Laporkan Masalah

Hubungan antara kadar interleukin-6 (IL-6) dengan manifestasi klinis sindrom koroner akut

PARINDING, Joni Tampe, Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK(K), MM

2008 | Tesis | S2 PPDS I - Ilmu Kedokteran Klinik

Infark miokard akut (IMA) merupakan manifestasi dari Sindrom koroner akut (SKA) dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi penyakit kardiovaskuler, khususnya penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke-tahun. Beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab aterosklerosis, hingga terjadinya penyakit jantung koroner pada seseorang antara lain: rokok, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, obesitas, usia, jenis kelamin, hiperurisemi, tidak berolahraga, fibrinogen, homosistein, asymetric dimethylarginine (ADMA) dan lain-lain. Terjadinya IMA diawali dengan adanya inflamasi, dimana dihasilkan suatu sitokin yakni interleukin-6 (IL-6) yang menstimulasi faktor-faktor lain sehingga terbentuknya aterosklerosis. Adanya keterbatasan diagnosis terhadap nyeri dada menyebabkan banyak pasien IMA yang tidak terdiagnosis sehingga dalam penanganan tidak tepat yang berakibat kematian. Penderita IMA sekarang ini masih didiagnosis berdasarkan kriteria WHO, diagnosis dengan EKG hanya 50% penderita yang bisa terdiagnosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kadar IL-6 dengan gambaran klinis sindrom koroner akut (SKA). Dengan meningkatnya kadar IL-6 maka klinis sindrom koroner akut semakin berat. Metode penelitian menggunakan rancangan cross-sectional dengan subyek penelitian 61 penderita yang diambil secara berurutan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Semua pasien yang masuk ke IRD atau ICCU dengan gejala sindrom koroner akut yakni nyeri dada yang khas sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang memenuhi kriteria penelitian diambil darahnya untuk diperiksa kadar IL-6 dengan menggunakan metode ELISA. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau profil kadar IL-6 pada penderita sindrom koroner akut. Untuk melihat perbedaan antara kadar IL-6 antara angina pektoris tidak stabil (APTS) dan infark digunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Kadar IL-6 yang meningkat pada penderita SKA diikuti dengan manifestasi klinis yang berat. Rerata kadar IL-6 APTS, NSTEMI (non-ST elevasi Miocard Infarc) dan STEMI (ST elevasi Miocard Infarc) berbeda bermakna dengan uji Kruskal-Wallis (p = 0,001)

Acute myocard infarc (AMI) as one acute coroner syndrome (ACS) manifestation which has elevated number of morbidity and mortality in developing and developed countries. The prevalence of cardiovascular diseases, especially coroner heart disease (CHD) in Indonesia tend to increase year by year. Several risk factors cause ateroclerosis that someone suffered from heart diseases are for example: cigarette, hypertension, diabetes, hypercholesterolemia, obesity, age, sex, hyperuricemia, less or no exercise, fibrinogen, homocystein, asymmetric dimethylarginine (ADMA), and others.The occurrence of AMI start by inflammation which produced a cytokine i.e. interleukin-6 (IL-6), that stimulated other factors to form atherosclerosis. There are some limitations to diagnose chest pain syndrome that cause many AMI patient loss in diagnosis that increase morbidity. The current diagnosis criteria for AMI are adopted from WHO criteria, such as using ECG that can diagnose only 50% of AMI cases. The aim of this study is to find correlation between blood IL-6 level and clinical stages of ACS. This study use cross-sectional study design on 61 subjects are collected consecutively at Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. All of subjects are patient admitted to emergency room or intensive cardiac care unit with the acute coronary syndrome i.e. chest paint according to inclusion and exclusion criteria. Subjects that fulfilled the study criteria are taken blood sample to determine blood IL-6 level using ELISA method. This study is expected to be able to explain blood IL-6 profile in ACS patients. To analyze the diffrence of blood level in unstable angina pectoris (UAP) and AMI use Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test. There are relationship between IL-6 level and clinical stages of ACS. Mean UAP and AMI (STEMI and NSTEMI) are different significant using by Kruskal- Wallis test (p= 0,001).

Kata Kunci : Interleukin 6,Sindrom koroner akut,Infark miokard akut,IL-6, Risk factor, ACS, AMI


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.