Laporkan Masalah

Kebutuhan tenaga kerja dan kebijakan kependudukan :: Migrasi orang dari Jawa ke Bengkulu 1908-1941

LINDAYANTI, Promotor Prof.Dr. Djoko Suryo, MA

2007 | Disertasi | S3 Ilmu Sejarah

penduduk antar pulau terutama dari Jawa - Sumatera, khususnya Bengkulu pada masa kolonial Belanda ketika kebijakan pemerintah bersinergi dengan kepentingan perusahaan. Dalam penelitian ini kebijakan pemerintah bermakna sarana dalam migrasi penduduk, dan migrasi penduduk dari Pulau Jawa ke Bengkulu berarti perubahan hidup yang lebih baik bagi migran dari Pulau Jawa. Penelitian menggunakan metode sejarah yang mencakup pengumpulan data, kritik serta analisa data, dan tahap akhir adalah penulisan sejarah. Di samping itu beberapa konsep Ilmu Sosial digunakan untuk menganalisis data-data sejarah, agar dapat merekonstruksi peristiwa migrasi Orang dari Jawa ke Bengkulu secara obyektif. Sumber sejarah yang digunakan berupa dokumen tertulis, sumber lisan, dan sumber artefak. Penelitian dilaksanakan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta dan pada berbagai perpustakaan di Jakarta, Bandung, Bogor, dan Yogyakarta. Penelitian lapangan dilakukan di desadesa migran dari Jawa yang terletak di daerah-daerah Rejang, Lebong, dan Lais. Hasil penelitian dapat diringkas sebagai berikut: Sejak akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan Swasta Barat telah banyak berdiri di Bengkulu sehingga membuka peluang kerja baru bagi penduduk lokal, penduduk dari luar wilayah Hindia Belanda, dan khususnya dari Pulau Jawa. Kedatangan orang dari Jawa ke Bengkulu ini didukung pula oleh kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan ketenagakerjaan dan kependudukan. Kebijakan ketenagakerjaan bertujuan untuk menjaga kecukupan tenaga kerja bagi perusahaan swasta Barat, sedangkan kebijakan kependudukan (kolonisasi) bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan sekaligus sebagai penyedia tenaga kerja bagi perusahaan swasta Barat serta untuk membuka daerah pertanian baru di Luar Pulau Jawa. Sinergi antara pemerintah dan pengusaha terlihat dari penempatan migran dan pelaksanaan kolonisasi di Bengkulu. Pertama, migran dari Jawa ditempatkan di daerah Rejang dan Lebong yang merupakan pusat perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan. Kedua, kolonisasi lebih diutamakan pada penempatan bagi bekas kuli kontrak daripada xxv petani yang didatangkan langsung dari Pulau Jawa. Setelah krisis ekonomi tahun 1930, kolonisasi pun berfungsi sebagai penampung kuli yang diberhentikan oleh perusahaan-perusahaan swasta Barat. Bengkulu bagi migran dari Jawa berarti perubahan hidup, dari penduduk yang tidak memiliki tanah menjadi petani pemilik tanah dan diakui sebagai penduduk Bengkulu. Keberadaan migran dari Jawa di Bengkulu membentuk formasi baru dalam masyarakat Bengkulu

This research is aimed at understanding the pattern of interislands population migration of Java-Sumatra. In particular this study examines the migration to Bengkulu at the colonial time when the government policy was synergetic with the companies’ interests. In this respect, government policy meant the availability of facilities and the migration of population from Java to Bengkulu meant the changing for better life. This research uses historical methods which includes data collection, source criticism and analysis, and finally historiography. Besides, some social sciences concepts are also used in analyzing historical data in order to objectively reconstruct the migration of people from Java to Bengkulu. Historical sources used are in forms of written documents, oral source and material artifacts. The researches were conducted in Indonesian National Archives (ANRI), and various libraries in Jakarta, Bandung, Bogor, and Yogyakarta. Field researches were carried out in villages of Java migrants in the areas of Rejang, Lebong, and Lais. The findings of the research can be concluded as follows; since the end of the nineteenth century many private companies were established in Bengkulu which created new job opportunities for local people, people from outside of Dutch Indies, and particularly for people from Java. The coming of the people from Java to Bengkulu was supported by government policy, namely the policy on labors and population. The policy on labors was to ensure the availability of labors for western companies, while the policy on population (colonization) was intended to decrease the density of the population in Java and at the same time to provide labors for those western companies and to open up new agricultural areas out side Java. The synergy of government and industrialists/ plantation owners was reflected in the location of the migrants and the implementation of colonization in Bengkulu. Firstly, it was seen in the decision to locate migrants from Java in the areas of Rejang and Lebong which were the center of plantation and mining. Secondly, the colonization put more emphasis on migrating koeli kontrak (contract workers) than farmers directly from Java. After the economic crisis in 1930, colonization also functioned to accommodate workers fired by many western companies. Bengkulu for migrants from Java meant the changing of life condition from landless peasants to farmers who possessed and cultivated their own land and were considered as residents of Bengkulu. The existence of migrants from Java in Bengkulu created new formation in Bengkulu society.

Kata Kunci : Kebijakan Kependudukan,Kolonial Belanda,Migrasi Jawa


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.