Fisibilitas politik identitas dalam pemilihan Kepala Daerah secara langsung :: Studi kasus Pemilihan Gubernur Kalimantan Tengah
SYARKAWI, Dr. I Ketut Putra Erawan, MA
2007 | Tesis | S2 Ilmu Politik (Politik Lokal dan Otonomi Daerah)Tesis ini berjudul fisibilitas Politik Identitas Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Pemilihan Gubernur Kalimantan Tengah). Berdasarkan hasil penelitian lapangan, bahwa politik identitas dalam pemilihan Gubemur Kalimantan Tengah 2005, terbukti cukup kuat dan fisibel sebagai instrumen politik. Baik pada proses penjaringan figur kandidat, maupun pada pelaksanaan kampanye. Pada proses penjaringan, nampak pada penetapan pasangan kandidat Gubemur dan wakil Gubemur periode 2005-2010. Dari lima pasangan kandidat, hanya Agustin Teras Narang,SH yang berpasangan dengan figur dari luar etnis Dayak. Dengan formulasi figur adalah Dayak-Jawa, dan Kristen-Islam. Sedangkan pasangan lainnya, tetap dalam formulasi figur Dayak-Dayak, kombinasi Islam-Kristen, dan perimbangan unsur Daerah Aliran Sungai. Kecuali pasangan Drs.H.Asmawi Agani - H.Kahayani Andelen, SMiK, yaitu figur Dayak- Dayak, Islam-Islam, dan sama-sama berasal dari Barito. Sedangkan pada arena kampanye, politik identitas yang dikemas dalam isu etnis dan agama, merupakan isu yang sangat dominan digulirkan oleh para kandidat. Terutama pasangan Drs.H.Asmawi Agani dan H.Kahayani Andelen, SMiK serta pasangan Drs.H.A.DJ.Nihin dan Ir.Nusa J.Toendan. Sedangkan pasangan Agustin Teras Narang,SH dan Ir.H.Achmad Diran, lebih terfokus pada popularitas figur, dan program kerja. Selanjutnya basis dukungan politik komunitas Dayak, terutama yang Kristen dan Hindu Kaharingan, serta komunitas Jawa, yang berpatisipasi dan berorientasi politik kepada pasangan Agustin Teras Narang,SH dan Ir.H.Achmad Diran, tumbuh secara spontanitas dan dikonstruksikan oleh elit atau Organisasi kemasyarakatan. Untuk etnis Jawa digarap oleh Paguyuban Kulowargo Wong Jowo (Pakuwojo). Sedangkan Gereja berkonsentrasi penuh untuk mengkonsolidasi umat Kristen. Fenomena politik seputar pemilihan Gubemur sebagaimana tersebut di atas, pada dasarnya adalah cerminan kristalisasi aspirasi masyarakat dan elit Dayak Kalimantan Tengah, yang menghendaki bahwa figur Gubemur, adalah berasal dari "putera daerah etnis Dayak, artinya symbolic power tetap berada ditangan orang Dayak", dan untuk posisi wakil Gubemur, terbuka kepada siapa saja, yang penting memiliki komitmen membangun Kalimantan Tengah. Mengacu kepada beberapa hal di atas, dapat dikatakan bahwa fisibilitas politik identitas dalam Pemilihan Gubernur Kalimantan Tengah tahun 2005 masih kuat. Politik identitas merupakan struktur basis politik yang riil. Namun untuk memenangkan kontestasi dalam pemilihan Gubemur, maka politik identitas dipandang perlu dijalankan secara sinergis, intensif, konsisten dan dilakukan simultan dengan faktor-faktor lain, seperti ; popularitas figur, program kerja yang konkrit, strategi kampanye yang mantap, dana yang memadai, dukungan media massa, ormas dan eIit serta kondisi fisik kandidat yang prima.
The thesis entitled “Identity Politic Feasibility on Direct Local Government Head Election (A Case Study of Governor Election of Kalimantan Tengah)â€. According to field findings, identity politic on governor election of Kalimantan Tengah 2005 evidently sufficient and feasible as political instruments, both in candidate figure screening or campaign. On screening process, it appears on candidate pair determining of governor and vice governor 2005-2010. Of 5 pair candidate, only Agustin Teras Narang, SH that paired with figure outside Dayak ethnics, with formulation of Dayak-Java, and Christian-Islam. Other pairs remained of formulation Dayak-Dayak, combination of Islam-Christian, and Daerah Aliran Sungai (Flood Bank Region), except for pair of Drs. H.Asmawi Agani – H. Kahayani Andelen, SMiK, which has formulation of Dayak-Dayak, Islam-Islam, and came from the same origin that is Barito. Within campaign arena, identity politic wrapped on ethnic and religion is a prominent issue thrown by candidates, especially pair of Drs. H.A.Asmawi and H.Kahayani Andelen, SMiK as well as Drs. H.A.DJ. Nihin and Ir. Nusa J.Toendan whereas pair of Agustin Teras Narang, SH and Ir.H.Achmad Diran rather focused on figure popularity and work plan. Furthermore, political support base of Dayak community, especially Christian and Hindu Kaharingan, and Java community, which enrolled and political oriented to pair of Agustin Teras Narang, SH and Ir. H. Achmad Diran, grow spontaneously and constructed by elite or social organization. For Java ethnic it is worked by Paguyuban Kulowargo Wong Jowo (Pakuwojo), while Church is fully concentrated on consolidating the Christians. Political phenomenon around governor election as stated above, basically is a reflection of communities aspiration crystallization and elite of Dayak Kalimantan Tengah, who intended that governor figure is came from “native Dayak, which mean symbolic power will hold by Dayak peopleâ€, and for vice governor, it is open to anyone who committed to development of Kalimantan Tengah. According to this, it can be said that feasibility of identity politic on election of governor Kalimantan Tengah 2005 is considered high. Identity politic is a real political base structure. However, in order to win competition, thus sort of politic need to be aligned with others factors (figure popularity, concrete work plan, strong campaign strategy, sufficient fund, mass media support, mass organization, and a prime condition of candidate) intensively and consistent.
Kata Kunci : Pilkada,Fisibilitas Politik Identitas