Distribusi nomina dan verba dalam klausa bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia :: Kajian Gramatika kontrastif
WIDODO, Pratomo, Promotor Prof.Drs. M. Ramlan
2007 | Disertasi | S3 LinguistikPenelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan distribusi nomina dan verba serta distribusi kategorial unsur frasa nominal dan frasa verbal dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia; (2) mendeskripsikan pengaruh distribusi nomina dan verba dalam klausa terhadap wujud nomina dan verba dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia; dan (3) menjelaskan persamaan dan perbedaan distribusi N dan V dalam klausa bJ dan bI ditinjau dari sudut pandang tata bahasa universal. Dalam membandingkan distribusi nomina dan verba serta distribusi kategorial unsur frasa nominal dan frasa verbal dari kedua bahasa digunakan data sekunder yang berasal dari hasil- hasil penelitian dan buku-buku gramatika bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Analisis data menggunakan metode analisis gramatika kontrastif yang mendasarkan pada tata bahasa universal tipologis. Adapun cara kerja analisisnya adalah dengan melihat distribusi nomina dan verba, baik pada tataran kata maupun frasa, serta distribusi kategorial unsur frasa nominal dan frasa verbal serta membandingkan butir-butir (properties) tata bahasa dari kedua bahasa yang dibandingkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Untuk menjawab pertanyaan mengapa terdapat persamaan dan perbedaan distribusi dan wujud nomina dan verba dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia digunakan analisis berdasarkan hirarkhi tematik, yang mendasarkan pada analisis peran semantik, dan hirarkhi kasus, yang mendasarkan pada konsep relasi formal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut. (1) Terkait dengan distribusi nomina dan verba dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dapat disampaikan hal- hal berikut: (a) Nomina dalam kedua bahasa dapat menduduki fungsi sintaksis sebagai subjek, objek, dan pelengkap. Dengan didahului oleh preposisi, nomina, baik dalam bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia, dapat berfungsi sebagai objek, pelengkap, atau adverbial. Distribusi nomina dalam klausa bahasa Jerman relatif bebas atau fleksibel, sementara distribusi nomina dalam bahasa Indonesia tidak bebas karena distribusi tersebut berperan dalam menjelaskan proses gramatik klausa. Distribusi kategorial unsur frasa nominal dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia memiliki banyak persamaan. Atribut frasa nominal dalam kedua bahasa ada yang prenominal dan ada yang posnominal. (b) Dalam bahasa Jerman verba menduduki fungsi predikat, sementara dalam bahasa Indonesia di samping verba, fungsi predikat dapat pula diisi oleh kategori yang lain seperti nomina, adjektif, numeralia, dan konstruksi preposisional. Distribusi verba dalam bahasa Jerman lebih berfungsi untuk menjelaskan jenis-jenis klausa, namun kurang menonjol fungsinya dalam menjelaskan proses gramatik klausa; sementara itu distribusi verba dalam klausa bahasa Indonesia tidak begitu fleksibel, karena posisi verba memiliki peranan yang besar dalam menjelaskan proses gramatik klausa. Distribusi frasa verbal dalam bahasa Jerman merupakan konstruksi diskontinu yang unsur-unsurnya terpisah, sementara dalam bahasa Indonesia susunan unsur frasa verbal berurutan. (2) Terkait dengan pengaruh distribusi nomina dan verba dalam klausa terhadap wujud nomina dan verba dapat disampaikan hal-hal berikut. Kebebasan distribusi nomina dalam klausa bahasa Jerman menuntut wujud nomina yang padat dan padu (compact), dalam frasa nominal diperlukan adanya penanda hubungan di antara unsur-unsurnya (linker) untuk menunjukkan kepaduan frasa, selain itu diperlukan adanya pemarkah yang membedakan nomina berdasarkan fungsi sintaktiknya. Sementara itu, karena dalam bahasa Indonesia distribusi nomina yang kaku itu sudah dapat menjelaskan proses gramatik klausa, maka wujud nomina dalam bahasa Indonesia lebih sederhana dan tidak rumit, karena tidak memerlukan pemarkah yang menjelaskan fungsi sintaktik nomina dalam klausa. Di samping itu, dalam frasa nominal juga tidak terdapat adanya pemarkah yang berperan sebagai penghubung di antara unsur-unsurnya. Perilaku nomina dari kedua bahasa yang demikian juga selaras dengan perilaku verba. Dalam bahasa Jerman distribusi verba tidak begitu berperan dalam menjelaskan proses gramatik kalusa, oleh sebab itu diperlukan bentuk verba tertentu yang dapat menjelaskan proses gramatik klausa. Bentuk verba bahasa Jerman dipengaruhi oleh faktor persona, jumlah, kala, modus, dan diatesis yang dinyatakan dalam proses konjugasi verba finit. Dalam pada itu, distribusi verba dalam bahasa Indonesia bersifat tetap karena sangat berperan dalam menjelaskan proses gramatik klausa. Karena distribusi verba dalam klausa bahasa Indonesia telah menjelaskan proses gramatik, maka wujud verba dalam bahasa Indonesia lebih sederhana. (3) Terkait dengan persamaan dan perbedaan distribusi nomina dan verba dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dapat disampaikan hal-hal berikut. Fungsi hakiki tata bahasa adalah untuk menghasilkan tuturan yang jelas, ringkas (ekonomis), namun mudah dalam pengelolaannya (Poedjosoedarmo; 2003, 2006). Untuk menghasilkan tuturan yang demikian ketiga komponen tata bahasa, yaitu intonasi, urutan atau distribusi kata, dan butir leksikon bekerja sama. Bekerjanya ketiga komponen tersebut dalam setiap bahasa memiliki intensitas yang berbeda-beda. Dalam bahasa Jerman butir leksikon memiliki konstribusi yang lebih besar dibanding komponen yang lain dalam menghasilkan tuturan yang jelas, ringkas, dan mudah; sementara itu, dalam bahasa Indonesia urutan atau distribusi kata memiliki kontribusi yang lebih besar dibanding komponen tata bahasa yang lain. Oleh sebab itulah, maka terdapat perbedaan dalam distribusi dan wujud nomina dan verba dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.
This study aims at (1) describing the distribution of nouns and verbs as well as the categorical distribution of noun phrases and verb phrases in clauses of both German and Indonesian languages; (2) describing the influence of distribution of nouns and verbs in clauses to the forms of nouns and verbs in German and Indonesian languages; and (3) explaining the similarities and differences in the distributions of nouns and verbs in clauses of German and Indonesian languages in the point of view of the universal grammar. In comparing the nominal and verbal distribution, this study makes use of secondary data taken from results of various resources and grammar books of German and Indonesian languages. The data analysis uses contrastive grammar analysis method based on the universal typology grammar. The analysis started by looking at the distribution of nouns and verbs in the levels of words and phrases, as well as the categorical distribution of noun phrase and verb phrase, and comparing the properties of both grammars to see the similarities and differences. To answer the question why there are similarities and differences in the distribution and forms of noun and verbs in German and Indonesian languages, the analysis makes use of thematic hierarchy, which is based on the analysis of semantic roles, and case hierarchy, which is based on the formal-relation concept. Based on the analysis, some findings are obtained as follows: (1) Concerning with the distribution of nouns and verbs in German and Indonesian clauses, it is found that: (a) The nouns in both German and Indonesian languages can function syntactically as subjects, objects, and complements. When preceded by a preposition, the nouns in both German and Indonesian languages can function as objects, complements, and adverbials. The distribution of nouns in German clauses is relatively free or flexible, while in Indonesian clauses it is not free because this distribution plays a role in describing in the grammatical process of the clause. The categorical distribution of noun and verb elements in German and Indonesian languages shares many similarities. The noun phrase attributes in both languages can be either pre-nominal or post-nominal. (b) In German language verbs function as predicates, while in Indonesian language, beside verbs, other categories such as nouns, adjectives, numerals, and prepositional constructions can also function as the predicates. The verb distribution in German language function more to express the types of clauses, but not quite in describing the grammatical process of the clauses. In Indonesian language, however, the distribution of verbs in clauses is not so flexible, due to its main function to describe the grammatical process of the clause. The distribution of verb phrases in German language constitutes discontinuing construction with separated elements, while Indonesian language has the orderly construction of elements in verb phrases. (2) Concerning with the influence of noun and verb distributions in clauses to the form of nouns and verbs, it is found that: the flexibility of noun distribution in German language requires the compact form of nouns, the existence of linkers between the elements in noun phrases to construct integrated phrases, and the need of markers to differentiate nouns based on their syntactical functions. On the other hand, because in Indonesian language the rigid noun distribution has already express the clause grammatical process, the form of nouns in this language is simpler and uncomplicated, as it does not need any markers to explain the nominal syntactical function in the clause. Besides that, in Indonesian noun phrases, there is no markers which function as linker between their elements. Such properties of nouns in both languages are also in the line with the properties of verbs. In German language, verb distribution does not play important role in describing the grammatical process of clauses, so it needs specific form of verbs which can explain the clause grammatical process. Since the verb distribution in Indonesian language is already explanatory to the grammatical process, the verb forms in Indonesian language are simpler. (3) Concerning with the similarities and differences distribution of nouns and verbs in German and Indonesian clauses, it can be concluded that: the natural function of the grammar is to produce brief, simple (economical), but easily managed expressions (Poedjosoedarmo; 2003, 2006). To produce such expressions, the three components of grammar, i.e. intonation, order or word distribution, and lexical items, must collaborate. The collaboration of the three components may have different intensity in every language. In German language, the lexical items contribute more than the other components to produce clear, brief and simple expressions, while in Indonesian language the order or word distribution contributes more than the other grammatical components. Therefore, there are differences in the distribution and forms of nouns and verbs in German and Indonesian clauses.
Kata Kunci : Bahasa Indnesia dan Bahasa Jerman,Distribusi Nomina dan Verba,Tata Bahasa Universal