Laporkan Masalah

Kajian pengelolaan partisipatif kawasan konservasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman Provinsi Lampung

EKASARI, Indriani, Prof.Dr.Ir. H. Djoko Marsono

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan (Magister Konservasi Sumberdaya

Kawasan Register 19 Gunung Betung Provinsi Lampung sejak tahun 1992 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No 472/Kpts-II/1992 ditunjuk sebagai Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (Tahura WAR) dan kawasan ini memiliki fungsi sebagai wilayah konservasi, daerah tangkapan air, pendidikan dan pariwisata. Masyarakat, sebagai potensi sumber daya manusia, yang berada di sekitar kawasan Tahura WAR dinilai memiliki pengaruh sangat besar terhadap kawasan konservasi ini. Selama ini masyarakat hanya mengandalkan kemampuannya dalam menggarap kebun di dalam kawasan konservasi maka sebenarnya masyarakat belumlah cukup untuk meningkatkan perekonomiannya. Untuk itulah diperlukan pembekalan kemampuan (capacity building) bagi masyarakat dengan mengikuti berbagai pelatihan baik untuk meningkatkan hasil kebun ataupun usaha lainnya diluar kawasan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji potensi sumber daya manusia yang berada di sekitar Tahura WAR; (2) mengkaji tingkat partisipasi masyarakat di desa-desa di sekitar Tahura WAR, dan; (3) memberikan alternatif strategi pengelolaan berdasarkan potensi sumber daya manusia yang ada. Partisipasi masyarakat desa di sekitar Tahura WAR diamati dari 3 segi yaitu partisipasi dalam hal penghasilan dari kawasan Tahura WAR, partisipasi dalam pembuatan keputusan kegiatan, dan partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi ganda. Stratifikasi pengambilan sample berdasarkan wilayah administratif desa dengan kategori jarak dekat, menengah, dan jauh. Dari masing-masing desa, responden diambil secara acak dari anggota masyarakat desa yang bersangkutan yang mengelola lahan garapan di dalam kawasan Tahura WAR. Sedangkan untuk analisis deskriptif digunakan metode SWOL (Strength, Weakness, Opportunity, Limitation) pada setiap desa. Pengambilan data menggunakan metode pengambilan data FGD (Focus Group Discussion) dengan mengundang beberapa responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat potensi sumber daya manusia di sekitar Tahura WAR yang tergabung dalam kelompok tani pengelola kawasan Tahura WAR di desa Bogorejo, dengan jarak terdekat, dengan nama kelompok Tani Wana Karya. Dan di kelurahan Gedong Tataan, sebagai desa dengan jarak menengah, dengan nama kelompok tani Wana Asri. Untuk masyarakat desa Bagelen, sebagai desa dengan jarak terjauh, tidak terdapat potensi sumber daya manusia yang beraktivitas di kawasan tahura WAR. Rata-rata partisipasi masyarakat desa Bogorejo dari segi penghasilan dari kawasan Tahura WAR sebesar Rp 2.619,565,00/tahun dan untuk masyarakat kelurahan Gedong Tataan sebesar Rp 1.543.478,00/ tahun. Rata-rata pengambilan keputusan kegiatan pada masyarakat desa Bogorejo sebanyak 4,3 kali/tahun dan untuk masyarakat kelurahan Gedong Tataan sebesar 4,26 kali/ tahun. Dan implementasi kegiatan di Tahura WAR untuk desa Bogorejo sebesar 4,17 kali/ tahun dan untuk masyarakat kelurahan Gedong Tataan sebesar 3,47 kali/ tahun. Karena dekatnya jarak dari batas Tahura WAR inilah memudahkan akses masyarakat desa Bogorejo memasuki kawasan Tahura WAR. Alternatif strategi pengelolaan pada masyarakat tiap desa diperlukan peningkatan ketrampilan selain berkebun seperti pelatihan pengelolaan ternak dan pembibitan tanaman dengan kualitas baik.

Gunung Betung Register 19 Lampung Province was established in 1992 as Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (Tahura WAR) by Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No 472/Kpts-II/1992 (Ministry of Forestry Decree). This area has multifunction such as, conservation area, watershed, education, and ecotourism. People, who live surrounding the Tahura WAR area, have a big opportunity and an influence by co-management the conservation area. If rural has not another skill except as farmers, the conservation area will become degradation area and people economic will not have increase as well. Capacity building could be one of solution to increase people income and then people would not depend on conservation area very much. The research aims are: (1) to examine human resources surrounding the Tahura WAR, (2) to examine participation level of people in the Tahura WAR, and (3) to develop management strategic alternative or recommendation for next activities based on the available human resource. Rural participations are divided into 3 categories: (1) participation based on income from Tahura WAR area, (2) participation based on decision making, and (3) participation based on activities implementation. Statistical analysis was applied to correlation and multiple regressions. Sample was stratified based on village administrative, according the 3 distances from Tahura WAR’s border. There are close, medium, and far. Farmers in the Tahura WAR were chosen randomized from each village as respondents. Descriptive analysis was applied to SWOL (Strength, Weakness, Opportunity, Limitations) for each village. The results showed that there are farmer groups for people who work into Tahura WAR for 2 villages (Bogorejo village and Gedong Tataan village). It is easy to access into Tahura WAR, Bogorejo’s people have a stronger participation than people of other villages. Income from Tahura WAR mean for Bogorejo’s people is Rp 2,619,565/ year and Gedong Tataan’s people is Rp 1,543,478/ year. Participation based on decision making mean for Bogorejo’s people is 4,3 times/ year and Gedong Tataan’s people is 4,26 times/ year. Participation based on activities implementation mean for Bogorejo’s people is 4,17 times/ year and Gedong Tataan’s people is 3,47 times/ year. Gedong Tataan’s people, as a medium distance village people, have a weaker participation because the distance quite far and they must build non permanent house to get closer to their field in Tahura WAR. This condition pushed them to find another job outside the conservation area. Bagelen’s people, as the far distance village people, have not involved participation in Tahura WAR. Management strategic alternative for all villages is focus on capacity building on animal husbandry and nursery management.

Kata Kunci : Taman Hutan Raya, Partisipasi Masyarakat, participative management, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman, villages distance.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.