Laporkan Masalah

Pengarh perubahan tataguna lahan terhadap puncak banjir pada Daerah ALiran Sungai Cisaranten di Kota Bandung

PURWANTO, M. Satrio, Dr.Ir. Istiarto, M.Eng

2007 | Tesis | S2 Teknik Sipil (Magister Pengelolaan Bencana Alam

Sungai Cisaranten bermuara di Sungai Cikeruh, bagian tengahnya melewati suatu kawasan yang akan dikembangkan menjadi daerah perkotaan disebelah Timur Kota Bandung, yaitu kawasan Gedebage. Sungai Cisaranten sangat potensial menyebabkan banjir di kawasan Gedebage, penyebabnya adalah terganggunya fungsi hidrologis karena banyaknya konversi lahan di DAS Cisaranten, konversi dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun (pemukiman, industri, jalan, dan fasilitas lainnya), sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin berkurang. Untuk mengatasinya perlu merehabilitasi DAS Cisaranten dengan reboisasi dan penataan penggunaan lahan. Agar diperoleh penanganan yang efektif, perlu adanya kajian tentang pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap puncak banjir pada Sungai Cisaranten. Kajian ini terbatas pada pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap puncak banjir akibat satu kejadian hujan (single event), melalui simulasi skenario perubahan penggunaan lahan dengan cara merubah ladang, sawah dan kebun campur menjadi hutan lindung atau pemukiman. Untuk menduga besarnya puncak banjir yang terjadi pada Sungai Cisaranten digunakan model hidrologi ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation). Simulasi pada kondisi tataguna lahan tahun 2004 menggunakan curah hujan harian DAS sebanyak delapan, masing-masing sebesar 5, 15, 25, 35, 45, 55, 65 dan 75 mm, sedangkan pada simulasi dengan berbagai skenario perubahan lahan, curah hujan harian DAS yang dipergunakan sebesar 65 mm. Adapun distribusi hujannya menggunakan distribusi hujan terukur dan distribusi hujan Tanimoto. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan lahan sawah, ladang dan kebun campur menjadi pemukiman atau hutan lindung berpengaruh terhadap perubahan puncak banjir pada Sungai Cisaranten. Dari analisa hasil simulasi diketahui bahwa setiap penambahan areal pemukiman sebesar 5% dapat menaikkan puncak banjir sebesar rata-rata 2.35%, sedangkan setiap penambahan areal hutan lindung sebesar 5% dapat mereduksi puncak banjir sebesar rata-rata 6.79%. Penambahan areal hutan lindung menambah waktu konsentrasi (Tc) menjadi lebih lama/panjang. Sebaliknya penambahan areal pemukiman mengurangi waktu konsentrasi menjadi lebih cepat/pendek.

Cisaranten River empties in Cikeruh River. The central part of the river flows through an area that will be developed into an urban area to the East of Bandung City that is Gedebage area. Cisaranten River is potential, thus causing flood in Gedebage area that result from the destruction of hydrological function. The destruction of the hydrological function mostly results from the conversion of land in Cisaranten basin, the conversion of water absorbing area into building area (residences, industries, roads and other facilities), so water absorption gets lower and lower. Rehabilitating Cisaranten basin by means of reforestation and the rearrangement of land use is necessary to overcome the problem. To handle it effectively, there should be an analysis on the effect of rearranging the method of making use of land on the peak discharge at Cisaranten River. The analysis is restricted to the effect of rearranging the method of making use of land on massive flood resulting from rainy event (single event), through the scenario simulation of change of land use, converting field, rice field and varied farming land into either protected forest or residence. To predict the scale of the peak discharge at Cisaranten River, model hydrological ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation) is applied. Simulation on the method of making use of land in 2004 used the scale of daily rainfall basin of eight which each had the scale of 5, 15, 25, 35, 45, 55, 65 and 75 mm and the simulation on the various scenarios of change of land use, the scale of daily rainfall basin used was 65 mm. The rain distribution used was measured one and Tanimoto rain distribution. The results of the simulation shows that the conversion of rice field, field, and varied farming land into either protected forest or residences has an effect on peak discharge at Cisaranten River. Analysis on the results of the simulation shows that extending the residence of 5% may increase the peak discharge of 2.35%, and extending the protected forest of 5% reduce peak discharge of 6.79%. Extending the area of protected forest makes time concentration (Tc) more longer. On the contrary extending the area of residences makes time concentration more shorter.

Kata Kunci : Bencana Banjir,Tataguna Lahan,DAS, ANSWERS model, time concentration and protected forest


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.