang rasional tentang fungsi hutan, dan Bambang Herry Subrastawa (1999-2004) yang mempunyai kharisma dan komitmen dalam pemberdayaan masyarakat dan penyadaran berlembaga, b) adanya kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat bahwa melestarikan hutan adalah ibadah, c) adanya nilai kearifan unggah-ungguh dan gotong-royong yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kedua, upaya masyarakat Sambak dalam mengelola hutan telah memenuhi ketentuan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Ketiga, masyarakat Desa Sambak mempertahankan keberadaan hutan lebih mengedepankan tinjauan ekologi daripada tinjauan ekonomi. Manfaat hutan bagi masyarakat Sambak adalah sebagai berikut: a) Manfaat ekologi: hutan dapat menyimpan air (tandon air), hutan dapat mencegah erosi, hutan dapat menghindarkan bencana banjir dan tanah longsor, b) Manfaat ekonomi: hutan dapat meningkatkan tambahan penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan, c) manfaat sosial budaya: adanya hutan dapat lebih menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong. Keempat, usaha produktif yang dikembangkan di kawasan hutan produksi: a) yang berbasis lahan adalah mengembangkan hijauan makanan ternak (HMT) di antara tanaman pokok; b) yang berbasis bukan lahan adalah pengelolaan wisata dan sumber mata air.
The awareness on forest resources conservation is crucially needed due to the frequent disasters caused by the resource damages. Forest resource management must be oriented on conversation, not only on wood production. If should be involving the surrounding communities. Forest area in Desa Sambak, Kajoran Sub-district, Regency of Magelang has tight pattern different from the surrounding forest. Local community is deeply involved in the management. This thesis aims at discovering the efforts and the success of Desa Sambak community in forestry and environmental resource management. The method applied in this research was inductive qualitative. Data were collected through observation, measurement, in-depth interview and documentation. The research found four conclusions. First, the success of community-based forest management at Desa Sambak is influenced by a) the charisma of two ex-village chairmen, S.A. Warsana (1955-1989) who has planted rational understanding about forest function, and Bambang Herry Subrastawa (1999-2004) who possesses charisma and commitment in community empowerment and institutional awakening, b) the existence of local belief that forest conservation is a religious duty, c) the existence of unggah-ungguh a wisdom value and gotong-royong act of cooperation, which are still practiced in daily life. Second, the Sambak community effort in forest management has fulfilled the assessment for community-based forest management. Third, Sambak community view forest more from ecological view rather than economical view. The benefit of the forest for Sambak villagers are: a) Ecological benefit: forest reserves water, forest prevents erotion, forest prevents flood, b) Economical benefit: forest is a source of extra income and provides job, c) Socio-cultural benefit: forest stimulates cooperation and togetherness. Fourth, productive works developed in production forest area: a) land-based work that is the coplantation of grass-fodder with main plant; b) non land-based work that is water sources and tourism management.
Kata Kunci : Hutan,Kearifan,Berbasis masyarakat, forest, knowledge, community-based