Laporkan Masalah

Simulasi penerapan model credit risk (plus) untuk penentuan cadangan kredit KPR di bank X

HUTAHAEAN, Robin Pangihutan, Abdul Halim, Prof., Dr., MBA

2008 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Beberapa tahun belakangan ini hampir semua bank, termasuk Bank X, berlomba dan bersaing untuk meningkatkan laba usahanya melalui penyaluran kredit konsumer. Pada sisi lain, sebagai institusi financial intermediary, risiko terbesar yang dihadapi bank adalah risiko penya luran kredit, yaitu kredit yang disalurkan menjadi gaga! bayar (default) . Oleh karena itu penting bagi bank untuk dapat mengukur risiko kreditnya, dan menyediakan cadangan yang cukup untuk mengcover risiko tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka Bank Indonesia sebagai regulator perbankan, dalam hal ini juga mengatur pencadangan yang perlu disediakan bank terkait pemberian kreditnya. Bank Indonesia sebagai bagian dari lembaga keuangan dunia juga mengakomodasi konvensi intemasional Basel Committee. Pada saat ini Bank Indonesia mengacu kepada Basel 11 Accord untuk dilaksanakan seluruh bank, termasuk Bank X. Dalam ketentuan tersebut bank-bank dapat menggunakan model Standardized Approach atau internal model (Internal Rating Based Approach 11RB Approach) dalam menghitung dan mencadangkan risikonya dengan membentuk modal. Roadmap implementasinya direncanakan pada kuartal IV tahun 20 I 0. Pada saat ini di Bank X pengukuran risiko kredit untuk kredit konsumer dengan pendekatan internal model belum dilakukan. Termasuk di antara kredit konsumer tersebut adalah kredit KPR. Oleh karena itu maka melalui penul isan thesis ini dicoba dilakukan simulasi penerapan sa lah satu internal model yaitu metode Credit Risk+ untuk mengukur risiko kredit KPR dan menghitung cadangan modalnya. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa metode Credit Risk+ ini dapat digunakan dan cukup akurat untuk menghitung risiko kredit KPR di Bank X. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai Expected Loss untuk bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp. 149, 14 milyar dan Unexpected Loss atau VaR untuk bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp. 224,33 milyar dengan tingkat keyakinan 95%. Perhitungan kebutuhan cadangan modal (capital requirement) yang harus disediakan bank adalah sebesar Rp. 17,95 milyar. Perhitungan pencadangan modal ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan standardized approach sesuai SE BI No. 8/3/DPNP tanggal 30.0 1.2006, yang menuntut bank menyediakan modal sebesar Rp. l72,24 milyar. Dengan demikian maka penggunaan metode Credit Risk+ akan memberikan insentif penghematan pembentukan cadangan modal sebesar Rp. 172,24 milyar - Rp. 17,95 milyar = Rp. l54,29 milyar. Kata kunci :Credit Risk+, Pencadanga Kredit, Internal Model, Kredit Pemilikan Rumalt, Basel Committee.

Some years lately most of all bank in Indonesia, including Bank X, has taking race and compete to increase their profit margin throught financing in consumer loans. In the other side, as financial intermediary institution, the biggest risk which faced by bank was risk of lending credit, in this case -.: hen credit become to fail payee (default). Therefore it is necessary for bank to be ab le to measure how big its credit risk, so thereby they can provide capital reserved enough for covering the risk. Related to that mentioned, Bank Indonesia as banking regulator in Indonesia, also arranged regulation of reserve for credit (capital) which need to be provided by bank related to their credit lending. Bank Indonesia as a part of world financial institution also accommodated international convention of Basel Committee. At this moment Bank Indonesia related to Basel II Accord which should be achieved by entire bank in Indonesia, including Bank X. In that regulation, all banks can use model of Standardized Approach or their internal model (Internal Rating Based Approach I IRB Approach) for calculating their credit risk and then forming capital reserved. Road map for implementation this was planned at kuartal IV year 20 I 0. At this moment in Bank X, measurement of credit risk for consumer credit with internal approach model not yet been done. Including among the consumer credit is credit of KPR. Therefore, through writing this thesis is tried to applying simulation one of internal model which is Credit Risk+ Method to measure credit risk of KPR and count credit risk reserve. The result from calculation simulation by using Credit Risk+ method indicating that method can be used and accurate enough to count/calculate credit risk of KPR at Bank X. The result indicated value of Expected Loss for the month of December 2007 is equal to Rp.1 49.13 billion and Unexpec/ed Loss or VAR is equal to Rp. 224.35 billion with confidence level 95%. Totalize capital reserved (cap ital requirement) which must be provided by is Rp. 17,95 billion. This capital reserve calculation is much smaller in comparison with usage of standardized approach accord ing to SE Bl No. 8/3/DPNP 30.0 1.2006, which claiming bank provide minimum capital equal to Rp. 172,24 billion. Thereby hence usage of Credit Risk+ method will give incentive thrift of form ing of capital reserve equal to Rp. I 72,24 billion- Rp. I 7,95 billion = Rp.l54,29 billion. Keywords :Credit Risk+, Capital Reserved, Internal Model, Housing Loans, Basel Committee.

Kata Kunci : Credit risk+,Pencadangan kredit,Internal model,Kredit pemilikan rumah,Basel committee

  1. S2-FEB-2008-Robin_Pangihutan_Hutahaean-Abstract.pdf  
  2. S2-FEB-2008-Robin_Pangihutan_Hutahaean-Bibliography.pdf  
  3. S2-FEB-2008-Robin_Pangihutan_Hutahaean-Tableofcontent.pdf  
  4. S2-FEB-2008-Robin_Pangihutan_Hutahaean-Title.pdf