Laporkan Masalah

Hiperurisemia sebagai prediktor prognosis keluaran klinis stroke infark

FENTY, dr. Harjo Mulyono, Sp.PK(K)

2007 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik (Patologi Klinik)

Stroke infark merupakan penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Penanganan serangan stroke infark akut yang tepat akan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitasnya. Banyak parameter laboratorium yang dipakai sebagai faktor prognostik, salah satunya adalah kadar asam urat serum. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa kadar asam urat serum dapat memprediksi kematian, kejadian kardiovaskular atau stroke dan hiperurisemia merupakan prediktor independen terjadinya keluaran buruk setelah serangan stroke akut. Peningkatan kadar asam urat serum menyebabkan oksigenasi LDL-kolesterol dan peroksidasi lipid. Peningkatan kadar asam urat serum juga berhubungan dengan peningkatan produksi radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan membran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hiperurisemia merupakan faktor prognostik terhadap keluaran klinis stroke infark akut. Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain kohort prospektif, yang akan membandingkan 2 macam kelompok. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukan dalam penelitian ini. Kelompok terpapar adalah pasien stroke infark akut dengan hiperurisemia, sebaliknya pasien yang tidak menunjukan hiperurisemia merupakan kelompok yang tidak terpapar. Inception cohort dilakukan di unit gawat darurat (UGD) saat pasien datang dalam waktu 48 jam setelah onset serangan, usia ≥ 40 tahun, laki-laki atau perempuan, telah menandatangani informed consent merupakan kriteria inklusi. Penilaian Skala Stroke Gadjah Mada dan pengukuran kadar asam urat serum dilakukan pada saat masuk rumah sakit. Pasien stroke hemorhagi dan yang minum obat penurun kadar asam urat serum dieksklusi. Pemeriksaan kadar asam urat serum menggunakan alat Vitros 250, sistem kimia kering. Pasien diikuti selama 7 hari di unit saraf dan dilakukan penilaian kembali Skala Stroke Gadjah Mada untuk menilai keluaran. Karakteristik subyek penelitian dikelompokan sebagai data dasar. Faktor-faktor prognostik dianalisis dengan analisis univariat dengan menggunakan uji kai kuardat (X2 test) dan analisis multivariat memakai analisis regresi logistik untuk memperoleh nilai risiko relatif (RR). Faktor prognosis hiperurisemia memiliki nilai RR= 2,159 (IK 95%: 0,684- 6,816), p= 0,158 terhadap keluaran klinis stroke infark akut pada hari ke-7. Hiperurisemia tidak terbukti sebagai faktor prognostik terhadap keluaran klinis stroke infark akut.

Infarction stroke is a leading cause mortality and disability in the world. Appropriate management of acute infarction stroke will be able to reduced morbidity and mortality of the disease. Many laboratory parameters which can be done for detecting risk of prognostic factors, one of them is serum uric acid concentration. Several studies have shown the serum concentration of uric acid predicts mortality, cardiovascular event or stroke and hyperuricemia is a predictor independent for poor outcome after acute stroke.Increased uric acid levels promote oxygenation of low-density lipoprotein cholesterol and facilitate lipid peroxidation. Increased uric acid levels associated with increased production of free radicals which cause membrane damage. The aim of this study is to know if hyperuricemia is prognostic factor for clinical outcome in acute infarction stroke. A prospective cohort study was carried out, compare between two groups of exposed and non-exposed group. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria was involved in the study. The exposed group was a group of acute infarction stroke patients who exposed to hyperuricemia, in other hand, patient who do not have hyperuricemia was separated as the non-exposed group. Inception cohort was applied when patient admits to emergency unit during 48 hours of onset, age ≥ 40 years old, man or woman, have signed informed consent are inclusion criteria. Gadjah Mada Stroke Scale and serum uric acid concentration was measured on admission. Patient with haemorhage stroke and who are taking medicine that cause decrease uric acid are excluded. Test of serum uric acid concentration was performed by using Vitros 250, dry chemistry system. Patient was followed up 7 days in Neurology Unit and the outcome was measured by evaluating a score of Gadjah Mada Stroke Scale. Characteristic subject was grouped by baseline data, and X2 test was used as an univariate analysis, and then to get the relative risk to having the outcome of acute infarction stroke is used logistic regression analysis. Prognostic factor hyperuricemia has RR= 2,159 (95% CI: 0,684-6,816), p= 0,158 for outcome. Hyperuricemia is not be evident as prognostic factor in acute infarction stroke.

Kata Kunci : Stroke Infark,Prognosis,Hiperurisemia, acute infarction stroke, hyperuricemia, prognostic


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.