Hubungan tingkat disabilitas fisik dan kognitif dengan perawatan diri pada individu 50 tahun ke atas di Kabupaten Purworejo
TAHIR, Hapsah, Prof.dr. M. Hakimi, SpOG(K).,PhD
2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Kes. Ibu dan Anak-KeLatar Belakang: Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa sering dilihat dari umur harapan hidup penduduknya. Pada tahun 2006, proporsi penduduk di Indonesia yang berumur 50 tahun keatas sebesar 17 juta dan pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 33 juta orang. Peningkatan jumlah penduduk berumur tua cenderung akan meningkatkan fenomena disabilitas yang secara normal bersifat gradual yang akan berpengaruh nyata dalam melakukan aktivitas perawatan diri. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui prevalensi gangguan perawatan diri, disabilitas fisik dan daya ingat serta untuk mengetahui hubungan tingkat disabilitas fisik dan kognitif dengan perawatan diri pada lanjut usia. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah lanjut usia yang berumur 50 tahun keatas berjumlah 12.459 jiwa. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner SAGE-WHO dan INDEPTH oleh 63 petugas wawancara dengan 7 pengawas lapangan. Analisis data menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil: Prevalensi gangguan perawatan diri sebesar 28,2%, disabilitas pergerakan 47,77%, disabilitas penglihatan 64,12% dan disabilitas daya ingat 66,71%. Risiko terbesar terhadap gangguan perawatan diri pada kategori berat yaitu disabilitas pergerakan pada laki-laki (OR=10,93; 95%CI= 8,85 -13,50) dan perempuan (OR=19,75 ;95%CI=14,38-27,13), disabilitas penglihatan pada laki-laki (OR=3,24; 95%CI= 2,31-4,55) dan perempuan (OR=4,72; 95%CI=3,52-6,33), disabilitas daya ingat pada lakilaki (OR=5,96; 95%CI=4,10-8,67) dan perempuan (OR=6,33; 95%CI=4,53-8,86). Faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan gangguan perawatan diri adalah usia dan pekerjaan Kesimpulan: Faktor-faktor risiko yang berhubungan secara positif terhadap gangguan perawatan diri adalah disabilitas pergerakan, penglihatan dan daya ingat.
Background: One indicator of a nation's development is often viewed from life expectancy of its population. In 2006 the proportion of Indonesian population over 50 years old is as many as 17 million and in 2025 it is predicted that there will be as many as 30 million people. Increasing number the elderly tends to increase phenomena of disability which normally will take place gradually and have actual effect on self-care activity. Objective: To identify the prevalence of self care disorder, physical disability and cognitive disability and the relationship between physical and cognitive disability and self-care of the elderly. Method: The study was observational with cross sectional design. Subject of the study were as many as 12,459 elderly people of over 50 years old. Data were obtained through questionnaire of SAGE-WHO (Study on Global Ageing and Adult Health-World Health Organization) and INDEPTH (International Network for the Continuous Demographic Evaluation of Population and Their Health in Developing Countries) distributed by 63 interviews and 7 field coordinators. Data were analyzed using mutinominal logistic regression. Result: Prevalence of self care disorder 28,2%, movement disability 47,77%, sight disability 64,12% and memory disability 66,71%. The greatest risk of self care disorder which belonged to serious category was movement disability at male (OR=10,93; 95%CI= 8,85 -13,50) =; 95% CI= ) and female (OR=19,75 ;95%CI=14,38-27,13), sight disability at male (OR=3,24; 95%CI= 2,31-4,55) and female (OR=4,72; 95%CI=3,52-6,33), memory disability at male (OR=5,96; 95%CI=4,10-8,67) and female (OR=6,33; 95%CI=4,53-8,86). Sosiodemografic factor related to self care disorder were age and occupation Conclusion: Risk factors positif related to self –care disorder were disability of movement, sight and memory.
Kata Kunci : Proses Penuaan,Penyakit dan Disabilitas,Perawatan Diri, physical disability, cognitive disability, self-care, elderly over 50 years old