Laporkan Masalah

Hasil guna terapi Magnesium Sulfat dalam mengontrol disfungsi otonom Kardiovaskuler pada penderita Tetanus Derajat III-IV

WAHYUNI, Ni Luh Tatik S, dr. Soebagjo Loehoeri, Sp.PD-KTI

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik (Ilmu Penyakit Dalam)

Tetanus masih merupakan penyebab kematian yang penting di seluruh dunia dan berhubungan dengan mortalitas yang tinggi. Salah satu masalah adalah bahwa dampak hemodinamik akibat komplikasi tetanus dan terapi dapat mengaburkan dampak penyakit ini yang sebenarnya. Penanganan di ruang intensif mampu mencegah kematian akibat henti napas tetapi komplikasi kardiovaskular masih merupakan masalah utama saat ini. Penanganan disfungsi otonom saat ini masih bersifat konvensional. Magnesium dilaporkan mampu mengontrol disfungsi otonom dan spasme otot melalui efeknya sebagai penghambat neuromuskuler pre-sinaptik, penghambat pelepasan katekholamin pada saraf dan adrenal, dan sebagai antikonvulsan. Magnesium sulfat bekerja sebagai antagonis kalsium sehingga dapat menghasilkan efek relaksasi otot dan vasodilatasi. Desain penelitian adalah suatu studi prospective randomized open end blinded evaluation (PROBE), yang bertujuan untuk menilai efek pemberian magnesium sulfat dalam mengontrol disfungsi otonom kardiovaskuler pada tetanus dibandingkan terapi konvensional/standar. Penelitian dilakukan di unit perawatan intensif RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Dari perhitungan besar sampel didapatkan 51 pasien pada masing-masing kelompok. Pasien diikutsertakan dalam penelitian (sampling) secara konsekutif. Pasien tetanus derajat III-IV yang memenuhi kriteria penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok terapi standar dan kelompok terapi standar ditambah pemberian MgSO4. Pasien menerima terapi dengan cara randomisasi yang ditetapkan dengan randomisasi komputer. Terapi standar tetanus: antitoksin, antibiotika, debridement luka, antikonvulsi, nutrisi enteral yang adekuat, trakheostomi (sesuai indikasi), perawatan trakheostomi dan mulut, fisioterapi, dan evaluasi elektrolit. Kelompok terapi MgSO4 mendapatkan terapi standar ditambah MgSO4 dosis awal 2 gram dalam 5 menit diikuti 10 mg/kgBB/jam (intravena/infus). Luaran terapi yang dinilai adalah pengontrolan disfungsi otonom kardiovaskuler. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square test untuk menilai perbedaan proporsi perubahan spasme otot dan independent t-test untuk menilai perbedaan rerata perubahan tanda vital dengan nilai p<0,05 ditetapkan memiliki kemaknaan statistik. Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemilihan terapi MgSO4 sebagai terapi tambahan dalam penanganan disfungsi otonom kardiovaskuler pada penderita tetanus derajat III dan IV.

Tetanus remains an important cause of death worldwide and associated with a high mortality. One problem is that the hemodynamic effects of both complications an treatment may mask the true effect of the disease itself. Intensive care management could prevent death from acute respiratory failure but cardiovascular complication as a result of autonomic instability remains problematic. Current autonomic dysfunction management is still conventional. Magnesium has reported could control autonomic dysfunction and muscle spasm by inhibiting pre-synaptic neuromuscular, inhibiting release of neuronal catecholamine and from adrenal gland, and as anticonvulsant. Magnesium acts as antagonist of calcium and produce muscle relaxation effect and vasodilatation. The study design was prospective randomized open end blinded evaluation (PROBE), with objective to investigate therapeutic effect of magnesium sulfate in controlling cardiovascular autonomic dysfunction in tetanus compared to standard/conventional therapy. Study was conducted in intensive care unit of Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta. The study sample size was 51 patients for each group. Patients were consecutively included to study. Grade III-IV tetanus patients who were eligible to study criteria were randomized to 2 groups, standard therapy group and standard therapy plus MgSO4 group. The standard therapies were: anti-toxin, antibiotic, wound debridement, anti-convulsion, adequate enteral nutrition, tracheostomy when indicated, tracheostomy and mouth hygiene care, physiotherapy, and electrolyte evaluation. Patients in MgSO4 therapy group received standard therapy plus MgSO4 first dose 2 gram in 5 minute followed 10 mg/kg/hour intravenously. Controlled cardiovascular autonomic dysfunction was evaluated as outcome therapy. Statistic analysis was using chi-square (to compare difference of proportion of change in outcome therapy between 2 therapy groups) and independent t-test (to compare difference of mean of change in vital sign between 2 therapy groups) with p value <0.05 was considered as statistic significant. Conclusion of this study was expected could be as a base of choice of MgSO4 therapy in addition for standard therapy in cardiovascular autonomic dysfunction management in tetanus patients.

Kata Kunci : Tetanus,Disfungsi Otonom Kardiovaskuler,Terapi Magnesium Sulfat, tetanus, cardiovascular autonomic dysfunction, magnesium sulfate, muscle spasm


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.