Laporkan Masalah

Kekerabatan Bahasa-bahasa di SUmba :: Suatu kajian linguistik historis komparatif

BUDASI, I Gede, Promotor Prof.Dr. I Dewa Putu Wijana, SU.,MA

2007 | Disertasi | S3 Linguistik

Tujuan penelitian yang menerapkan metoda komparatif ini mengkaji pengelompokan ketujuh bahasa-bahasa di Pulau Sumba (NTT) sebagai satu kelompok yang dalam penelitian terdahulu belum pemah dilakuka oleh para linguis. Bahasa-bahasa di Pulau Sumba (Provinsi NTT): bahasa Kodi (Kd), Wewewa (Ww), Laboya (Lb), Kambera (Km), Mamboro (Mb), Wanokaka (Wn), dan Anakalang (An) dikonfirmasi melalui kajian komparatif diakronis dengan parameter kuantitatif dan kualitatif masingmasing dalam penelitian ini statusnya sebagai bahasa-bahasa sekerabat yang berbeda dalam satu kelompok bahasa yang dinamakan kelompok Sumba Dengan menggunakan parameter kuantitatif diperoleh gambaran diagram pohon ketujuh bahasa itu yang erat kekerabatannya dengan kuantifikasi relasi kekerabatan pada angka rerata 57,42%. Sesuai dengan kriteria leksikostatistik (Swadesh: 1955) yang dipergunakan dalam penelitian ini, angka rerata tersebut berada pada rentangan 36%-81% yang berarti kekerabatan ketujuh bahasa tersebut tergolong sebagai keluarga bahasa (languages of family). Adapun hubungan ketujuh bahasa di Sumba tersebut dengan dua bahasa di sekitamya, yaitu bahasa Bima (NTB) dan Sawu (NTT), yang diukur melalui pengujian parameter kuantitatif yang sama memperlihatkan tingkat kekerabatan yang kurang erat (relasi kekerabatan hanya mencapai rerata 29.93%). Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini, angka persentase yang berada pada rentangan 12%-36% tergolong dalam hubungan bahasa seturunan (stock). Berdasarkan penerapan teknik rekonstruksi secara induktif (dari bawah-ke atas) ditemukan evidensi berupa innovasi fonologis dan leksikal. Innovasi fonologis yang menonjol meliputi: (1) split vokal pada Kd, yaitu: PSmb i < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *i, Kd i_dan ~ hanya I -#; dan PSmb*u < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *u, Kd !!, Q hanya pada I-#; selain itu (2) pisahan konsonan pada Kd, yaitu: PSmb *g < PSmb*g, Kd *l'Jg dan *g, kecuali I-#; PSmb *w < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *w, dan Kd w I #-, tetapi menjadi g I -VKV-; PSmb*fJ < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *l'J, Kd !l dan n. kecuali 1-#; dengan rekonstruksi tersebut ditemukan pula 171 etimon PSmb sebagai evidensi leksikal. Berdasarkan penerapan teknik rekonstruksi secara deduktif ( dari atas ke bawah ke atas) dapat ditemukan evidensi-evidensi fonologis dan Ieksikal secara eksklusif. Evidensi-evidensi fonologis yang paling menonjol dapat berupa: (a) split vokal PAN *8 > *8 ,*i, atau a; (b) split konsonan PAN *b < PSmb *b, *w, *6 dan *mb, kecuali I-#; (c) konsonan merger PAN *k and *q >*'I VKV; (d) split konsonan PAN *g < PSmb *g dan *g; (e) split konsonan PAN *w < PSmb *w dan *g; (f) merger konsonan PAN *D dan *r > PSmb *r, kecuali -#;(g) merger gugus konsonan PAN *mp ,*mb, dan *b > PSmb *mb, hanya 1-VKKV; (h) merger PAN *-nt- dan *-nd- > PSmb nd 1-VKKV; dan (i) substitusi PAN R > PSmb 0 (pada semua posisi); melalui teknik rekonstruksi dari atas ke bawah ditemukan pula 59 etimon PSmb sebagai evidensi pengelompokan bahasa-bahasa di Sumba secara eksklusif karena etimon tersebut tidak merupakan refleksi dari etimon PAN dan tidak ditemukan pada bahasa lainnya.di NTT. Ke 59 etimon tersebut dipisahkan dari 171 etimon yang disusun dari bawah ke atas. Walaupun dalam PSmb terdapat empat fonem implosif *16/, *ldl, *131 and */g/, namun fonem-fonem tersebut bukan merupakan evidensi bersama secara eksklusif bagi bahsa-bahasa di Sumba karena menurut Syamsuddin (1996) dua fonem pertama ditemukan pula dalam bahasa-bahasa Bima (di NTB), menurut Blust (1985) dua fonem yang sama ditemukan dalam bahasa Bintulu (satu bahasa di Serawak Malaysia), dan menurut Fernandez (1996) dua fonem tersebut juga ditemukan dalam tiga bahasa di Flores Tengah (NTT), yaitu dalam bahasa Lio, Ngada, dan Palu'e. Bahkan keempat fonem implosif yang sama jenis dan jumlahnya, seperti yang ditemukan di Sumba, ditemukan pula dalam bahasa Sawu (NTT) (Walker 1982), dan berdasarkan informasi Voorhoeve (1994) keempat fonem implosif itu terdapat pula pada bahasa Sahu (salah satu bahasa Non Austronesia di Halmahera Utara); evidensi kualitatif lainnya yang menonjol, yaitu: fonem*e pada PSmb muncul sebagai unsur perkembangan bersama dalam bahasa-bahasa Sumba karena dalam PAN tidak ditemukan fonem *e (pada semua posisi); fonem *e tersebut juga merupakan pembaharuan yang paralel dengan kebanyakan bahasa-bahasa di Indonesia bagian timur. Beberapa evidensi PSmb memperlihatkan pergeseran semantik, seperti PSmb *ata yang berarti 'hamba' pada bahasa-bahasa lain di NTT dan Bima (NTB) berarti 'orang'; dan PAN *empu yang berarti 'nenek', dalam PSmb berinovasi menjadi *umbu dan berarti 'tuan' Temuan-temuan dalam penelitian ini ssuai dengan yang telah dipaparkan diatas memperlihatkan secara signifikan evidensi-evidensi kualitatif yang mengkonfirmasi evidensi kuantitatif. Dengan demikian, hubungan bahasa-bahasa sekerabat di Pulau Sumba tampak diwariskan dari PSmb dan PAN dan dengan evidensi yang meyakinkan membentuk sebuah subkelompok bahasa tersendiri yang dinamai subkelompok Sumba dengan ciri bahasa vokalis.

The study which applied comparative method aims at analyzing the subgrouping of the seven-related languages in Sumba Island (East Nusa Tenggara). The study of similar kind has not been done previously by other linguists. Through comparative-diachronic study, the languages of Sumba: Kodi, Wewewa, Laboya, Kambera, Mamboro, Wanokaka, dan Anakalang, were significantly proved to be different languages. In this study, they are named Sumba subgroup and their reconstructed parent of languages is called Proto Sumba (PSmb ). With quantitative parameter, a tree diagram of the languages was then successfully determined. The study showed that the seven languages shared lexicostatistic cognates of 57.42% in average which shows significant figures if they are compared with their degree of relatedness to the two nearby languages: Sawu in East Nusa Tenggara and Bima in West Nusa Tenggara. The two languages were found to share cognates of 29.93 % in everage when they are compared with the Sumba subgroup. Lexicostatistically, the figures range from 12% to 36% which means that the degree of the relatedness of the two languages to Sumba subgroup is categorized as 'stock' Through inductive (bottom-up) reconstruction, phonological and lexical innovations in PSmb were identified. The most exclusive phonological innovation identified include: (a) vowel split: PSmb *i < PWw-Lb Km-Mb-Wn-An *i, Kd .Lor~ 1-# and PSmb*u < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *u, Kd u, Q I VKV; (b) consonant split in Kd., that is, PSmb *d.'< PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *d.', Kd *d I VKV; PSmb *w < PWw-Lb-Km-Mb-Wn-An *w, and Kd *g / VKV; PSmb *s < PWw-Lb-Km-Mb-WnAn *h, and Kd *§.I VKV; PSMB *TJ < PWw-Lb Km-Mb-Wn-An *TJ, Kd!! dan n I VKV; (3) to form vocalic character, the languages of Sumba passes the exclusive ways,.that is, dropping the consonant in the final position of PAN's etimons or maintaining the consonant and a vowel is added after it conditionally; and through (inductive) buttom-up reconstruction, 171 PSmb etimons were also identified. Through deductive (top-down) reconstruction, phonological and lexical innovations in PSmb were also found. The phonological innovations include: (1) vowel split PAN *8 < *8 ,*i, and *a 1-KVK-; consonant split PAN *b < PSmb *b ,*w, *6 dan * mb, except I -# ; consonant merger PAN *k and *q > *'I VKV; consonant merger PAN *D and *r > PSmb *r, except I -#; merger PAN *mp, *mb , dan *b > PSmb *mb, only 1-VKKV; and substitution PAN *R > PSmb 0 (in all positions). In addition, 59 PSmb etymons were identified as exclusively shared-lexical innovations. The 59 evidences which do not reflect PAN etymons were split among the 171 identified PSmb etymons which were collected from the inductive (buttom-up) reconstruction mentioned above. In addition to such findings, semantic changes were also found in this study, for example: PSmb *ata which means 'man' in Bima and Sawu languages, it means 'servant' in PSmb; and in PAN, the etymon 'empu' which means 'grandmother' becomes PSmb *umbu which means 'sir'. Although the mid front fonem *e and four implosive phonemes: *16/, *ld *IJ/, and /g/ were found in PSmb, they cannot signify the shared evidences exclusively. because according to Syamsuddin (1996) the implosive phonemes, such *16/ and */d.' I were also found in Bima (in West Nusa Tenggara), according to Fernandez (1996) the two phonems were also found in Lio, Ngada, and Palu'e (three other languages in Central Flores-Nusa Tenggara), and according to Blust 1985, the two phonems were also found in Bintulu language of Serawak.(Malaysia). In fact, the four complete implosive viii phonemes mentioned above were even recognized in both Sawu (NTT) (Walker, 1982) and in Sahu language in North Halmahera (Voorhoeve, 1984). The qualitative and the quantitative evidences described above indicate the same conclusion, that is, the former evidences confirmed the later. Therefore, the study concludes that the relationship of the seven-related languages of Sumba had passed the history of shared-phonological development from PSmb and PAN. and formed a subgroup of vocalic languages.

Kata Kunci : Bahasa Austronesia,Kekerabatan Bahasa,bahasa Sumba, language subgroup, quantitative evidences, qualitative evidences, bottom-up and top-down approaches, shared innovations exclusively, and semantic changes.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.