Kajian pengelolaan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasym di Provinsi Riau sebelum dan sesudah otonomi daerah

SANTOSO, Krisno Widodo, Ir. Kawik Sugiana, M.Eng., Ph.D

2008 | Tesis | S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli. Taman ini dimanfatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budi daya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Tahura Sultan Syarif Hasyim meliputi luas 6.172 Ha, yang berada pada tiga kabupaten/kota yaitu Siak, Kampar dan Pekanbaru Provinsi Riau. Sebelum otonomi daerah, Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim dikelola oleh pusat, yaitu Unit/Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau. Sejak otonomi daerah maka pengelolaannya diserahkan kepada daerah yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji proses pengelolaan dan mengidentifikasi output pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim sebelum dan sesudah otonomi daerah, serta mengidentifikasi pengaruh pelaksanaan otonomi daerah terhadap perubahan kondisi fisik Tahura Sultan Syarif Hasyim. Metode yang digunakan adalah metode deduktif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 4 hal utama. Pertama, sebelum otonomi daerah Tahura Sultan Syarif Hasyim dikelola oleh Unit/Balai KSDA Riau sedangkan sesudah otonomi daerah dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Kedua, output pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim sebelum otonomi daerah jumlah dan jenisnya terbatas, sedangkan sesudah otonomi daerah jumlah dan jenisnya lebih banyak dibandingkan sebelum otonomi daerah. Ketiga, pelaksanaan otonomi daerah berpengaruh terhadap pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim yang semula bersifat sentralistis menjadi desentralistis. Penyerahan kewenangan kepada daerah memungkinkan daerah untuk mengembangkan partisipasi dan kemitraan stakeholders, sehingga sumber pendanaan dan output pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim menjadi semakin meningkat. Keempat, pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim tidak melibatkan masyarakat, sehingga terjadi konflik pemanfaatan lahan yang menyebabkan terjadinya degradasi hutan dan semakin berkurangnya tutupan hutan alam di Tahura Sultan Syarif Hasyim. Rekomendasi dari penelitian ini adalah: Pertama, Tahura Sultan Syarif Hasyim sebagai ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah perlu dikembangkan dan dipertahankan kelestariannya sesuai dengan tujuan peruntukannya dengan cara membentuk unit pengelola, peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi/kemitraan stakeholders termasuk masyarakat. Kedua, perlu dilakukan upaya penyelesaian secara arif sesuai peraturan perundangan yang berlaku untuk menyelesaikan konflik pemanfaatan lahan yang ada di dalam kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim.

Taman Hutan Raya (Tahura - Forest Park) is a natural conservation area for flora and/or fauna that are natural or artificial, indigenous or foreign. Such parks have several purposes for research, knowledge, education, cultivation support, culture, tourism and recreation. Sultan Syarif Hasyim Forest Park, covered 6,172 ha of land, is located within under three municipalities/cities of Siak, Kampar, and Pekanbaru in Riau Province. Before the regional autonomy, the Sultan Syarif Hasyim Forest Park was under the control of central government management, under the name of Riau’s Natural Resource Conservation Unit. After the regional autonomy, its management is handed over to the region, under the Riau Province Forestry Office. The study seeks to describe the management process and to identify the output of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park management before and after regional autonomy. It also aims to identify the influences of regional autonomy to changes of physical condition of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park. Deductive-qualitative and quantitative methods were used in this research. The research found several findings. First, before the regional autonomy the Sultan Syarif Hasyim Forest Park was under Riau’s Natural Resource Conservation Unit’s management; after the regional autonomy it is under Riau Province Forestry Office’s management. Second, output of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park when the management was before the regional autonomy was limited in number and variety; output after the regional autono my is more numerous and various. Third, the implementation of regional autonomy has some influence on the management of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park. Formerly the management was centralistic now becomes more decentralistic. Authority transfer to the regional government enables the region to develop stakeholders participation and partnership, thereby increasing the source of funding and the output of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park. Fourth, the management of the Sultan Syarif Hasyim Forest Park did not involve the community, provoking some land usage related conflict and ultimately causing the degradation of forest and the decrease of natural forest coverage in the Sultan Syarif Hasyim Forest Park. The research recommends two things. First, the Sultan Syarif Hasyim Forest Park as the lowland tropical rainforest ecosystem needs to be develop further to conserve its original purpose by forming management unit, institution capacity enhancement and participation/partnership of stakeholders, including community. Second, a settlement for conflicts related to land usage in the Sultan Syarif Hasyim Forest Park needs to be found in accordance to the law.

Kata Kunci : Pengelolaan, Taman hutan raya, Otonomi daerah, Management, Forest Park, Regional Autonomy