Hambatan dalam utilisasi pelayanan kesehatan puskesmas Buleleng I oleh peserta Askeskin
SUARYAWAN, I Gede, dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH., Ph.D
2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Pada tahun 2005 pemerintah mencanangkan Program Jaminan Pemeliharaan Masyarakat Miskin (Askeskin). Target angka kunjungan (visit rate) ke Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat I (Puskesmas) yang ditetapkan adalah rata-rata 15% perbulan. Visit rate peserta Askeskin di Puskesmas Buleleng I termasuk rendah (rata-rata 1,65 % per-bulan), lebih rendah dari target yang ditentukan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan pelayanan kesehatan bagi peserta Askeskin yang dilakukan di Puskesmas Buleleng I dan menggali hambatan dalam utilisasi pelayanan kesehatan Puskesmas Buleleng I oleh peserta Askeskin. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah 18 orang peserta Askeskin, seorang dokter praktek swasta, seorang bidan praktek swasta, dan seorang perawat praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Isu penelitian yang digali adalah hambatan utilisasi pelayanan kesehatan, yakni usia, jenis kelamin, persepsi sakit, persepsi terhadap mutu pelayanan kesehatan, jarak tempat tinggal pasien dengan Puskesmas, akses terhadap transportasi, keterampilan pemberi layanan kesehatan, perilaku pemberi layanan kesehatan. Pengambilan data dilakukan dengan pedoman wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan observasi. Data diolah dan dianalisis dengan cara content analysis. Hasil Penelitian: Pasien Askeskin menerima pelayanan yang sama dengan pasien non Askeskin. Hambatan pemanfaatan pelayanan puskesmas pada tingkat pasien (peserta Askeskin) utamanya adalah persepsi sakit dan pola pencarian pengobatan, persepsi terhadap mutu pelayanan puskesmas, dan persepsi mutu pelayanan swasta. Hambatan pada tingkat pemberi layanan kesehatan adalah kurang optimalnya keberadaan dokter, waktu tunggu yang panjang, dan jam buka puskesmas yang terbatas. Kesimpulan: Persepsi sakit dan pola pencarian pengobatan dan persepsi mutu Puskesmas dan pelayanan swasta menjadi hambatan dominan. Perlu dilakukan usaha-usaha edukasi pada masyarakat miskin yang lebih intensif untuk mengatasi hambatan.
Background: In the 2005 the government of Indonesia launched the specific health insurance program for poor people (namely Askeskin). The visit rate among poor people utilized the Primary Health Centre (Puskesmas) was targeted as 15 % per month in average. The visit rate of Askeskin holders in Puskesmas Buleleng I was lower (1.65 % per month in average) than the targeted rate. This study aimed to describe the health service for Askeskin holders at Puskesmas Buleleng I and in further to identify the barriers in utilization of health service of Puskesmas Buleleng I by Askeskin holders. Methods: The research design was a qualitative research. The subjects were eighteen Askeskin holders, a private medical doctor, a private midwife, and a private nurse living in the Puskesmas Buleleng I catchment area. Purposive sampling was applied to explore issues of age, gender, perceived illness, perception of quality of health services, distance from patient’s home to Primary Health Care , access to transportation, skills of health services provider, and behavior of health services provider. Data were collected through in-depth interview, focus group discussion, and observation. Data analysis was carried out using content analysis. Results: The study revealed that the health services received by Askeskin holders did not differ from services given to other patients. Barriers of utilization of Puskesmas health services at patient level mainly were perception of illness and treatment seeking behavior, perceived quality of Puskesmas services, and perceived quality services of private health provider. Suboptimal service such as unavailability of doctors, long waiting time, and short opening hours of the Puskesmas were barriers at provider level. Conclusion: Perception of illness and treatment seeking behavior and perceive quality of Puskesmas and private health service act as dominant barriers. Community education, specially for the poor, should be carried out intensively to reduce barriers.
Kata Kunci : Pelayanan kesehatan,Masyarakat miskin,Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin,Askeskin, Barriers, health services utilization, poor people.