Dimensi simbolis Patung Primitif Batak :: Kajian menurut konsep estetika Susanne Jnauth Langer

SARAGI, Daulat, Promotor Prof.Dr. Djuretna Adi Imam Muhni, MA

2007 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Patung primitif Batak merupakan salah satu artefak budaya material sebagai bukti kekayaan dan simbol peradaban bangsa Indonesia masa lalu. Patung merupakan abstraksi ide-ide religi mitis sebagai sumber pandangan hidup masyarakatnya tentang hakikat kosmos. Makna simbol patung mampu membongkar dan menjelaskan ide-ide tentang religi, interaksi sosial, estetik dan pandangan hidup masyarakatnya. Patung primitif Batak bagaikan teks -teks kecil dan rumit yang sukar dibaca, filsafat sebagai “kaca pembesar” berusaha membaca teks agar dipahami. Estetika Langer bersumber dari pendekatan simbolis, mampu membedah sistem nilai simbol-simbol kesenian primitif. Teori estetika Langer dipergunakan sebagai pisau analisis guna menemukan dan menjelaskan dimensi simbolis patung primitif Batak. Penelitian ini untuk menjawab apakah ada hubungan nilai-nilai simbolis patung primitif tersebut. dengan pengalaman masyarakatnya terhadap manusia, alam, dan Tuhan. Sejauhmana teori estetika Susanne K. Langer dapat memberikan kerangka pemahaman filosofis dimensi simbolis seni patung primitif Batak, dan apakah ada hubungan nilai-nilai patung dengan pandangan hidup masyarakatnya. Tujuan penelitian ingin menemukan relevansi nilai-nilai religius, sosiologis dan filosofis masyarakat Batak terhadap makna dan nilai-nilai simbolis patung primitifnya. Menemukan pemahaman atau paradigma baru nilai simbolis patung primitif Batak yang berorientasi terhadap pemahaman teori estetika Susanne Langer dalam pengembangan kritik kebudayaan guna memberi sumbangan kearifan lokal (local genius) pada pengembangan dan pemikiran estetika (filsafat seni), filsafat Budaya Nusantara, dan Pancasila. Model penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan historis faktual. Objek material atau bahan telaah adalah patung primitif Batak, sedangkan objek formal atau sudut pandang adalah estetika (filsafat seni). Metode Verstehen dan Interpretasi dilakukan sebagai awal analisis verbal guna mengungkap makna patung dan konsep pemikiran filosofis masyarakat Batak secara sistematis. Hermeneutika digunakan untuk menangkap makna esensial (objectiver Geist) dari patung. Induktif dilakukan untuk penyimpulan setelah pengumpulan dan analisis data. Komparasi dilakukan guna membandingkan makna teks yang ditemukan dengan konsep estetika Langer. Selanjutnya Heuristik digunakan untuk menemukan terjemahan dan pemikiran baru yang relevan dengan nilainilai etika, estetika dan pedagogi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai simbolis patung primitif Batak berhubungan dengan pengalaman masyarakatnya terhadap alam, manusia dan Tuhan. Nilai-nilai simbolis patung primitif Batak mampu mengungkap pandangan hidup masyarakatnya. Teori estetika simbolis Susanne K. Langer memiliki konstribusi untuk mengungkap dan memahami dimensi simbolis patung Primitif Batak. Patung primitif Batak merupakan bentuk simbol presentasional dan ekspresi penciptanya atas pengalaman-pengalaman terhadap bentuk metafisis dari mitos dan religi yang mengakar pada masyarakatnya. Patung merupakan bentuk abstraksi dari konsepsi metafisis, bentuk objektivitas dari subjek. Patung sebagai teori sinoptik (kontrol lingkungan dan moral), dan simbol legitimasi kekuasaan dan kepemilikan wilayah, serta laku hidup pemiliknya. Eksistensi patung pada masyarakat Batak lama sebagai kebutuhan religius magis, patung menjadi simbol dari rambu-rambu moral, hukum, citra diri dan tatanan sikap terhadap sesama, alam, dan Tuhan.

Batak primitive sculptures are among the material cultural artifacts as evidence of the richness and symbols of the Indonesian civilization in the past. The sculptures are abstractions of mythical-religious ideas serving as the sources of how the community view the essence of cosmos. The meanings of sculptures are able to uncover and explain religious ideas, social interactions, esthetics and view of life of the community. While the Batak primitive sculptures resemble those of tiny and complicated texts which are difficult to read, philosophy serves as a “magnifying glass” which is trying to read and understand those texts. Langer’s theory of esthetics is used as an analysis tool to find out and explain the symbolical dimensions of Batak primitive sculptures. This study was carried out to answer the following questions. Is there any relationship between the symbolical values of those sculptures and the experiences of Batak communities about human beings, nature, and God? To what extent is the aesthetics theory of Susanne K. Langer is able to provide a framework of philosophical understanding about the symbolical dimensions of the art of Batak primitive sculpture? Is there any relationship between the values of the sculptures and the view of life of Batak community? The objectives of this study are to find out the relevance of religious, sociological, and philosophical values in Batak community with the meanings and symbolical values of its primitive sculptures; to find out a new understanding or paradigm on the symbolical values of Batak primitive sculptures which were oriented towards the understanding of aesthetics theory of Susanne Langer to encourage cultural criticism that local genius may provide contribution to the development and ideas about aesthetics (philosophy of art), cultural philosophy of Nusantara, and Pancasila. It is a qualitative-descriptive study using factual-historical approach. The material objects or the objects of study are the Batak primitive sculptures, while the formal objects or the perspective of study was the aesthetics (philosophy of art). Verstehen and Interpretation methods are used in the verbal analysis in order to systematically uncover the meanings of the sculptures and philosophical thinking of Batak community. Hermeneutics is used to grasp the essential meanings of (objectiver Geist) the sculptures. Inductive reasoning is used to make conclusion and to analyze the data. A comparison is made between the uncovered textual meanings and the concepts of Langer’s aesthetics. Then, heuristic method is used to find out the interpretation and new ideas which were relevant with the ethics values, aesthetics, and pedagogy. The results of study indicated that the symbolical values of Batak primitive sculptures were related to the experience of Batak community about human beings, nature and God. The symbolical values of Batak primitive sculptures are able to uncover the view of life of Batak community. The symbolical aesthetic theory of Susanne K. Langer provided contribution to the discovery and understanding of symbolical dimensions of Batak primitive sculptures. Batak primitive sculptures were presentational symbols and expressions of their creator in terms of metaphysical experiences of the myths and religion which were rooted in Batak community. The sculptures were abstractions of metaphysical concepts, the objective forms of subjects. The sculptures were the synoptic theory (social and moral control), and legitimate symbols of power and control over an area. The existence of sculptures in old Batak communities served to fulfill religious and mythical needs, and also served as symbols of moral guidelines, law, self-image, and rules of attitudes towards others, nature, and God.

Kata Kunci : Filsafat Batak,Patung Primitif,Estetika,Susanne Knauth Langer, Batak, Primitive Sculptures, Symbol, Aesthetics, Susanne K. Langer