Laporkan Masalah

Dramatari Gambuh dan pengaruhnya pada ramatari Opera Arja

WIDJAJA, N.L.N. Suasthi, Promotor Prof.Dr. R.M. Soedarsono

2007 | Disertasi | S3 Ilmu Budaya

Gambuh adalah sebuah dramatari warisan budaya Bali, yang memperoleh pengaruh dari dramatari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal dengan nama raket lalavkaran. Dramatari klasik yang lahir di puri pada masa lampau, masih dilestarikan di berbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Raket telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, dan baru disebutkan lagi dalam kidung WaiJ baiJ Wideya dari a bad XVI. Raket lalavkaran yang juga dise but gambuh afiar adalah pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara raket dengan gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah tarian perang yang merupakan kelanjutan dari bhata mapatra yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksanakan upacara shraddha. Penelitian yang mengkaji asal-usul gambuh serta pengaruhnya pada dramatari arja ini, merupakan . penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnokoreologi, yaitu sistem analisis tari yang memadukan penelitian tekstual dengan penelitian kontekstual. Kedua dramatari ini memiliki aspek-aspek yang multilapis, sehingga dalam kajiannya akan melibatkan pula metode, teori maupun konsep-konsep disiplin lainnya. Penelitian untuk disertasi ini juga menyajikan pembahasan tekstual secara lebih rinci, yaitu dengan melakukan perbandingan antara gambuh dengan arja dilihat dari unsur-unsur yang membangun kedua dramatari tersebut. Studi banding ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persamaan yang dimiliki, serta seberapa jauh perbedaan yang ditunjukkan oleh kedua dramatari terse but. Terwujudnya gambuh sebagai dramatari istana yang adiluhung telah memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan seni pertunjukan di Bali. Gambuh yang terbentuk di Bali tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi tari yang rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan kerajaan. Bentuk pertunjukan gambuh memiliki standar kualitas tari tertentu yang mencirikan gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh tari Bali sebelumnya. · Begitu pula dengan kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh tari-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan gambuh dikatakan sebagai sumber tari dan dramatari yang muncul kemudian di Bali. Salah satu dramatari yang mendapat pengaruh dari gambuh adalah dramatari opera arja. Arja adalah · dramatari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan. Dilihat dari bentuk pertunjukan arja yang sekarang dengan bentuk pertunjukan pada mulanya ketika masih disebut dadap, tampak perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini menunjukkan terbentuknya dramatari opera arja seperti sekarang ini telah melalui suatu proses transformasi dalarn rentangan waktu yang sangat lama. Dramatari arja yang rnuncul di kalangan rnasyarakat jelata sebagai sebuah pertunjukan yang sederhana pada rnulanya, telah berubah secara bertahap menjadi bentuk seni pertunjukan yang rnerniliki unsur-unsur pokok gambuh dalarn ben tuk yang le bih rnenarik. Gambuh yang rnuncul se bagai drarnatari istana telah berkernbang sesuai dengan kehidupan rnasyarakat Bali yang religius. Diternukannya lontar Dharma Pagambuhan dalarn penelitian ini, rnenunjukkan hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan kehidupan ritual keagarnaannya. Lontar Dharma Pagambuhan rnerupakan lontar tuntunan spiritual untuk dramatari gambuh, yang berisi petunjuk berupa mantra-mantra yang harus diketahui oleh penari rnaupun penabuh gambuh. Lontar ini juga rnernuat jenis-jenis sesajen yang harus dipersernbahkan ketika rnelakukan pernentasan gambuh. Digunakannya jenis-jenis sesajen yang dirnuat dalarn Dharma Pagambuhan oleh genre seni pertunjukan lainnya di Bali rnerupakan petunjuk pula, bahwa gambuh adalah surnber tari dan dramatari Bali yang tercipta kernudian. Penelitian ini telah rnenunjukkan bahwa gambuh rnernang berasal dari zarnan Jawa-Hindu di Jawa Tirnur, yang telah rnengalarni perubahan dan perkernbangan di Bali. Kehadiran gambuh tepat pada saat Bali sedang rnengalarni kebangkitan kernbali dalarn bidang seni, yaitu pada zarnan pernerintahan Dalern Waturenggong (1460-1550) . Gambuh yang rnerniliki elernenelernen drarnatari yang sangat lengkap, telah rnenjadikannya surnber, yang kernudian rnernpengaruhi bentuk-bentuk seni pertunjukan yang lahir kernudian. Arja rnerupakan transforrnasi gambuh ke dalam bentuk pertunjukan yang rnerniliki nuansa baru serta karakter yang berbeda dengan surnbernya. Arja rnerniliki unsur-unsur pokok gambuh dalarn bentuk yang lebih rnenarik, dalam arti sesuai dengan jiwa zarnannya. Sernua itu berkat peran para penari gambuh yang terlibat dalarn pernbentukannya, termasuk per an is tan a yang telah rnern ban gun arja se bagai arja due puri (arja rnilik istana) , yang juga turut rnernberikan pengaruh dan darnpak yang rnenguntungkan dalarn dunia seni pertunjukan di Bali.

Gambuh is a Balinese dance-drama with close ties to the raket lalavkaran dance-drama from the Hindu-Javanese era in East Java. In Bali, this classical dance-drama was established within the domain of royal courts, and is still preserved and practiced, especially in areas under the hegemony of past Balinese kingdoms. Raket has an extensive historical perspective, and is referred again in the 16th century song titled Wavbav Wideya. Raket lalavkaraJ1, also known as gambuh afiar is a drama performance representing a combination of the raket and gambuh. Gambuh itself is war dance to entertain the Majapahit people holding the shraddha ritual. This research examines the origin . of gambuh and its influence upon the arja dance-drama. This research is a qualitative research employing the ethno-choreology approach, a dance analysis system combining textual and contextual examinations that subsequently incorporates methods, theories and concepts from numerous disciplines. Research for this dissertation also presents comprehensive textual discussion by comparing the elements forming both gambuh and arja dance-drama. This comparative study illuminates the degree of similarities and differences between both dance-dramas. The establishment of gambuh as a dance-drama of Balinese courts for the pleasure and entertainment of kings and royalties has greatly influenced the livelihood of performing arts in Bali. Gambuh not only introduced storyline for a complete dramatic structure, but also introduced intricate dance choreography and artistic presence. A gambuh performance possesses a certain performing standard that is not present in previous Balinese dances such as a distinct performing structure, choreography, and orchestration, as well as a wide-ranging movement repertoire including its specific arrangements. Moreover, gambuh costumes are elaborate and grand, unlike the. simple sets used in other Balinese dances during the time. These are the reasons why gambuh is referred as the source of dance and dance-dramas in Bali. One dance-drama receiving great influence from gambuh is arja. Arja is an opera that uses tembang and dialogue to convey the story being performed. Observing the current version of arja in contrast to its earlier version known as dadap, then great progression can be easily seen. This demonstrates that present time arja has undergone on-going and lengthy transformation process. The arja opera dance-drama that initially emerged within the domain of ordinary people/peasants as a simplistic type of performing arts gradually progressed into a form of performing art that maintains the essential elements of gambuh yet in a more dynamic and interesting manner. The progression of gambuh attunes to the religiousness of daily life in Bali. The discovery of the Dharma Pagambuhan manuscript in this research shows the close connection between performing arts and religion, spiritual belief and all its rituals. The Dharma Pagambuhan manuscript is the spiritual guidance for gambuh dance-drama, to which contains the magical charms and spells that must be comprehended by a gambuh dancer or musician. This manuscript also contains the various types of offerings that must be present during a gambuh performance. The attribution of offerings as outlined in the Dharma Pagambuhan manuscript is also evidence that gambuh is the source of Balinese dance and dance-drama created in later times. This research states that gambuh emerged during the HinduJavanese era in East Java and has endured changes and further development as it arrived on the shores of Bali. Gambuh emerged in the course of the arts renaissance in Bali during the reign of Dalem Waturenggong (1460-1550). Gambuh with its complete set of dance-drama basics influenced the creation of other Balinese performing arts in the following era. The transformation of gambuh into arja shows a form projecting new nuances and different characters. Arja holds a heighten attractiveness and flexibility, particularly in correlating gambuh's basic elements to the changing spirit of times. The advancement of arja is mostly due to proactive participation and involvement of gambuh artists and the royal courts. Such outcome has greatly benefited the performing arts in Bali.

Kata Kunci : Dramatari Gambuh,Dramatari Opera Arja


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.