Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk penentuan zonasi potensi airtanah :: Studi kasus eksplorasi airtanah di Cekungan Kutai
FACHRANNAS, Hifsi Govindan, Prof.Dr. Dulbahri
2007 | Tesis | S2 Penginderaan JauhPenelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai potensi airtanah di daerah penelitian, yang karena ketiadaan informasi mengenai agihan airtanah menjadi salah satu penyebab utama sulitnya daerah ini berkembang. Meskipun lokasinya cukup strategis berada diantara Kota Samarinda dan Kota Tenggarong atau pada koordinat geografis 116045’00 – 117015’00 Bujur Timur dan 00015’00 – 00045’00 Lintang Selatan. Untuk mencapai tujuan penelitian dan memahami kondisi fisik airtanah daerah penelitian digunakan kajian hidrogeomorfologi sebagai pendekatan untuk mengatahui faktor-faktor yang berperan dalam proses pembentukan airtanah di daerah tersebut. Sedangkan untuk pemetaan zonasi agihan dan potensi airtanah digunakan metode integrasi teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Berdasarkan kajian hidrogeomorfologi ditentukan berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses pembentukan airtanah antara lain seperti bentuklahan, batuan, tanah, kerapatan alur, lereng, kelurusan dan penggunaan lahan. Informasi mengenai bantuklahan, kerpatan aliran, kelurusan dan penggunaan lahan diturunkan melalui interpretasi dan identifikasi citra satelit Landsat TM. Sementara informasi batuan dan tanah diturunkan berdasarkan peta geologi lembar Samarinda skala 1 : 250.000 dan peta tanah semi detail LREP II skala 1 : 50.000, dan informasi mengenai kemiringan lereng diperoleh menggunakan data kontur dari Peta Rupabumi lembar Airputih Bakosurtanal. Keseluruhan informasi ini kemudian digabungkan kedalam kerangka kerja SIG dalam bentuk basisdata hidrogeomorfologi, dengan struktur, skala dan georeferensi yang sama. Untuk menentukan zonasi potensi airtanah. Selanjutnya layerlayer tematik ini diberi nilai menggunakan persamaan algoritma tertentu, yang bobotnya ditentukan atas dasar peranan masing-masing layer dalam pembentukan airtanah di daerah penelitian. Model 3 D perspektif (dem+fcc+data sumur) digunakan untuk verifikasi dan validasi hasil analisis SIG. Untuk menguji tingkat kesesuaian hasil penelitian dengan kondisi airtanah di lapangan digunakan survei geolistrik di tiga titik uji. Berdasarkan penelitian diperoleh 5 (lima) klas potensi airtanah yaitu sangat baik, baik, sedang, jelek dan sangat jelek. Masing-masing seluas 3275,44 Ha, 6436,26 Ha, 2275,85 Ha, 3855,23 Ha dan 35.606 Ha. Berdasarkan data kedalaman sumur dan data survei geolistrik diketahui bahwa rata-rata kedalaman aquifer dangkal pada kedalaman sekitar 30 meter dan aquifer tertekan berada pada kedalaman sekitar 135 meter. Hasil data geolistrik di daerah Teluk Dalam diketahui bahwa aquifer dangkal antara 22,05 meter - 52, meter dan aquifer tertekan pada kedalaman 120,26 meter – 189,41 meter, sedangkan kedalaman sumur yang ada yaitu sekitar 24 meter, 29 meter hingga 32 meter, sehingga dapat dikatakan bahwa sumur-sumur di daerah Teluk Dalam memanfaatkan airtanah pada lapisan aquifer dangkal. Berdasarkan hasil pengujian ini, maka daerah Teluk Dalam mempunyai klas potensi sangat baik sampai baik, sedangkan daerah Muara Badak memiliki potensi baik sampai jelek.
The goal of this research is to give information about ground water potential in researched area where the lack information of potential ground water has primarily caused the city under develop while its location is strategic enough between Samarinda and Tenggarong, or geographically lays between 116045’00 – 117015’00 E and 00015’00 – 00045’00 S. In order to attain the goal of this research and to identify the physical condition of the researched area’s ground water, hydrogeomorphology study approach was used to discover all factors performed in groundwater formation at that area. On the other hand, for groundwater potential mapping, an integrated method of remote sensing and Geographic Information Systems (GIS) was used. Based on hydrogeomorphology study, various important factors of groundwater formation were set such as : landform, rocks, soil, drainage density, slope, lineament and landuse. Information of landform, drainage density, lineament and landuse was derived through Landsat TM satellite image interpretation and identification. Meanwhile, rocks and soil information was reclassify based on Geology map of Samarinda scale 1 : 250.000 and LREP II semi detail soil map scale 1 : 50.000, and slope information was identified by using contour data of Bakosurtanal Aiputih Earth sheet Rupabumi Topographic Map. All these information is then gathered in GIS framework in form of hydrogeomorphology database, with the same structure, scale, and georeference, to determine potential groundwater Zonation. Furthermore, these thematic layers were given values by using specific algorithm equation, which the weights were based on each layers performance in ground water formation of researched area. Perspective 3D Model (dem+fcc+well data) is used to verify and validate GIS analysis result. A Geoelectrical survey at three testing spot is used to examine the suitability of research result and ground water condition in field. Based on the research, there are 5 (five) classes of goundwater potential namely very good, good, moderate, poor and very poor. Each of it has width of 3275,44 Ha, 6436,26 Ha, 2275,85 Ha, 3855,23 Ha and 35.606 Ha. Based on well depth data and geoelectrical survey data, it is known that unconfine aquifer depth is average at 38.08 meter, and conifine aquifer is at 120, meter depth. Geoelectrical data result in Teluk Dalam identified that unconfine aquifer is located between 22.05 meter and 26.06 meter depth, while the existing well depth is around depth of 24 meter, 29 meter up to 30 meter. Therefore, it can be concluded that wells in Teluk Dalam are using ground water at shallow aquifer layer. According to this research, Teluk Dalam is classified at Very Good up to Good potency, while Muara Badak has Good up to Poor potency.
Kata Kunci : Penginderaan Jauh dan SIG,Hidrogeomorfologi,Eksplorasi Airtanah, Integration of remote sensing and GIS, Groundwater, Kutai Basin, hydrogeomorphology.