Laporkan Masalah

Hubungan asuhan pasca keguguran oleh tenaga kesehatan dengan komplikasi abortus di wilayah Kabupaten Parigi Moutong

HARATE, Nurlaela, dr. Ova Emilia, Sp.OG., M.M.Ed, Ph.D

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Angka abortus di Indonesia pertahun mencapai 2 juta kasus atau 37 per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun. Studi pendahuluan yang dilakukan di 5 Puskesmas Kabupaten Parigi Moutong didapatkan data dari 47 kasus abortus yang ada, 15 kasus dilakukan tindakan kuretase dan 4 kasus diantaranya mengalami komplikasi pasca abortus. Tujuan: Mengetahui kejadian komplikasi abortus yang ditangani oleh tenaga kesehatan tidak terlatih/terlatih Asuhan Pasca Keguguran (APK) di rumah sakit dan Puskesmas di wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 57 orang yang berasal dari 1 RS dan 5 PKM. Variabel bebas adalah tenaga kesehatan, variabel terikat adalah kejadian komplikasi serta variabel pengganggu adalah umur kehamilan, paritas, riwayat abortus buatan, anestesi, wilayah tempat tinggal, dan ekonomi keluarga. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2008. Analisis data menggunakan kai kuadrat (x2), stratifikasi, dan uji regresi logistik. Hasil: Hasil analisis bivariabel: (1). ada hubungan yang bermakna antara variabel tenaga kesehatan dengan kejadian komplikasi abortus (RP=1,9; 95% CI=1,14-3,43), (2). ada hubungan yang bermakna antara variabel umur kehamilan dengan kejadian komplikasi abortus (RP=1,7; 95% CI=0,99-2,98), (3). ada hubungan yang bermakna antara variabel paritas dengan kejadian komplikasi abortus (RP=1,9; 95% CI=1,27-3,08), (4). ada hubungan yang bermakna antara anestesi dengan kejadian komplikasi abortus (RP=2,9; 95% CI=1,5-8,44). Hasil analisis stratifikasi menunjukan bahwa variabel wilayah tempat tinggal merupakan modifikasi efek, tapi pada analisis interaksi tidak ada interaksi antara wilayah tempat tinggal dengan tenaga kesehatan (ada faktor kebetulan). Hasil analisis multivariabel dengan memasukan secara bersama yaitu variabel tenaga kesehatan, umur kehamilan dan paritas memberikan kontribusi komplikasi abortus sebanyak 0,19 (19%). Kesimpulan: Wanita dengan abortus yang ditangani tenaga kesehatan tidak terlatih APK mempunyai risiko lebih besar untuk terjadi komplikasi abortus dibandingkan dengan wanita yang ditangani tenaga kesehatan terlatih APK. Wilayah tempat tinggal merupakan modifikasi efek untuk populasi terjangkau tetapi pada populasi sampel wilayah tempat tinggal tidak berinteraksi dengan tenaga kesehatan untuk kejadian komplikasi abortus serta variabel tenaga kesehatan menunjukkan hubungan yang bermakna setelah mengontrol variabel umur kehamilan dan paritas dengan komplikasi abortus.

Background: Abortion rate in Indonesia per year reaches 2 million cases or 37 per 1000 women aged 15-49 years old. The findings of the previous study conducted in 5 Primary Health Centers (PHCs) of Parigi Moutong District showed that of 47 abortion cases, 15 cases were performed with curettage and 4 out of those 15 cases experienced post abortion complications. Objective: To study the incidence of abortion complications assisted by trained/untrained Post Abortion Care (PAC) health providers in hospital and PHCs of Parigi Moutong District. Method: This was a quantitative study with a cross sectional design. Sample was 57 women attending 1 hospital and 5 PHCs in Parigi Moutong District. Independent variable in this study was health provider, dependent variable was the incidence of abortion complications, and confounding variable was gestational age, parity, type of anesthesia, type of residential area, and family income. Data collection was done through questionnaire during March – April 2008. The data were then analyzed using x2, stratification and logistic regression tests. Results: From bivariable analysis, the findings showed that: (1) there was a significant relationship between health provider and abortion complications (RP=1.9; 95% CI=1.14-3.43); (2) there was a significant relationship between gestational age and abortion complications (RP=1.7; 95% CI=0.99-2.98); (3) there was a significant relationship between parity and abortion complications (RP=1.9; 95% CI=1.27-3.08); and (4) there was a significant relationship between anesthesia use and abortion complications (RP=2.9; 95% CI=1.5-8.44). Stratification analysis showed that type of residential area was as a effect modifies for achieved population but not interaction between type of residential area and health providers for sample population. Findings from multivariable analysis showed that health provider, gestational age and parity contributed 0.19 (19%) of incidence of abortion complications. type of residential area Conclusion: An abortion assisted by untrained PAC health providers had a much greater risk of complications than one assisted by trained PAC health providers. Type of residential area was as a effect modifies for achieved population but not interaction between type of residential area and health providers for sample population. Health providers than was significant relationship after controlled gestation age and parity with abortion complications.

Kata Kunci : Asuhan pasca keguguran,Abortus,post abortion care, abortion complication


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.