Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan status gizi anak usia 6-24 bulan
ARNISAM, dr. M. Jufrie, SpAK.,PhD
2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Gizi dan Kesehatan)Latar belakang: Anak saat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat. Keadaan ini lebih buruk lagi jika bayi BBLR kurang mendapat asupan energi dan zat gizi, pola asuh yang kurang baik dan sering menderita penyakit infeksi. Pada akhirnya bayi BBLR cenderung mempunyai status gizi kurang dan buruk. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor risiko BBLR, asupan energi dan protein, pola asuh makan dan pola asuh perawatan kesehatan dan penyakit infeksi terhadap status gizi anak usia 6 – 24 bulan. Rancangan penelitian: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan case control . Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 6 – 24 bulan yang tinggal di Kecamatan Ulee Kareng. Data yang dikumpulkan adalah data antropometri dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan atau panjang badan anak. Data berat badan lahir, data pola asuh, dan data riwayat penyakit infeksi, dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data asupan energi dan protein dikumpulkan dengan menggunakan metode frekuensi makanan. Data dianalisa secara univariat, bivariat, dengan chi-square dan multivariat dengan regresi logistik berganda untuk melihat masing-masing variabel yang berpengaruh secara bersamaan. Hasil penelitian: BBLR mempunyai risiko 3,34 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang tidak BBLR. Asupan energi yang kurang mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang asupan energinya cukup, sedangkan anak dengan asupan protein yang kurang mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup. Pola asuh makan, pola asuh perawatan kesehatan dan penyakit infeksi tidak menjadi faktor risiko terhadap kejadian status gizi kurang. Kesimpulan: Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa BBLR, asupan energi yang kurang dan asupan protein yang kurang merupakan faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya gizi kurang pada anak usia 6 – 24 bulan.
Background: Low Birth Weight (LBW) infants generally have slow growth and development. The condition may get worse if they lack energy and nutrient intake, get improper rearing pattern and often suffer from infection. In the long run LBW infants tend to have poor nutrition status and malnutrition. Objective: To identify the effect of risk factors of LBW, energy and protein intake, eating and health care pattern, and infection diseases to nutrition status of infants of 6 – 24 months old. Method: The study was observational with case control design. Samples were infants of 6 – 24 months old living at Subdistrict of Ulee Kareng. Data collected consisted of anthropometry measured from weight and height/length of infants. Data of birth weight, rearing pattern and history of infection were obtained from questionnaire. Data of energy and protein intake were measured using food frequency method. Data analysis used univariable, bivariable, with chi square and multivariable with double logistic regression to find out whether each variable simultaneously affected each other. Result: Infants of LBW had risk 3.34 times greater for poor nutrition status than those without LBW. Lack of energy intake had risk 2.9 times greater for poor nutrition than sufficient energy intake. Infants in lack of protein intake had risk 3.1 times greater than those with sufficient protein intake. Eating pattern, healthcare pattern, and infection were not risk factors of poor nutrition status. Conclusion: The result of multivariable analysis showed that LBW, lack of energy intake and lack of protein intake was the most dominant risk factor for the prevalence of poor nutrition among infants of 6 – 24 months old.
Kata Kunci : Gizi Balita,BBLR