Laporkan Masalah

Nasionalisme religius dalam novel Al-Yaumul-Mau'ud dan An-Nidaul Khalid karya Najib Al-Kilani :: Analisis intertekstual

AZZUHRI, Muhandis, Dr. Sangidu, M.Hum

2008 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan Agama (Kajian Timur Tengah)

Wacana nasionalisme merupakan sebuah penemuan sosial yang paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah manusia, paling tidak dalam seratus tahun terakhir. Tak ada satu pun ruang sosial di muka bumi yang lepas dari pengaruh ideologi ini. Tanpa nasionalisme, lajur sejarah manusia akan berbeda sama sekali. Najīb Al-Kīlānī sebagai seorang novelis mesir, menggoreskan wacana nasionalisme dalam kedua novelnya, yaitu Al-Yaumul-Mau'ūd (1961) dan An-Nidāul Khālid (1969). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya muatan nasionalisme religius dalam novel Al-Yaumul-mau'ūd dan An-Nidāul Khālid, dengan harapan dapat menemukan simpul-simpul benang merah bahwa pemahaman nasionalisme tidaklah bertentangan dengan agama. Studi ini dilakukan dengan memanfaatkan teori intertekstual dengan menggunakan suatu metode perbandingan dengan membandingkan unsur tema saja, yaitu muatan nasionalisme religius dalam novel Al- Yaumul-Mau'ūd dan An-Nidāul Khālid karya Najīb Al-Kīlānī. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa inspirasi nasionalis religius yang dikemukakan oleh Najīb Al- Kīlānī dalam novel merupakan hasil pergaulan intelektual Najīb Al-Kīlānī dengan beberapa tokoh nasionalis religius lainnya diantaranya adalah Jamāluddīn Al- Afghānī, Muhammad Abduh, Qāsim Amīn, dan Hāfizh Ibrāhīm. Pemikiran nasionalisme religius menurut Najīb Al-Kīlānī bukanlah produk nasionalis sekuler, tetapi bersumber dari ajaran Islam yang digali dari nation-state Madinah yang didirikan oleh nabi Muhammad Saw. Nation-state Madinah ini tidak hanya ditujukan pada ikatan agama, ras, suku dan golongan; tetapi dari persamaan satu kesatuan politik dan satu persepsi bersama bahwa seorang yang berjiwa nasionalis tetap bisa mengamalkan agamanya, tanpa kehilangan rasa nasionalismenya. Di samping itu, pesan-pesan nasionalisme religius yang disampaikan oleh Al-Kīlānī dalam novel Al-Yaumul-Mau'ūd ini melalui beberapa tokoh yang terdapat dalam novel, yaitu Adnān bin Mundzir, Abdul A'lā bin Salmān, Zamrudah, Yāqūtah dan Raja Louis IX. Adapun dalam novel An-Nidāul Khālid, yaitu Kiai Anbah, Khalaf Abdul Mutajallī, Ahmad Afandī Syalabī, Yūsuf Jundī dan Tuan Balnat.

Discourse of nationalism is the most amazing social discovery within the journey of human being history. There is no even one social space in the world which is free from the influence of this ideology. Without the nationalism, lane of human history will be extremely different. Najīb Al-Kīlānī, a well known novelist from Egypt, wrote his idea on the discourse of nationalism on his two great novels which are titled Al-Yaumul-Mau'ūd (1961) and An-Nidāul Khālid (1969). This research is intended to prove the existence of religious nationalism idea on novels Al-Yaumul-mau'ūd and An-Nidāul Khālid, it is hoped that this research will be able to draw the link which is strengthening that nationalism is not in contradiction with religion. This kind of nationalism is then called “religious nationalism”. This study is conducted with intertextual theory, by using comparison method. This research will be limited to the theme substance which is the religious nationalism idea on the novel Al-Yaumul-Mau'ūd and An-Nidāul Khālid written by Najīb Al-Kīlānī. This research found that the “religious nationalism idea” which was pointed out by Najīb Al-Kīlānī on his two novels was a result of his intellectual relationship with some other religious nationalism figures at that period. Some of them were Jamāluddīn Al-Afghānī, Muhammad Abduh, Qāsim Amīn, dan Hāfizh Ibrāhīm. In addition, according to Najīb Al-Kīlānī, thinking of religious nationalism is based on the product of Islam lesson/theory which has been explored in the Madinah state which was founded by prophet Muhammad SAW, rather than secular nationalism. This Madinah state was not only built in the similarity of religion, race and ethnic group, but it was also built in the political unity and similar understanding that people with nationalism can keep their freedom to apply their religien without loosing their nationalism. Whereas the nationalism religious values asserted by Alkilani in the Al-Yaumul-mau'ūd novel were pointed out through some figures. They are Adnān bin Mundzir, Abdul A'lā bin Salmān, Zamrudah, Yāqūtah and the king Louis IX. Furthermore, in the An-Nidāul Khālid novel, the figures are Kiai Anbah, Kholaf Abdul Mutajallī, Ahmad Afandī Syalabī, Yūsuf Jundī and lord of Balnat.

Kata Kunci : Nasionalisme Religius,Novelis Mesir,Najib Al Kilani, religious nationalism, intertextual


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.