Studi variasi genetik beberapa populasi merbau (Intsia bijuga O.Ktze) menggunakan penanda isoenzim dan pemanfaatannya dalam program konservasi genetik

YUDOHARTONO, Tri Pamungkas, Prof. Dr. Ir. H.M. Na'iem, M.Agr

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Merbau (Intsia bijuga) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Akhir-akhir ini, eksploitasi kayu merbau sangat intensif dan cenderung mengancam eksistensi merbau pada sebaran alamnya. Kegiatan konservasi sumberdaya genetik mendesak untuk dilakukan untuk menghindari kepunahan jenis ini. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dalam pengembangan strategi konservasi merbau yang tepat adalah kurang/belum tersedianya informasi genetik. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). mengetahui tingkat keragaman genetik merbau, 2). mengetahui penyebaran keragaman genetik antar dan dalam populasi, 3). mengetahui tingkat kekerabatan antar populasi, dan 4). mempelajari tingkat kesesuaian atau hubungan antara variasi genetik berdasarkan sifat-sifat fenotipe dan analisis isozim. Analisis isozim ini dilakukan dengan menggunakan empat sistem enzim yaitu Peroxidase (POD), Esterase (EST), Diaphorase (DIA) dan Glutamate Oxaloacetate Transamirase (GOT). Sampel daun diambil dari setiap anakan alam yang dikumpulkan dari 6 populasi merbau yaitu Haltim, Seram, Waigo, Oransbari, Wasior, dan Nabire. Pada setiap populasi diseleksi minimal 20 pohon induk secara acak. Jumlah total pohon induk yang dipilih dari keenam populasi adalah 129. Hasil studi menunjukkan jumlah allel yang teridentifikasi sebanyak 17 allel yang tersebar pada enam lokus polimorfik. Rata-rata persentase lokus polimorfik adalah 91,7 %. Rata-rata keagaman genetik dalam populasi sebesar 0,392 dan proporsi variasi genetik antar populasi sebesar 0,042. Analisis klaster UPGMA berdasarkan jarak genetik standar Nei dapat diketahui bahwa keenam populasi merbau terbagi kedalam tiga klaster utama. Populasi Haltim dan Waigo membentuk klaster pertama, Nabire, Oransbari dan Wasior membentuk klaster kedua dan Seram membentuk klaster ketiga yang terpisah dari kedua klaster lainnya. Distribusi variasi genetik dalam dan antar populasi ditunjukkan oleh adanya perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter dalam dan antar provenan pada tanaman merbau umur 1 tahun. Meskipun demikian, pengaruh faktor lingkungan masih lebih dominan dibandingkan faktor genetik pada tanaman merbau umur 1 tahun

Merbau (Intsia bijuga) is one of high economic value timbers. Recently, the species has been exploited intensively for timber and this activity has threatened the number of this species in its natural populations. Forest genetic conservation efforts of merbau is urgently conducted to prevent from its extinction. One of the main problems in developing an appropriate genetic conservation strategy is lack of adequate information on genetic diversity of the species. The objectives of this study were to : 1). know the level of genetic diversity in merbau, 2). describe the distribution of total genetic diversity within and among populations, 3). know relatedness among populations, and 4). know the correspondence between genetic variation based on phenotypic attributes and analysis of isozim. Isozyme analysis was carried out using six enzyme systems i.e. Peroxidase (POD), Esterase (EST), Diaphorase (DIA) dan Glutamate Oxaloacetate Transamirase (GOT). Leaves of wildling from six populations were collected. Those populations were Haltim, Seram, Waigo, Oransbari, Wasior, and Nabire. At least 20 mother trees were sampled in each population. Number of mother trees sampled in six populations were 129. The results showed that seventeen alleles identified in this study where those were distributed on six polymorphic loci. The mean percentage of polymorphic loci was 91,7 %. The average genetic diversity within population was 0,392 and the proportion of genetic variation among populations was 0,042. The UPGMA cluster analysis based on Nei’s standard genetic distance reflected three main clusters with Haltim, and Waigo forming first cluster, Nabire, Oransbari and Wasior forming second cluster, and Seram forming third cluster which was separated to two other clusters. Distribution of genetic variation within and among populations was showed by the differentiation of height and diameter growth of merbau plants at one year old. Nevertheless, the environment effect appear to be more dominant than that of the genetic factor at one year old.

Kata Kunci : Intsia bijuga, isozim, fenotipe, keragaman genetik, isozyme, phenotypic , genetic diversity