Fenomena perilaku seksual dan potensi penularan HIV/AIDS pada Waria di Kota Yogyakarta
TRIWAHYUNI, Palupi, Dra. Ira Paramastri, M.Si
2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Perilaku dan PromosiLatar Belakang: Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Imunnodeficiency Virus (HIV). Tahun 2002 jumlah penderita HIV/AIDS di dunia mencapai 40 juta orang. Kasus HIV/AIDS di Asia Tenggara mencapai 4,6 juta orang, sedangkan di Indonesia kasus HIV 674 orang dan penderita AIDS 2190 orang. Sampai dengan bulan Maret 2007 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat 415 orang penderita HIV/AIDS. Salah satu kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS adalah waria. Tahun 2007 jumlah waria di DIY adalah 226 orang dan 170 orang diantaranya adalah waria pekerja seksual. Sampai dengan bulan September 2007 waria terdapat 15 orang waria penderita HIV dan 5 orang waria penderita AIDS. Tujuan: Mengidentifikasi perilaku seksual waria; mengeksplorasi pemahaman waria pekerja seksual, waria non pekerja seksual, pemerhati waria terhadap potensi penularan HIV/AIDS serta mengidentifikasi program pencegahan penularan HIV/AIDS yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Metode Penelitian: Jenis penelitian kualitatif dengan 12 orang informan. Informan utama penelitian adalah waria pekerja seksual. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi tidak terstruktur dan wawancara mendalam. Triangulasi sumber dan triangulasi metode dilakukan untuk keabsahan data. Analisis data yang digunakan adalah content analysis dengan mengikuti langkah-langkah open coding. Hasil: Pengetahuan waria masih rendah tentang pentingnya penggunaan kondom dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. Mayoritas waria yang menjadi informan pada penelitian ini hanya menamatkan pendidikan dasar 9 tahun, sehingga tidak menutup kemungkinan wawasan waria menjadi sempit. Perilaku menelan sperma pasangannya masih dilakukan oleh waria pekerja seks maupun waria non pekerja seks. Kebersihan diri hanya sekedar dilakukan setelah melakukan hubungan seksual. Kesimpulan: Waria di Yogyakarta sangat berpotensi terhadap penularan HIV/AIDS melalui perilaku seksual yang dilakukan. Program yang dibutuhkan waria adalah program pencegahan penularan HIV/AIDS melalui pemeriksaan kesehatan serta pengobatan secara gratis. Program lainnya adalah pembinaan serta pelatihan keterampilan, antara lain: tata rias rambut dan wajah, menjahit, memasak serta membaca. Harapan mereka program tersebut dapat mengentaskan dan meningkatkan kualitas hidup waria.
Background: Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is an infectious disease caused by Human Immunodeficiency Virus (HIV). In 2002 there were 40 millions of HIV/AIDS patients all over the world. In South East Asia there were 4,6 millions of HIV/AIDS patients; where as in Indonesia there were 674 patients of HIV and 2190 patients of AIDS. Until March 2007 there were 415 patients of HIV/AIDS in Yogyakarta Special Territory. One of community groups that has high risk for HIV/AIDS infection is transexuals. In 2007 there were 226 transexuals in Yogyakarta Special Territory and 170 of them were commercial sex traders. Until September 2007 there were 15 HIV homosexual patients and 5 AIDS homosexual patients. Objective: To identify sexual behavior of transexuals; explore understanding of transexual commercial sex traders, transexual non commercial sex traders, people concerned with the potential of HIV/AIDS infection among transexuals and identify the program of HIV/AIDS infection prevention relevant with the need of transexuals. Method: This was a qualitative study involving 12 informants. Primary informant of the study were transexual commercial sex traders. Data were obtained from unstructured observation and indepth interview. Triangulation of resources and methods was made for data validity. Data content analysis was made using open coding. Result: Transexual had limited knowledge about the importance of using condom in efforts to prevent HIV/AIDS infection. The majority of transexuals who became informant of the study only had 9 year basic education so that they had quite narrow vision. The behavior of swallowing the partner's sperm was commonly done by transexual commercial and non commercial sex traders. Personal hygiene was only done after they had sex. Conclusion: Transexuals in Yogyakarta had risk of HIV/AIDS infection due to their sexual behavior. The program needed by transexuals was the prevention of HIV/AIDS infection through health examination and free medication. Another program was supervision and training on particular skills such as hair and facial treatment, tailoring, cooking and reading. They expected that such a program could improve their quality of life.
Kata Kunci : Perilaku Sehat,Waria,Penularan HIV/AIDS, sexual behavior, transexuals, HIV/AIDS