Penambahan air pada periode kritis dengan sistem Irigasi Tetes untuk meningkatkan produktivitas Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Spesialti Java Coffee di Andisol

BUDIMAN, Subhan Arif, Prof.Dr.Ir. Bambang Djadmo K., M.Sc

2008 | Tesis | S2 Ilmu Tanah

Kopi Arabika pada umumnya memerlukan periode tiga bulan kering untuk dapat mencapai produksi maksimal dan kemudian akan memasuki periode kritis yang menentukan keberhasilan pembungaan. Kebun-kebun penghasil Java Coffee memiliki lima sampai tujuh bulan kering (defisit air) yang terjadi berturut-turut pada April- Oktober sehingga tingkat keberhasilan pemecahan dormansi bunga sangat bergantung pada curah hujan yang turun pada periode kritis kekeringan yaitu pada bulan September-Nopember. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek aplikasi penambahan air selama periode kritis kekeringan terhadap perkembangan bunga dan buah serta tingkat respon perakaran kopi Arabika spesialti Java Coffee. Percobaan dilakukan di kebun milik PT. Perkebunan Nusantara XII UUS (Unit Bisnis Stratejik) Kalisat- Jampit dengan tanaman kopi Arabika (Coffea arabica L.) varietas USDA 762 umur 24 tahun. Desain percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua perlakuan dan 3 ulangan dan masing-masing blok berisi empat tanaman. Perlakuan meliputi aplikasi pemberian air dengan volume 0 mm, 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 60 mm; interval 7 hari sekali dan perlakuan jumlah lubang pelepasan (emiter) yang berjumlah satu dan dua emiter tiap pohon yang merupakan representasi efektifitas perakaran dengan menggunakan sistem irigasi tetes sederhana. Jumlah bunga dan buah terbanyak ditemukan pada cabang B2. Perlakuan 1 emiter memberikan dampak yang nyata bagi pemekaran bunga dan pentil pada cabang B1 serta meningkatkan persentase keberhasilan bunga menjadi buah lebih dari 93% sedangkan perlakuan dua emiter berpengaruh nyata pada pembungaan dan pentil buah pada cabang B2. Aplikasi penambahan air di pada periode kritis kekeringan dapat menaikkan jumlah bunga sebesar 4,33%, pentil buah sebesar 45,17%, dan produktivitas sebesar 25,92%. Cabang B1 memberikan respon yang bagus terhadap aplikasi penambahan air bagi jumlah bunga yakni sebesar 38,68% sementara itu untuk cabang B3 memberikan respon tercepat terhadap aplikasi penambahan air dan meningkatkan jumlah pentil sebesar 66,36%.

Arabica Coffee needs at least three dry months to achieve a maximum production. After passing these periods, the plant would come into the critical drought point. The plantations that produce Java Coffee have five to seven dry months in which water deficit occurs from April to October, so that the break of flower dormancy depends on distribution of rain falling during the critical drought periods (September-November). The objective of this study was to evaluate the effect of supplemental water application during the critical drought periods on flowering and fruit set as well as root response level of Arabica coffee specialty of Java Coffee. The research was done at the Coffee Plantation Estate PT. Perkebunan Nusantara XII in Kalisat-Jampit with 24 years old Arabica coffee (Coffea arabica L.) crop of USDA 762 variety. The experimental design was Randomized Complete Block Design using two treatments and three replications. Each block consisted of four plants. The two treatments were supplemental water applications based on volume as 0, 40, 80, 120 and 240 mm per month with an interval water application of 7 days each. The second treatment was the number of emitter (one and two emitters per crop) representating root as response to simple drip irrigation system. The largest number of flower and fruit set was found in B2 branch. The treatment of one emitter gave a signifant effect on flowering and fruit set at B1 branch and increasing the percentages of flowers developing into fruits by the order of more than 93%. On the other hand, two emitters treatment had signicant effect on flowering and fruit development on B2 branch. Supplemental water application during drought critical periods had increased the number of flower (4.33%), fruit set (45.17%) and coffee productivity (25.92%). B1 branch had better response to supplemental water application in terms of the number of flower (38.68%), while B3 branch had fastest response to supplemental water application and increased the number of fruit set at the order of 66.36%.

Kata Kunci : Tanah Andisol,Kopi Arabika,Produktivitas