Laporkan Masalah

Analisis dampak implementasi peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 atas Open Items dan Risiko Operasional di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

MULYANTORO, Anzar, Abdul Halim, Prof.Dr.,MBA

2007 | Tesis | Magister Manajemen

Perbankan selama ini lebih banyak memfokuskan diri pada monitoring Aktiva Produktifnya saja, sedangkan terhadap Aktiva Non Produktif belum dilakukan monitoring secara sungguh-sungguh sebagaimana yang dilakukan terhadap aktiva produktif. Bank Indonesia pada tanggal 20 Januari 2005 telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 yang mengatur Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. PBI tersebut mencakup penilaian terhadap aktiva produktif dan non produktif yang dimiliki bank. Dalam aktiva non produktif terdiri dari beberapa aset, antara lain rekening suspense dan RAK. Transaksi yang melibatkan rekening-rekening tersebut seringkali tidak selesai dalam periode waktu yang seharusnya atau tidak ter-reconcile secara sistem sehingga menimbulkan Open Items. Risiko Operasional sangat melekat dan erat kaitannya dengan open items, dimana risiko operasional merupakan pusat dari segala jenis risiko lainnya. Sangat memungkinkan dengan timbulnya open items berarti meningkatkan tingkat risiko operasional bank dan berakibat pada munculnya risiko lain dalam perbankan, yang dapat mengakibatkan kerugian baik financial maupun non financial. Open Items dan Risiko Operasional saling berbanding lurus, sedangkan keduanya terhadap laba/rugi bank berbanding terbalik. Hal tersebut berarti jika open items meningkat maka akan mengakibatkan risiko operasional meningkat pula, sedangkan keduanya dapat mengakibatkan penurunan laba bank. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa open items harus ditangani secara serius agar tidak mengakibatkan kerugian bagi bank dan terdapat beberapa metode / cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan faktor-faktor penyebab timbulnya open items. Sejalan dengan pengimplementasian PBI Nomor 7/2/PBI/2005 terdapat dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari implementasi PBI tersebut atas Open Items dan Risiko Operasional di Bank Mandiri.

Banking industry have been focusing on monitoring their Productive Assets only, while on Non Productive Assets they do not proceed the same as on Productive Assets. Bank Indonesia has issued Bank Indonesia Regulation Number 7/2/PBI/2005 on 20 January 2005, which regulates on Asset Quality Rating for Commercial Banks. This regulation is covering Bank's Productive and Non Productive Assets. In Non Productive asset, it consists of many assets; among others are Suspense Accounts and Interoffice Accounts. Transactions that are using these accounts very often not settled within a specific time frame or can not be reconciled by system and cause open items. Operational Risk is very sticky with open items, as we know that operational risk is the center of other risks. It is very clear that if open items could raise banking operational risk which might also cause other risks to appear. If this is happen, it could affect the bank's financial and or non-financial losses. Open Items and Operational Risk are straightly proportional while both of them are inversely proportional to the bank's profit. It means that increasing in open items could raise operational risk, while both of them could decrease bank's profit. Based on direct analysis, we can conclude that open items must be handled seriously to avoid any losses for the bank and there are some methods to decrease or even avoid the causal factor of open items. In accordance with the implementation of Bank Indonesia Regulation Number 7/2/PBI/2005, there are several positive and negative impacts from the implementation of the regulation on Open Items and Operational Risk in Bank Mandiri.

Kata Kunci : Manajemen Resiko,Perbankan,Open Items, Operational Risk


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.