Keragaman fungi mikoriza arbuskula (FMA) di lahan bekas tambang kapur PT. Semen Tonasa dan efektivitasnya terhadap pertumbuhan semai kersen (Muntingia calabura L.)
PRAYUDYANINGSIH, Retno, Prof. Dr. Ir. Sumardi, M.For.Sc
2008 | Tesis | S2 Ilmu KehutananPenambangan batu kapur meninggalkan lahan dengan kondisi tanah tanpa lapisan top soil dan bahan organik. Ditinjau dari persyaratan pertumbuhan tanaman, faktor-faktor yang menjadi pembatas pada lahan tersebut adalah kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah rendah karena kandungan unsur hara tersedia rendah, tanah yang padat, suhu tanah tinggi, pH tanah yang tinggi dan rendahnya diversitas mikroba tanah. Faktor -faktor tersebut merupakan masalah yang harus dihadapi dalam upaya rehabilitasi lahan bekas tambang kapur. Penelitian bertujuan mengevaluasi status mikroba tanah, khususnya fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada lahan bekas tambang kapur dan perannya terhadap pertumbuhan vegetasi awal. Penelitian dilakukan di lahan bekas tambang ka pur PT. Semen Tonasa, Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Status FMA dipelajari menggunakan sampel tanah dan akar yang diambil dari 4 tipe formasi vegetasi pada lahan tersebut yaitu tanpa vegetasi, vegetasi jarang, vegetasi lebat dan sisa vegetasi alami. Evaulasi status FMA dilakukan menggunakan variabel tipe spora, kerapatan spora, jumlah propagul infektif dan intensitas kolonisasi FMA. Selanjutnya peran FMA diuji menggunakan salah satu tumbuhan dominan setempat yaitu kersen. Hasil penelitian menunjukkan 4 morfotipe spora FMA yang dijumpai pada lahan tersebut yaitu 2 tipe termasuk genus Acaulospora, 1 tipe Gigaspora dan 1 tipe Glomus. Rata-rata kerapatan spora per 100g sampel tanah pada formasi tanpa vegetasi, vegetasi jarang, vegetasi lebat dan sisa vegetasi alami berturut-turut 19, 116, 106, dan 52. Jumlah propagul infektifnya berturut-turut 95, 379, 2.002 dan 1.150. Pengamatan intensitas kolonisasi FMA pada akar 9 jenis tumbuhan di lahan tersebut menunjukkan persentase kolonisasi yang bervariasi yaitu 4,7 - 84,48%. Inokulasi FMA pada kersen menunjukkan ragam respon intensitas kolonisasi FMAnya hampir seragam yaitu mulai dari 89,50 - 97,50%. Peningkatan pertumbuhan tinggi, diameter, biomassa dan serapan P kersen akibat inokulasi FMA secara berturut – turut 212,72 - 238,62%, 118,10 - 140,95%, 441,67 - 466,67% dan 977,78 - 1088,8%. Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status FMA di lahan bekas tambang kapur kurang mendukung pertumbuhan jenis vegetasi setempat dan peran FMA tersebut dapat ditingkatkan melalui introduksi dan inokulasi FMA.
Lime stone mining leaves land with soil conditions of lacking top soil and organic matter. In term of plant growth requirement, the limiting factor in that area include low physical, chemical and biological soil fertility due to low nutrient availability, compacted soil, high soil temperature, high soil pH and low soil microbe diversity. Those factors are the crucial problems to overcome if rehabilitation program are to be done. The research was aimed to evaluate the status of soil microbe particularly arbuscular mycorrhizal fungi on land of post lime stone mine and their role on some species of early vegetation. The research was undertaken in land of post lime stone mining of PT. Semen Tonasa, the laboratory and green house of Forest Research Institute of Makassar. The status of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) was studied based on soil sample collected from 4 vegetation formations i.e. no vegetation, opened, closed vegetation and natural vegetation. Spore type and density, infective propagule and AMF colonization intensity were used as the criteria for AMF status evaluation. The role of AMF was determined based on their infectivity on one of the pioneer species i.e Muntingia calabura L. The result showed that 4 spore morphotypes occupy the land i.e 2 Acaulospora types, 1 Gigaspora type and 1 Glomus type. The average spore density per 100 g soil sample in no vegetation, opened, closed vegetation and natural vegetation were 19, 116, 106; and 52 spore respectively. Infective propagules of those 4 vegetation formations were 95, 379, 2.002 and 1.150 respectively. AMF colonization intensity against 9 endogenous pioneer species varied from 4,7 - 84,48%. Inoculation of AMF to Muntingia calabura L. seedlings resulted in homogenous high colonization intensity of 89,50 - 97,50%. Growth increment of height, diameter, biomass and Phosphorus absorption of M. calabura due to AMF inoculation were 212,72 - 238,62%; 118,8 - 140,95%; 441,67 - 466,67% and 977,78 - 1088,8% respectively. It was conc luded that the status of AMF was too low to support plant growth acceleration and it could be increased by the introduction and inoculation of AMF.
Kata Kunci : Fungi mikoriza arbuskkula,Bekas tambang kapur,Muntingia calabura L,Tahap suksesi.