Keyakinan Masyarakat Tentang Manfaat Toga sebagai Selfcare di Desa Terjun Kota Medan
KRISTINA, Dra. Retna Siwi Padmawati, MA
2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang : Pemanfaatan tanaman sebagai obat merupakan suatu warisan nenek moyang. Catatan tertua penggunaan tanaman obat diperoleh dari bangsa Sumeria. Selain Mesir dan Cina, masyarakat Indonesia telah lama menggunakan pengobatan tradisional memakai tumbuhan, termasuk juga masyarakat Desa Terjun. Desa Terjun memiliki potensi TOGA yang tinggi dan pemanfaatan TOGA oleh masyarakat untuk pengobatan mencapai lebih dari 50%. Masyarakat Desa Terjun Kota Medan memiliki TOGA yang berjumlah 210 jenis tanaman dan terdapat home industri jamu instan. Oleh karena itu peneliti ingin menggali lebih dalam seperti apakah pengaruh keyakinan terhadap sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku masyarakat Desa Terjun dalam pemanfaatan TOGA sebagai selfcare. Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran keyakinan masyarakat tentang manfaat TOGA sebagai selfcare di Desa Terjun. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi 1) sikap terhadap perilaku, 2) norma-norma subjektif masyarakat, 3) dan kontrol perilaku masyarakat. Metode Penelitian : Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, fokus discussion group (FGD) dan observasi terbuka. Untuk validitas melakukan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian : Sebagian besar masyarakat yakin dengan khasiat TOGA. Keyakinan ini mempengaruhi sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku untuk pengobatan sendiri dengan menggunakan TOGA untuk mengobati penyakit ringan atau penyakit berat. Informasi tentang pemanfaatan TOGA diperoleh melalui turun temurun, mahasiswa praktek belajar lapangan, buku, televisi, kader dan kerjasama dengan RS. Haji Medan. Masyarakat juga yakin bahwa obat tradisional tidak memiliki efek samping. Budaya minum jamu dan meramu jamu gendong diperoleh secara turun menurun. Sebagian kecil masyarakat membudidayakan TOGA untuk penambah penghasilan. Kesimpulan : Keyakinan, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku masyarakat Desa Terjun terhadap khasiat TOGA dipengaruhi oleh pengalaman dan pengaruh orang lain. TOGA perlu lebih dilestarikan dengan kerjasama antara masyarakat Desa Terjun, Dinas Kesehatan Kota Medan dan Yayasan Pendidikan RS. Haji Medan.
Background: The utilization of herbal medicine is an ancestor heritage. The ancients note on the use of herbal medicine was found among the Sumerian. Besides people in Egypt and China, the Indonesian had been using traditional herbal treatment including the communities of Terjun village. Terjun Village has high potency of TOGA and the utilization of TOGA by community for treatment was more than 50%. The communities of Terjun Village Medan Municipality had 210 plants types of Tanaman Obat Keluarga (herbal medicine for family-TOGA) and had home industry of instant jamu. Therefore, this research was aimed to explore the influence of belief toward attitude, subjective norm, and control of behavior in Terjun Village in the utilization of TOGA as self care. Objective: This research was aimed to find out the description of community’s belief on the utilization of TOGA as self care in Terjun Village. Specifically, this research was aimed to explore: 1) attitude toward behavior, 2) community’s subjective norms, 3) and community’s behavior control. Method: This was a qualitative research that used phenomenology approach. Data was collected through in-depth interview, FGD and open observation. Triangulation of source and method were used for data validity. Result: Most of the communities believed that TOGA could influence attitude, subjective norm and behavior’s control for the treatment of using TOGA for light and severe disease. Information on the utilization of TOGA was obtained by the community from generation to generation, from students who were in field learning practice, book, television and cadre and the collaboration with RS. Haji Medan. The communities also believed that traditional drugs did not have side effect. The culture of drinking jamu was obtained from generation to generation, and this was also applied in making jamu gendong. Some Villagers cultivated TOGA to earn extra income. Conclusion: Belief, attitude, subjective norm and behavior control of Terjun Village communities toward TOGA’s advantage was influenced by level of experience and influence of others. TOGA needs to be grew up more and more by Terjun Village Communities, Health Departement and The Foundation of Health Education RS Haji Medan.
Kata Kunci : Keyakinan, TOGA, selfcare, Belief