Integrasi sosial warga eks PKI dalam masyarakat :: Studi tentang integrasi sosial warga eks PKI dalam masyarakat di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
SUTEJA, I Wayan, Drs. Bambang Purwoko, MA
2008 | Tesis | S2 Ilmu Politik (Politik Lokal dan Otonomi Daerah)Tulisan ini membahas tentang integrasi sosial warga eks PKI dalam masyarakat Di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Penelitian ini menggali dan mengeksplorasi mengenai proses integrasi sosial warga eks PKI dalam masyarakat, sehingga warga eks PKI bisa membaur dan diterima secara sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Hal ini berbeda dengan yang dialami oleh warga eks PKI yang ada di Pulau Jawa, mereka dikucilkan dan disisihkan dari kehidupan masyarakat. Negara pada masa orde baru dengan aturan hukumnya juga melakukan diskriminasi terhadap mereka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Data diperoleh dari sumber data primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara/interview, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warga eks PKI yang ada di Desa Duda Timur dapat melakukan integrasi sosial dalam masyarakat dengan baik. Integrasi warga eks PKI dalam masyarakat tersebut, pada bidang sosial dapat dilihat dari kesediaan untuk menerima warga eks PKI menjadi keluarga (perkawinan), kesediaan untuk menerima warga eks PKI menjadi kawan/sahabat, kesediaan menerima warga eks PKI menjadi tetangga, berjalannya upacaraupacara keagamaan dalam masyarakat, tidak adanya konflik antara warga eks PKI dengan masyarakat. Dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari banyaknya peluang pekerjaan bagi warga eks PKI dalam masyarakat, hubungan yang baik antara warga eks PKI dengan masyarakat dalam bidang pekerjaan, dan kesediaan masyarakat untuk melakukan hubungan dagang dengan warga eks PKI. Sementara dalam bidang politik dapat dilihat dari kesediaan menerima warga eks PKI menjadi krama (anggota) banjar pakraman, hak dan kewajiban dalam banjar pakraman yang sama antara warga eks PKI dengan masyarakat, dan keterlibatan warga eks PKI dalam kegiatan banjar pakraman. Integrasi yang baik tersebut disebabkan karena, pertama, sejarah masa lalu hubungan sosial masyarakat yang berlangsung dengan baik, sebelum peristiwa Gestok (Gerakan Satu Oktober) tahun 1965. Kedua, struktur sosial yang dimiliki masyarakat seperti adanya norma-norma yang berupa konsep manyama braya dan adat-istiadat yang selalu dipegang oleh masyarakat dalam setiap melaksanakan hubungan di masyarakat dan modal sosial yang dimiliki masyarakat, baik dalam melakukan hubungan antar warga (hubungan interpersonal) atau melakukan hubungan dengan kelompok (interaksi sosial). Berjalannya dengan baik integrasi sosial warga eks PKI dalam masyarakat, memperlihatkan kegagalan negara pada masa orde baru mengkonstruksi pemikiran masyarakat untuk ikut mendiskriminasi warga eks PKI. Negara hanya mampu membatasi ruang gerak warga eks PKI, pada bidangbidang atau lahan pekerjaan tertentu yang disediakan oleh negara. Sementara dalam masyarakat, hubungan antara warga eks PKI dengan masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi dan politik dapat berjalan dengan baik tanpa terpengaruh oleh kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh negara. Pada masa reformasi, kebijakan negara yang mendiskriminasi warga eks PKI ini sudah tidak ada lagi, sehingga mereka bisa hidup dengan baik dan bisa melaksanakan segala hak dan kewajibannya sebagai warga negara, sama seperti warga masyarakat yang lainnya
The paper concerned with process social integration of ex-PKI within societies of Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Bali, so that they can accepted socially, economically, and politically within thus society. This differs from what being experienced in Java, where they strictly excluded. The government of new regime with their regulation has also discriminated them. The study is descriptive exploratory research. Data gathered from primary and secondary source, using in-depth interview, observation and documentation. The result show that ex-PKI were well-socialized within Desa Duda Timur. From social facet, it seen from inter-background marital, acceptance within fellowship, neighborhood, well-going religion/ritual conducts, and there is no conflict among them. From economy point of view, there are many employments for ex-PKI, good interrelationship within workplace, and good will of society to make a trading with ex-PKI. Finally from political facet, it can be seen from acceptance of societies that ex-PKI become krama (member) banjar pakraman, the equal right and duty, and involvement of ex-PKI within activity of banjar pakraman. The good integration stated above is resulted from, first, good social interaction in the past, before the incident of Gestok (Gerakan Satu Oktober) 1965. Secondly, social structure including norms of manyama braya and customs is always be hold by societies within their daily interaction, whether interpersonal or social interaction. This evidenced that government failed to constructed societies thought to discriminate ex-PKI. Government can only restricted the field where they provide. In societies, instead, interrelationship between local societies and ex-PKI not influenced by thus government-made policies. In this reformation regime, there is no more discrimination toward ex- PKI, so that they can live better and doing all of right and duty as well, the same as other societies.
Kata Kunci : Integrasi Sosial,Warga Eks PKI,government, social integration, ex-PKI and societies