Laporkan Masalah

Faktor risiko seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sradjito

GUGUN, Adang Muhammad, Dr.Med.dr. Suwarso, SpPK-K

2007 | Tesis | PPDS I Patologi Klinik

Infeksi virus hepatitis B merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Obat yang efektif terhadap virus hepatitis B belum didapatkan, oleh karenanya upaya pencegahan merupakan jalan terbaik. Rumah sakit sebagai institusi yang memberikan pelayan kesehatan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam upaya ini. Pencegahan ditujukan untuk mencegah penularan virus hepatitis B kepada tenaga kesehatan, penderita yang dirawat, maupun populasi umum. Tenaga kesehatan memiliki risiko tinggi terpajan virus hepatitis B (seropositif HBsAg). Identifikasi faktor-faktor risiko seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan di rumah sakit dapat digunakan sebagai landasan kebijakan dalam upaya pencegahan. Tujuan penelitian: mengetahui rasio odds faktor-faktor risiko seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan di rumah sakit. Rancangan penelitian: studi kasus kontrol berpasangan. Tempat penelitian: RSUP Dr. Sardjito-Yogyakarta. Subyek penelitian: Kelompok kasus adalah adalah tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito yang memiliki seropositif HBsAg. Kelompok kontrol adalah tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito yang memiliki seronegatif HBsAg dan anti-HBc serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel tergantung adalah seropositif HBsAg. Variabel bebas adalah riwayat kontak kerja (kontak darah, kontak sekret dan kontak erat), kontak seksual, kontak erat keluarga, penggunaan jarum suntik, dan transfusi. Analisis statistik: dilakukan analisis univariat terhadap masing-masing faktor risiko seropositif HBsAg untuk mendapatkan rasio odds, interval kepercayaan 95% dengan tingkat signifikansi 5%. Faktor perancu secara simultan dan menyeluruh dianalisis dengan analisis multivariat (regresi logistik). Hasil: prevalensi seropositif HBsAg tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito sebesar 5,1%. Pasangan kasus dan kontrol yang menjadi subyek penelitian sebanyak 49 pasangan. Wanita sebanyak 50 orang dan laki-laki 48 orang. Profesi perawat memiliki kasus seropositif tertinggi. Bagian bedah merupakan instalasi yang memiliki kasus seropositif tertinggi. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito adalah riwayat kontak sekret dan darah (OR: 3,4; CI 95%: 1,25-9,21) dan (OR: 2,83; CI 95%: 1,12-7,19). Kontak sekret maupun darah secara intensif lebih bermakna dibanding kontak tidak intensif. Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan interkorelasi antara kontak darah dan sekret. Kontak erat dengan pasien, kontak seksual, kontak erat keluarga, penggunaan jarum suntik bargantian dan transfusi tidak memiliki kemaknaan sebagai faktor risiko seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan. Kesimpulan: riwayat kontak sekret dan darah merupakan faktor risiko seropositif HBsAg pada tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito dengan rasio odds sebesar 3,4 dan 2,83.

Hepatitis B virus infection is still a health problem in the world wide. There is no effective therapy available, therefore the prevention of the disease is the best effort to reduce the morbidity and mortality. Hospital as a public health service institution has a responsibility in preventing the disease by avoiding transmission to health care workers, patiens and general populations. Health care workers was reported to have suffering from virus hepatitis B infection (HBsAg seropositive). Then, identification of HBsAg seropositive risk factors to health care workers are needed to be basic information to make policy. The purpose of this study is to know odds ratio of HBsAg seropositive risk factors to health care workers in the hospital. This research is a matched case control design study. Subjects are health care workers at Dr. Sardjito hospital. Case subjects are HBsAg seropositive population. Control subjects are HBsAg and anti-HBc seronegative population. All of subjects had been selected in line with inclusion and exclusion criteria. Dependent variable is HBsAg seropositive. Independent variables are occupational contact, sexual contact, close family contact, drug injection and transfusion. Statistic analysis is performed by univariate and multivariate (logistic regression). Confidence interval is 95% with significance level 5%. Result: HBsAg Seropositive prevalence of Dr. Sardjito hospital health-care workers is 5,1%. There are 49 case-control couple. Woman are 50 and man are 48. Nurses have the highest seropostive HBsAg case. Surgery department has the highest seropostive HBsAg case. Univariat analyze indicate risk factors that related to HBsAg seropositive to health care workers are discharge dan blood contact (OR: 3,4; CI 95%: 1,25-9,21) and 2,833; CI 95%: 1,12-7,19). Intensive discharge and blood contact have more significant than non-intensive. Multivariat analyze indicate there is an intercorelation between blood contact and disharge contact. Close contact, sexual contact, close family contact, nedle use and transfussion are not risk factors that related to HBsAg seropositive in Dr. Sardjito Hospital health care workers. Conclusion: Disharge and blood contact are risk factors of HBsAg seropositive in Dr. Sardjito Hospital healt care workers.

Kata Kunci : Infeksi Virus Hepatitis B,Seropositif HBsAg,Tenaga Kesehatan,risk factors-HBsAg seropositive-health care workers


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.