Laporkan Masalah

Pergeseran makna nilai-nilai kultur kebaharian tradisional Mandar :: Dinamika kehidupan masyarakat pelaut Mandar di Pulau Kerayaan

MATTIRO, Syahlan, Dr. Susetiawan

2007 | Tesis | S2 Sosiologi

Nenek moyangku seorang pelaut. Itulah kutipan salah satu bait dari lagu nasional yang merefleksikan kejayaan leluhur Indonesia dalam mengarungi samudera. Tak terkecuali Kerajaan Majapahit yang menjadi salah satu kerajaan besar di Tanah Air dulu kala. Tak banyak yang tahu, bahwa di ujung selatan Kotabaru-Kalimantan Selatan, berdiam salah satu komunitas masyarakat yang memiliki budaya yang berorientasi ke Laut, Komunitas masyarakat pelaut Mandar. Christian Pelras (2006) The Bugis, mengatakan bahwa “Orang Bugis sebenarnya adalah pedagang. Laut dan kapal hanyalah media atau sarana yang digunakan untuk memperlancar aktivitas perdagangan mereka. Kalau mau menyebut pelaut ulung, maka yang paling tepat adalah orang Mandar, …”. Bagi saya, riset dari penelitian ini tidak saja mencoba mengangkat kembali tentang budaya bahari yang seolah-olah tidak memiliki pamor untuk di teliti, akan tetapi riset ini sekaligus membantah premis umum yang selama ini menyebar khususnya di kalangan masyarakat Sulawesi, bahwa suku Bugis adalah suku pelaut. Dalam melakukan riset peneltian ini, pendekatan etnografi menjadi landasan utama. Di mana pendekatan etnografi di yakini mampu memahami sudut pandang penduduk asli, hubungan dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya dengan dunianya. Selain itu, teori-teori perubahan sosial menjadi dasar teori terkait denagn tema yang akan disentuh “Modernisasi Kebaharian Masyarakat Mandar”. Terkait dengan ke budayaan bahari mereka selama ini, sangat di sayangkan bahwa masuknya tekhnologi modern mulai menggeser dan meminggirkan makna cara-cara ke tradisionalan mereka. Modernisasi perlahan dan pasti telah merubah unsur-unsur yang terkandung dalam Kebudayaan Bahari mereka. Simbol-simbol ke tradisionalan hanya di bangkitkan kembali “seolah-olah” untuk memberi pertanda bahwa mereka masih tradisional, akan tetapi hasil riset di lapangan menunjukan arah yang terbalik, bahwa simbol ke tradisionalan di bangkitkan kembali hanya untuk tujuan provit. Kesimpulan terkhir dari riset ini adalah kemajuan tekhnologi dan masuknya investasi bagi pelaut Mandar di Pulau Kerayaan telah meminggirkan mereka dari kantong-kantong atau pusat-pusat kebudayaan, lebih jauh proses ini terjadi eliminasi identitas budaya dan keyakinan dari leluhur mereka.

My ancestor is a sailor. That is one of the verse of the quotation of our national song that causes a reflection of the glory of Indonesian ancestors in crossing the ocean. There is no exception of Majapahit kingdom that be the big kingdom in the fatherland along ago. There are not many knows that in the southernmost of Kotabaru, South of Kalimantan, There is a society community of Mandars sailor. Christian Pelras (2006) The Bugis,said that “ the real Bugis is a seller. Sea and ship is just a media or medium that is used to speed up the activities of their trade. If they want to be called as an experienced Sailor is Mandar’s people. For me, is research is not only to raise the nautical culture that looks like does not have a prestige. To be research but this research is also opposed to the general opinion that spreading especially in the Sulawesi’s community, that bugism is a sailor ethnic. In doing this research, the ethnography approach become the main base. This approach is believed to know the point of view from the original inhabitant, in relation to their live, to get the world’s view. Beside that, the theories of social changing become the basic theory in relation to the theme that will be touch “Modernization of the nautical matters of the Mandar’s Community. In relation to their nautical culture all this time, it is deeply regretted that the modern technology begin move and ignore the meaning of the way their traditional. Modernization is slowly but sure changing the substances of their nautical culture. The symbols of the traditional is just only to raise again “as if” to give the signal that they are still traditional, but the result of this research is on the other way round, that the symbols of traditional is raise only to the profit. The conclusion from this research is to the technology progress and to give the investment to the Mandar’s sailor in Kerayaan Island ignoring their bags on the centers of the culture, furthermore the process in happening of the elimination of the culture’s identity and the belief from their ancestor.

Kata Kunci : Sistem Sosial,Masyarakat Pelaut Mandar,Budaya,Perubahan Sosial, culture, modernization, technology and the social change


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.