Laporkan Masalah

Evaluasi implementasi dan parameter Consumer Loans Scoring System dalam Loan Origination System pada penyaluran KPR di PT Bank Mandiri (Persero), Tbk

BUDIYONO, Susatyo Anto, Eduardus Tandelilin, Prof.Dr.,MBA

2007 | Tesis | Magister Manajemen

Didalam rangka mencapai tujuan penyeimbangan portofolio kredit di Bank Mandiri sehingga rasionya menjadi 50 : 50, yakni 50 % kredit korporasi dan 50 % kredit ritel (termasuk didalamnya kredit konsumtif dan KPR), maka praktis pada tahun 2002 Bank Mandiri dipaksa untuk masuk didalam bisnis kredit konsumtif (termasuk KPR) dengan target yang amat sangat signifikan, hal ini mengingat rata-rata bank legacy adalah bank-bank yang berkonsentrasi pada sektor korporasi. Pada awalnya, proses pemberian KPR dilakukan dengan pembuataan Nota Usulan Kredit yang dibuat secara manual yang memerlukan kertas kerja minimal 30 lembar dan banyak sekali terjadi hand over, dimana dampak hand over tersebut adalah delay, sehingga proses keputusan KPR tersebut memerlukan waktu sampai dengan 58 hari dan bahkan apabila dihitung sampai dengan pencairan maka memerlukan waktu sekitar 75 hari. Proses keputusan kreditnyapun lebih bersifat judgmental. Tata cara pencairan dan pembukuan kredit ke Core Banking (eMAS) juga tidak efisien karena memerlukan 8 (delapan) tahapan serta melibatkan lebih dari 2 (dua) unit kerja. Implementasi Consumer Loans Scoring System telah memberikan tingkat efisiensi yang tinggi , mengurangi tingkat subyektifitas dalam proses pengambilan keputusan kredit, mengurangi tingkat risiko untuk setiap aplikasi, pengambilan keputusan dapat dilakukan atas dasar tingkat risiko yang terukur serta memungkinkan dilakukan justifikasi secara terukur pula. Adapun implementasi Loan Origination System (LOS) telah membawa dampak pada percepatan prosesnya. Perubahan yang amat signifikan tersebut yang kemudian menjadi latar belakang dari penelitian ini. Sebelum penggunaan LOS maka proses KPR memerlukan waktu sampai dengan 58 hari dan bahkan apabila sampai dengan pencairan memerlukan waktu sampai sekitar 75 hari maka setelah implementasi LOS menjadi rata-rata 14,62 hari sehingga telah terjadi peningkatan percepatan proses sebesar 80,51 %. Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan logistic Regression memperlihatkan bahwa parameter : status perkawinan, usia, aset likwid yang dimiliki serta Debt to Service Ratio (DSR) tidak terbukti secara statistik dalam menentukan peluang seorang nasabah akan menjadi lancar atau tidak lancar atas KPR yang diterimanya. Sedangkan parameter : income, jenis pekerjaan, tempat tinggal, fixed asset yang dimiliki, Loan To Vallue (LTV) serta nilai agunan yang akan dibeli sangat berpengaruh secara statistik dalam menentukan peluang seorang nasabah KPR menjadi lancar atau tidak lancar. Hal ini memperlihatkan bahwa kelancaran pembayaran seorang nasabah KPR pada Bank Mandiri sangat ditentukan oleh hal-hal yang berkaitan dengan finansial nasabah, sedangkan faktor demografi tidak terlalu berpengaruh, namun parameter DSR tidak berpengaruh secara statistik disebabkan karena pengaruh parameter income yang juga dimasukkan kedalam model.

In accordance with reaching loan portfolio balancing in Bank Mandiri, 50% for corporate loan and 50% for retail loan (include consumer loan and housing loan), Bank Mandiri in 2002 have been enforced to get into consumer loan business (including housing loan program) with very significant target, as most of the legacy banks of Bank Mandiri were concentrating in corporate sector. At the beginning, the process of issuing housing loan was by issuing the memorandum of loan proposal manually and took 30 pages of working paper and involved a lot of hand –over which creating delay impact. Those process took 58 days and 75 days including the payment process. The decision process was also very subjective. The payment and journalizing processes to Bank Mandiri’s Banking Core (eMAS) were not efficient as they took eight steps and involving more than business units. The implementation of Consumer Loans Scoring System has been creating huge efficiency in Bank Mandiri among others are reducing subjective decision, minimizing application risk and decision base on measured risk as well as enable measured justification, besides the implementation of Loan Origination System (LOS) has also been speeding the process. Those significant changes have inspired the writer to make research on this subject. Before using the LOS program, the housing loan process was taking 58 days and 75 days for payment. After the implementation of LOS program those process only take 14.62 days in average and has caused quick process approximately 80.51%. This research is using statistical analysis of Logistic Regression which shows : marital status, age, asset type owned and debt to service ratio (DSR) are not proven to decide whether the customer’s debt is bad-debt or liquid on his or her loan received. Nevertheless, other parameters such as personal income, occupation, living address, fix asset owned and Loan to Value (LTV) as well as mortgage value are significantly influence the final decision whether the housing loan received by customer could become bad-debt or not. These results have shown that the smooth payment of housing loan from each customer is influenced by financial condition of each customer but the demographic location of customers is not significantly influencing, nevertheless the DSR parameter is not statistically influencing because the income parameter is also included in the statistic model.

Kata Kunci : Strategi Bisnis,Kredit Perbankan,Consumer Loans Scoring System,LOS, Consumer Loans Scoring System Loan Origination System (LOS)


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.