Islam dan Gerakan Sosial :: Studi kasus Gerakan Jamaah Al Islam di Gumuk Surakarta
UL HAQ, Fajar Riza, Prof.Dr. Irwan Abdullah
2008 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan AgamaTujuan penelitian ini adalah menganalisis peran gerakan Islam yang meyakini Islam sebagai ideologi dalam proses perubahan sosial di Surakarta dengan mengambil Jamaah “Al Islam“ Gumuk (JAIG) sebagai fokus studi. Jamaah Al Islam Gumuk menarik untuk dikaji karena telah memainkan peran-peran menentukan dalam mengkondisikan dan memobilisasi gerakan-gerakan perjuangan aspirasi dan solidaritas umat Islam, baik dalam bentuk penggalangan gerakan kelaskaran maupun aksi-aksi keumatan seperti demonstrasi dan sweeping. Analisis dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam terhadap informan, baik primer dan sekunder, sebagai metode pengambilan data primer. Informan primer dipilih secara acak berdasarkan keterwakilan unsur anggota dan pimpinan jamaah dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dan terbuka. Informan sekunder adalah mereka yang mempunyai pengalaman mengikuti pengajian Jamaah Al Islam Gumuk setiap pagi hari ataupun yang memiliki informasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak, dengan profil dan aktivitas JAIG. Dokumen, transkrip ceramah, hasil penelitian, kepustakaan serta informasi lisan terkait merupakan sumber lain untuk melengkapi, memvalidasi, serta memperkaya data. Jamaah Al Islam Gumuk dibangun dan dikembangkan oleh Ustad Mudzakkir pada tahun 1977 yang sebelumnya dirintis oleh kakeknya, Kyai Abdul Manaf Shiddiq sekitar tahun 1927. Kemunculan gerakan jamaah ini tidak bisa dilepaskan, baik secara historis maupun ideologis, dengan dinamika gerakan Jamaah Al Islam yang didirikan Kyai Imam Ghazali tahun 1927 sebagai hasil Musyawarah Ulama independen di Surakarta, termasuk Kyai Shiddiq ikut terlibat sebagai salah seorang deklaratornya. Secara sosiologis, gerakan JAIG merupakan antitesis terhadap sistem kepartaian dalam memperjuangkan ideologi Al Islam di dalam sistem kenegaraan yang sudah terbangun. Ini merupakan respon sosiologis sekaligus siasat menghadapi rejim politik Orde Baru yang bersikap konfrontatif terhadap gerakan Islam politik. Tirani politik Orde Baru telah menimbulkan keresahan, penindasan berupa pemberangusan ideologi Islam politik, dan gejolak sosial-politik. Pada saat yang sama, konstalasi politik global memicu ketidakpuasan bahkan kemarahan di kalangan yang diasosisasikan sebagai fundamentalis dan radikal. Banyak kelompok jamaah mengalami ketertekanan luar biasa, secara ideologis, psikis, serta fisik. Dalam kondisi tersebut, JAIG membangun basis dan memperkuat proses diseminasi ideologi Al Islam melalui institusi keagamaan mesjid, pengajian, madrasah, pesantren, dan kelaskaran. Arena-arena ini mencerminkan konteks mikro sebuah gerakan Islam. Institusi keagamaan tersebut berfungsi tidak hanya sebagai rumah inkubasi ideologis namun juga merupakan alat artikulasi kesadaran politik untuk menyuarakan protes, perlawanan, dan solidaritas. Pengajian dan kelaskaran merupakan dua institusi kaderisasi yang tidak terpisahkan karena masing-masing institusi memainkan peran mengkondisikan stakeholders jamaah untuk mobilisasi sosial. Doktrin, konteks struktural, dan kepemimpinan merupakan faktor utama yang mentransformasikan institusi keagamaan ke dalam konteks makro sosial-politik bangsa yang kompleks.
The focus ofthis study is examining the role of Islam as an ideology, namely Jamaah Al Ls’larn, ¡n social process whether to encourage or to resist change ¡n certain structural context. Many radical Islamic movements are driven by micro-contexts as sources of disseminating religious beliefs before they are mobilized into the public sphere. The micro-context of disseminating refers to religious institutions such as mosques, religious gatherings, Islamic boarding schools, and paramilitary groups (las/car). The research is qualitative and utilizes dept interview methods to collect primary data. Religious leader and sorne member ofJamaah Al Islam will interview during the research. Some religious gathering transcript will be analyze to complement the data. The transcript refers to daily religious gathering every morning, after shuhuh praying. It ¡s a common religious gathering that everyone allowed flowing this forum without special qualification. Then. both data will analyze and interpret retlectively. Jamaah Al Jslami has central role for years among local religious movements and recognized as the respectable religious groups. The rise of Jamaah Al Islam Gurnuk is part of the politics Islam transform from political party to Islamic community. The way provided social and political power through religious gathering participant empowering. It is the key resurgence of the politics Islam during the reformation era carne up. The ideology ofAl Islam is not only constructed worldview hut also controlled body of it members; performance, expression, behavior, and social interaction. Religious gathering is autonomous area for every religious gathering participant who decided to fuse ¡n the one religious identity and emotion. The study shows political dimension of religious piety has connected with mobilizing of religious emotion.
Kata Kunci : Islam,Gerakan Sosial,Jamaal Al Islam Gumuk Surakarta, social movement