Dampak pariwisata terhadap perkembangan seni kerajinan kayu di Gianyar Bali 1930-2002 :: Kelangsungan dan perubahannya
ATMOJO, Wahyu Tri, Promotor Prof.Dr. R.M. Soedarsono
2007 | Disertasi | S3 Ilmu BudayaPenelitian disertasi ini berusaha mengungkap permasalahan yang berkaitan dengan kelangsungan dan perubahan seni kerajinan kayu di Gianyar Bali yang ditengarai oleh dunia pariwisata. Kelangsungan dan perubahan seni kerajinan kayu di Gianyar Bali ditandai dengan kesinambungan aktivitas budaya dari masa lampau yang berkelanjutan hingga saat ini. Aktivitas budaya dan produk yang dihasilkan menunjukkan perubahan sehingga membedakan antara masa lampau dan masa kini. Kelangsungan seni kerajinan kayu Gianyar Bali didukung oleh sikap dan nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakat setempat serta dipicu oleh dunia pariwisata. Aktivitas penciptaan seni kerajinan kayu yang dilakukan oleh perajin Gianyar mengalami perubahan konsep. Pada awalnya mereka berkarya untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun adat yang mengacu pada benda-benda sakral, tetapi penciptaan berikutnya menghadirkan benda seni kerajinan kayu dalam bentuk cenderamata untuk memenuhi kebutuhan komunitas wisatawan. Di dalam penulisan disertasi ini menggunakan teori sejarah, teori seni wisata, teori kelangsungan, dan teori perubahan, sedangkan metode penelitiannya melalui studi kepustakaan, penelitian lapangan, dan wawancara dengan teknik purposive sampling. Benda sakral yang oleh masyarakat Hindu Dharma Bali masih dijunjung tinggi dan dihormati itu adalah barong dan garuda. Namun demikian semenjak merebaknya dunia pariwisata, benda-benda sakral tersebut oleh komunitas perajin Gianyar dijadikan acuan dalam pembuatan benda cenderamata sebagai seni wisata. Pembuatan benda cenderamata sebagai seni wisata yang mengacu pada benda sakral tersebut merupakan jawaban yang realistis untuk memenuhi permintaan komunitas wisatawan yang dilakukan oleh komunitas perajin Gianyar dengan memperhatikan pada ciri-ciri seni wisata. Ciri-ciri seni wisata itu meliputi lima komponen, yakni; (1) tiruan dari aslinya; (2) singkat padat atau bentuk mini dari aslinya; (3) penuh variasi; (4) ditinggalkan nilai-nilai sakral, magis, dan simbolisnya; dan (5) murah harganya. Kelangsungan dan perubahan yang cukup signifikan juga terjadi lewat munculnya seni kerajinan kayu populer yang mengacu pada jenis flora dan fauna yang juga ditengarahi oleh dunia pariwisata. Bahkan, munculnya seni kerajinan kayu populer itu tidak hanya sekedar memenuhi komunitas wisatawan tetapi telah merambah pada dunia bisnis sebagai komoditas perdagangan ekspor dengan berbagai macam desain. Dengan demikian kehadiran dunia pariwisata tersebut memberikan khasanah baru terhadap kelangsungan dan perubahan seni kerajinan kayu di Gianyar Bali.
The dissertation research aimed to expose the problem concerning with the continuity and the change of Gianyar wooden crafts of Bali in tourism realm. The continuity and the change of the wooden craft were characterized by the continuity of the cultural activities from the past to the present. The cultural activities and the resulting products were indicative of the change that drew the distinction between their past and their present. The continuation of the wooden craft was supported by the existing values of the local people and triggered by the tourism realm. The concept of the activity of creating the art work of the wooden crafts by Gianyar artisans changed. At the beginning they created the wooden crafts for the purpose related to custom and religious ceremonies that used sacred objects such as the ones they created. However, the creation of the wooden craft served another purpose, which were the wooden crafts in the form of souvenirs to satisfy tourists demand for the wooden crafts. Historical theory, tourist art theory, continuity rheory, and change theory were used in writing the dissertation, while its method were literature study, in-field study, and interview with purposive sampling technique. The objects that were still considered by Balinese Hindu Dharma as sacred and respectable were barong mythological mask and garuda mythical bird. However, alongside with the development of the tourism realm the community of the artisans of Gianyar used the sacred objects as the reference in producing the souvenirs as tourist arts. The production of the souvenirs as the tourist arts referring to the sacred objects represents realistic response of the Gianyar artisans to the demands of the tourists for the souvenirs considering the characteristics the tourist arts consisting of the following five components: (1) the reproduction of the original ones; (2) the compact miniature of the original ones; (3) rich of variations; (4) detached from the sacred, magical, and symbolic values of the original ones; and (5) low price. The continuity and the significant changes also took place through the emergence of popular wooden crafts that used flora and fauna as their reference in tourism realm. Even, such popular wooden crafts were produced not only to satisfy the demand of the tourists for the souvenirs, but also served in various designs as business commodity for export. Thus, the tourism realm enabled the emergence of new vocabulary that further support the continuity and the change in the wooden crafts of Gianyar Bali.
Kata Kunci : Seni Kerajinan kayu,Pariwisata,Gianyar Bali 1930,2002, Wood Crafts Arts, Tourism, Gianyar Bali 1930