Evaluasi uji klon jati (Tectona grandis,L.f) umur 9 tahun di KPH Ciamis dan KPH Cepu Perum Perhutani
WARDANI, Bintarto Wahyu, Prof. Dr. Ir. Mohammad Na'iem, M.Agr. Sc
2008 | Tesis | S2 Ilmu KehutananUji klon merupakan tahapan kegiatan pemuliaan pohon dalam rangka penentuan klon-klon terbaik yang diperoleh dari seleksi pohon plus. Klon–klon tersebut akan dikembangkan dalam perhutanan klon. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi klon terbaik pada 2 lokasi uji klon dan mengetahui taksiran perolehan genetik pada karakter tinggi pohon, diameter batang dan bentuk batang Penelitian dilakukan pada pertanaman uji klon jati tahun tanam 1999 Perum Perhutani di Ciamis, Jawa Barat (batuan vulkanik, latosol/inceptisol, 2.740 mm/tahun) dan Cepu, Jawa Tengah (batuan kapur, vertisol, 1.436 mm/tahun). Pertanaman ini merupakan tanaman uji klon hasil kerjasama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan UGM yang materinya berasal dari stek pucuk hasil kebun pangkas jati Perum Perhutani di Cepu. Pertanaman menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan 4 treeplot dan 5 blok, dengan jarak tanam 3 x 3 m. Pada lokasi penelitian di Ciamis, klon yang diuji sebanyak 50 klon, sedangkan di lokasi Cepu sebanyak 65 klon. Karakter yang diukur adalah tinggi pohon, diameter batang dan bentuk batang. Bentuk batang menggunakan skor 1 sampai dengan 6. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat variasi genetik di antara klon yang diujikan di lokasi Cepu dan Ciamis serta kombinasi kedua lokasi pada karakter tinggi, diameter batang dan bentuk batang. Interaksi antara klon dengan lokasi menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter tinggi dan bentuk batang, sedangkan pada karakter diameter tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Ranking 7 klon terbaik berdasarkan indeks seleksi dari karakter tinggi, diameter dan bentuk batang di Cepu adalah: 97, 110, 20, 91, 7, 59 dan 84; di Ciamis adalah: 97, 17, 20, 63, 96, 10 dan 34; dan pada kombinasi lokasi Cepu dan Ciamis adalah: 97, 20, 7, 17, 96, 63 dan10. Penaksiran nilai heritabilitas dalam arti luas untuk karakter diameter, tinggi dan bentuk batang berturut-turut sebesar 0,65, 0,55 dan 0,61 untuk lokasi Cepu; 0,68, 0,52 dan 0,54 untuk lokasi Ciamis dan 0,79, 0,58 dan 0,61 pada kombinasi lokasi Cepu dan Ciamis. Seleksi menggunakan 7 klon menghasilkan perolehan genetik yang paling besar pada karakter diameter dan bentuk batang yaitu 13,27 % dan 16,92 % di Cepu, 13,51 % dan 13,75 % di Ciamis serta 13,82 % dan 13,13 % pada kombinasi lokasi. Korelasi genetik antara karakter diameter dengan tinggi, diameter dengan bentuk batang dan tinggi dengan bentuk batang menunjukkan nilai yang positif. Kesimpulan penelitian ini adalah fenotipe karakter diameter batang lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan dan penggunaan 7 klon terbaik berpotensi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil perhutanan klon.
Clonal test is essential in tree improvement program in order to determine the best clones originated from selected plus trees. These clones would be developed as clonal forestry. The research was aimed to identify the best clone in two conal tested sites and estimate genetic gain on tree height, diameter at breast height (dbh) and stem form characters. This research was conducted at clonal tests in Ciamis, West Java (volcanic materials, latosol/inceptisol, 2,740 mm/year) and Cepu, Central Java (limestone, vertisol, 1,436 mm/year) of Perum Perhutani. This plantation was established in 1999 as a jointly cooperation research between Perum Perhutani and Faculty of Forestry UGM. The genetic materials were propagated from hedge orchard in Cepu. The design was Randomized Completely Block Design with 4 treeplots and 5 blocks as replication. Initial spacing was 3x3m. There were 50 clones tested in Ciamis and 65 clones tested in Cepu. Variables were measured on height, dbh and stem form. Score system (1 to 6) was applied to observe stem form. The results showed genetic variation among tested clones in Cepu and Ciamis sites and combination of both sites on tree height, dbh and stem form characters. Clone – site interaction showed significant difference of height and stem form traits, but non significant difference of dbh trait. The best 7 clones based on selection index of tree height, dbh and stem form traits in Cepu were: 97, 110, 24, 20, 91, 72 and 37; in Ciamis were: 97, 63, 34, 17, 20, 24 and 10; and in both sites were: 97, 20, 7, 63, 17, 24 and 96 respectively. Broad-sense heritabilities of tree height, dbh and stem form were 0.65, 0.55 and 0.61 in Cepu; 0.68, 0.52 and 0.54, in Ciamis; and 0.79, 0.58 and 0.61 in both sites, respectively. The best 7 clones selected on diameter trait showed the highest genetic gain, i.e. 13.27 % in Cepu, 13.51 % in Ciamis, and 13.82 % in both sites respectively. Positive genetic correlations were indicated among traits, i.e. dbh – tree height, dbh – stem form, and tree height – stem form. It was concluded that genetic factor had more influence in comparison with environmental factor on dbh trait and the best 7 clones selected could potentially increase both on quantity and quality of clonal forestry product.
Kata Kunci : Jati,Uji klon,Heritabilitas,Perolehan genetik,Korelasi genetik,teak, clonal test, heritability, genetic gain, genetic correlation