Perbandingan Outcome laparotomi emergensi karena trauma tumpul abdomen pada pasien gempa dengan non gempa di RS Dr Sardjito
NUGROHO, Anung Noto, dr. Marijata, SpB(K) BD
2006 | Tesis | PPDS I Ilmu BedahGempa bumi berkekuatan 6,2 skala Richter (menurut US Geological survey) melanda Jogjakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2007 pada jam 5.54 pagi hari. Episentrum gempa berada di 15-20 km tenggara Jogjakarta. Tercatat lebih dari 6.079 orang meninggal dan sebanyak 70.290 orang terluka. Trauma abdomen didapatkan 192 (1,6%) pasien, sebanyak 59 pasien (45,73% ) dilakukan laparotomi akibat internal bleeding maupun peritonitis. Trauma tumpul abdomen (TTA) merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas dalam kasus trauma secara keseluruhan. Kematian akibat trauma mempunyai kaitan dengan waktu. Ada 3 waktu kematian (trimodal peak death) yaitu mendadak, segera, dan lambat. Tujuan Mengetahui perbandingan angka mortalitas, morbiditas dan lama rawat inap pasien trauma tumpul abdomen yang dilakukan laparotomi eksplorasi pada pasien gempa dan non gempa di instalasi gawat darurat RS Dr Sardjito. Metode Penelitian ini dilakukan dengan rancangan case control observational analytical study. Semua pasien trauma tumpul abdomen yang menjalani laparotomi eksplorasi di unit gawat darurat RS Dr Sardjito Jogjakarta pada waktu gempa dan non gempa dalam kurun waktu penelitian. Outcome yang dinilai adalah hidup matinya pasien setelah menjalani operasi laparotomi emergensi dan perawatan pascaoperasi. Hasil Didapatkan 83 kasus laparotomi emergensi karena TTA, 42 pasien non gempa dan 41 pasien gempa. Perbandingan laki-laki:perempuan sekitar 4,38:1 pada kelompok non gempa dan 1,05: 1 pada kelompok gempa. Perbedaan karakteristik subyek untuk sex antar kelompok didapatkan perbedaan bermakna secara statistik (p=0,005), sedangkan untuk usia secara statistik tidak bermakna (p=0,562). Length of stay (LOS) pasien berkisar antara satu hari dan 41 hari dengan rerata 12,4 hari. Lama rawat inap untuk pasien gempa adalah 9,88 (SD 8,13) hari dan untuk non gempa 14,6 (SD 8,37) hari. Secara statistik dengan T test terdapat perbedaan bermakna antara LOS gempa dan non gempa (p=0,010). Morbiditas pasien gempa lebih banyak dibandingkan dengan non gempa tetapi dengan Chi square test secara statistik tidak bermakna (p=0,124). Mortalitas pasien gempa lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non gempa. Perbedaan outcome (mortalitas) laparotomi emergensi diukur dengan Fisher’s exact test dan memberikan kemaknaan secara statistik dengan p=0,002 dan OR= 9.286 (CI 95% 1,941-44,414). Untuk menentukan faktor yang mempengaruhi kematian, umur, sex, sepsis dan organ yang terkena diambil sebagai variabel independen dengan menggunakan analisis regresi logistik multivariate. Umur, sex, jenis organ yang terkena tidak mempunyai pengaruh terhadap mortalitas, tetapi sepsis secara statistik sangat bermakna dalam hubungan dengan mortalitas pasien (p<000), dengan OR=24 (95% CI 5,659-101,785). Simpulan Angka mortalitas laparotomi emergensi karena trauma tumpul abdomen pada pasien gempa lebih tinggi dibandingkan non gempa.
An earthquake of magnitude 6.2 on the Richter scale (according to the US Geological survey) struck the Indonesian provinces of Jogyakarta and Central Java on 27 May 2006 at 5.54 am. The epicenter was 15 - 20 km southwest of Jogyakarta. At least 6.079 people died and 70.290 people were injured. A hundred and ninety two patients (1. 6%) were diagnosed with abdominal trauma and 59 (45. 73%) of them were admitted to operating theatre to undergo surgery due to peritonitis or internal bleeding. Blunt abdominal trauma (BTA) is a leading cause of morbidity and mortality in all cases of trauma. Death due to trauma has correlation to time. Trimodal peak deaths are suddenly, early and delay. Objectives The aim of this study is to compare mortality rate, morbidity rate and length of stay (LOS) of BTA’s patients whom undergoing exploratory laparotomy between they were related earthquake injury (group E) and not related (group NE) in Emergency Department (ED) Sardjito Hospital Jogjakarta Methods A case control observational analytical study was performed. BTA’s patients undergoing exploratory laparotomy in ED Sardjito Hospital were assessed. The outcome was survive or not survive after performed procedure and treated postoperative. Results Subjects consisted of 83 patient’s (41 patients group E and 42 group NE). Male: female (1.05: 1 in group E and 4.38:1 in group NE). There were no significant differences between the group in terms of age (p=0.562) but not in sex (p=0.005). The average LOS in group E was 9.88 (SD 8.13) days and 14.6 (SD 8.37) days for NE. Stastistically this diference was significant (T test p=0.010). Morbidity was higher in group E than group NE, but significant statistically (Chi Square test p=0.124). Mortality in first group was also higher than second group and significant (Fisher’s exact test p=0.002) OR= 9.286 (CI 95% 1.941-44.414). For determination of the factors that affecting mortality, sex, age, sepsis and the involved organ were taken as independent variables in the multivariate logistic regression analysis. sex, age and the involved organ had no signifcant in affecting mortality, but in sepsis was significant statistically (p<000, OR=24 95% CI 5.659- 101.785). Conclusions The rate of mortalilty emergency laparotomy due to BTA in group E was higher than in group NE.
Kata Kunci : Trauma Tumpul Abdomen,Laparotomi Eksplorasi,Pasien Gempa,Blunt abdominal trauma-earthquake- emergency laparotomy- mortalilty