Diversitas Mesofauna tanah pada beberapa tipe penggunaan lahan di Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
DARWATI, Herlina, Prof.Dr.Ir. Sumardi, M.For.Sc
2007 | Tesis | S2 Ilmu KehutananKonversi hutan alam menjadi berbagai jenis penggunaan lahan yang terjadi di Kalimantan Barat dapat dipandang sebagai suatu degradasi ekosistem hutan. Perubahan komposisi penutupan vegetasi yang terjadi akibat konversi itu dapat mempengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi tapak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak perubahan penggunaan lahan tersebut terhadap keberadaan mesofauna tanah terutama dari kelompok Arthropoda dan perubahan faktor lingkungan mikro dalam tapak. Penelitian dilakukan di kawasan gunung bawang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Contoh-contoh tanah diambil secara acak proporsional menggunakan teknik pencuplikan sistematik dengan titik awal acak, dari titik awal acak. Dari 4 tipa penggunaan lahan yang paling banyak dijumpai yaitu hutan alam sekunder, kebun karet, semak resam dan lading. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan hutan alam sekunder menjadi kebun karet, semak resam dan lading menimbulkan perubahan intensitas penutupan tajuk, ketebalan dan kadar air serasah. Pada areal semak resam dan lading bahkan tidak dijumpai lagi penutupan tajuk pohon. Perubahan kondisi sistem penutupan vegetasi ternyata menimbulkan dampak berupa penurunan diversitas (menurut Shanon-Weiner) mesofauna menjadi 3,4347; 3,6022; 2,9371 berturut-turut pada kebun karet, semak resam dan ladang, dibanding diversitas hutan alam sekunder sebesar 4,1911. Pengaruh lebih lanjut akibat perubahan hutan alam sekunder menjadi kebun karet, semak resam dan ladang terjadi pada struktur komunitas mesofauna, ditunjukkan oleh penurunan indeks kesamaan komunitas menurut Sorensen yaitu secara berturut-turut 60,68 %, 49,76% dan 32,22% dibanding struktur komunitas mesofauna di hutan alam sekunder. Ketebalan lapisan bahan organik dan intensitas penutupan tajuk berperanan tinggi terhadap kelimpahan mesofauna pada hutan alam sekunder dan kebun karet, sedangkan pada semak resam ketebalan serasah lebih berperanan. Kelimpahan mesofauna pada areal ladang lebih ditentukan oleh ketebalan lapisan O dan suhu tanah. Acari cenderung mendominasi hutan alam sekunder dan semak resam. Isoptera mendominasi kebun karet, sedangkan ladang didominasi oleh kelompok Diptera. Famili-famili Carabidae, Dytiscidae, Elateridae, Lathiridiidae, Leiodidae, Pselaphidae dan Scarabaeidae oleh karena adanya keterkaitan dengan perubahanperubahan tipe penggunaan lahan dapat dikaji lebih lanjut sebagai bioindikator perubahan tersebut.
Conversion of natural forest into some land uses that happened in West Kalimantan could be considered as forest degradation. Changes in vegetation coverage due to forest degradation will influence the physical, chemical and biological features of the sites. The research aimed to evaluate the effect of land use alternation on the existence of soil mesofauna particularly those of the arthropode and the factors of soil micro environment. Experiment was held in Gunung Bawang forest area, district of Bengkayang, West Kalimantan. Soil samples were collected from 4 different land, dominating the study area uses (i.e natural secondary forest, rubber plantation, Dicranopteris bush and shifting cultivation) proporsively following systematic technique sampling with random start. The results showed that conversion of secondary natural forest into rubber plantation, Dicranopteris bush, shifting cultivation created different crown coverage intensity, litter thickness and moisture content. And even in the last two land uses there was no tree coverage at all. Change of vegetation coverage decreased the diversity of mesofauna (Shanon-Weiner index) from ,1911 in natural secondary forest to 3.4347, 3.6022, 2.9371 in rubber plantation, Dicranopteris Bush and Shifting Cultivation areas respectively. Futher effect due to conversion of natural forest into rubber plantation, Dicranopteris bush and shifting cultivation was shown by decreasing similarity index of mesofauna population into 60.68%, 49.76%, 32,22% respectively compared to the natural secondary forest. Thickness of organic matter layer and crown coverage intensity highly influenced mesofauna abundance in natural forest and rubber plantation, while litter thickness had more significant effect in Dicranopteris bush. Mesofauna abundance in shifting cultivation was highly determined by organic matter thickness and soil temperature. Acari tent to dominate natural secondary forest and Dicranopteris bush, Isoptera dominating rubber plantation, and shifting cultivation was dominated by Diptera. The families of Carabidae, Dytiscidae, Elateridae, Lathiridiidae, Leiodidae, Platypodidae, Pselaphidae and Scarabaeidae due to their close relationship with land use change could be studied further as the bioindicator of the change.
Kata Kunci : Konservasi Hutan Alam,Mesofauna Tanah,Tipe Penggunaan Lahan,Arthropoda, soil mesofauna, land use, bioindicator