Laporkan Masalah

Evaluasi efektivitas implementasi program GN-RHL di hutan konservasi Sumatera Barat

RAMADHAN, Khairi, Prof. Dr. Ir. H. Djoko Marsono, M.Sc

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Kegiatan perburuan saat ini tidak hanya dilakukan di luar kawasan konservasi namun telah merambah sampai ke dalam kawasan konservasi. Modus dan alat yang digunakan bermacam-macam mulai yang menggunakan jebakan, jerat (tali rafia, seling), racun, pikatan, anjing pemburu sampai dengan senapan angin dan senjata rakitan M16. Sedangkan motifnya adalah untuk diambil dagingnya, sebagai satwa perdaganga n, mau pun satwa peliharaan dengan sasaran buruan utama adalah kijang, rusa, banteng, kelompok primata dan aves. Pada penelitian ini diutamakan pada kasus penjeratan Banteng (Bos javanicus,d’Alton) di zona penyangga dan desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TN Alas Purwo. Penelitian juga ingin mengetahui jaringan kerja penjeratan banteng dari tingkat penjerat sampai pemakai. Penelitian dilakukan pada bulan Juli- September 2007 dengan mengambil data lokasi penjeratan dan jarak lokasi jeratan dengan pos terdekat dan desa terdekat. Secara umum untuk mengetahui jaringan kerja penjeratan banteng dari tingkat penjerat sampai pemakai dengan menggunakan metode observasi (investigasi) dan wawancara. Perspektif masyarakat dalam upaya perlindungan Banteng di Kawasan TN Alas Purwo diteliti dengan mengunakan data sekunder dan data primer. Data primer diambil dengan metode wawancara mengenai persepsi masyarakat terhadap TNAP dan kegiatan masyarakat pada kawasan TNAP. Data sekunder antara lain jumlah penduduk, tingkat sosial ekonomi, serta data lain yang sekiranya dapat menunjang penelitian ini. Lokasi penjeratan banteng berada di 3 lokasi yaitu Sumber Gedang, Hutan Gunting, dan Barat Sadengan. Tiga lokasi ini merupakan jalur utama perjalanan banteng dari Padang Sadengan menuju Sumber Gedang. Diduga terdapat 4-6 kerlompok penjerat yang berasal dari desa sekitar kawasan yaitu Kalipait, Erpa dan Bulu. Setiap kelompok penjerat terdiri dari 6-10 orang yang masih berkerabat atau teman dekat. Penjerat akan menjual hasil jeratanya pada kerabat atau teman dan tetangga terdekat yang dapat dipercaya. Jika hasil yang didapat terlalu banyak dan berlebihan baru akan dijuan pada penadah yang ada. Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan TNAP sangat tinggi dengan intensitas yang cukup tinggi pula karena alasan pemenuhan kebutuhan hidup atau menambah penghasilan.

Banteng is a large endangered mammal that is protected by Indonesian Law and also classified as an endangered species by IUCN. Population and habitat of banteng get high pressure because of habitat destruction and poaching. This research aims to investigate banteng trapping (Bos javanicus d’Alton) in buffer zone of Alas Purwo Nasional Park. Further, the research will investiga te the network of banteng trapping from trapper until buyer. The research was conducted in July to September 2007. Data collected included trapping location near the post Rowobendo and nearby villages. Investigation and interviews were carried out to identify person involve in banteng trapping and to construct the network of banteng trapping from trapper until buyer. Interviews were also conducted to explore the perception of local community on banteng protection and on conservation programs conducted by Alas Purwo National Park. Data of social and economic condition of the local communities were collected by literature studies provided by the local government. The research identified three locations of banteng trapping. They located in Sumber Gedang area, Gunting Forest and West Sadengan area. The locations represent the range of banteng movement Sadengan to Sumber Gedang. There were four to six groups of trapper, which are coming from Kalipait, Erpa and Bulu village. The groups consisted of 6-10 persons with strong social affinity. In general case, the trapper will sell the banteng limited to trusted person such as, friends and neighbors. However, if they got much venison, they will sell it to the existing buyer. Pressure on Alas Purwo national Park from local people is very high, because they were highly dependent on resources in Alas Purwo National Park very high for their daily life. To conserve banteng successfully, further study on habitat and homerange of banteng is needed, security of the park, especially in buffer zone must be improved.

Kata Kunci : Hutan konservasi,Rehabilitasi,Evaluasi, Banteng, trapping. Alas Purwo


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.