PLTU Batubara skala kecil sebagai layanan PLN dengan harga jual kompetitif

SULISTYO, Purnomo Willy Budi, Ir. Tumiran, M.Eng.,Ph.D

2007 | Tesis | S2 Teknik Elektro (Magister Sistem Energi Listrik)

Perubahan harga minyak dunia yang sangat tinggi dan tarip listrik yang dirasakan kalangan industri sangat tinggi, menuntut kalangan industri untuk mencari alternatif dalam memenuhi kebutuhan energinya. Biaya penyediaan listrik oleh PLN dengan berbagai macam pembangkit memberikan masukan kepada pengusaha tentang jenis pembangkit yang dirasakan paling kompetetitif dibandingkan tarif listrik PLN. Pembangkit yang memiliki biaya produksi paling sesuai untuk digunakan adalah PLTU dengan bahan bakar batubara. Penggunaan PLTU selain untuk memenuhi kebutuhan listriknya, juga dapat dioperasikan sebagai kogenerasi dengan memanfaatkan uap panasnya untuk proses produksi. Dengan demikian pengusaha tidak perlu membangun boiler sendiri untuk memenuhi kebutuhan panasnya. Secara sistem, PLTU harus dioperasikan sebagai penanggung beban dasar dan terus menerus, sedangkan beban mesin-mesin pabrik berfluktuasi, maka untuk memperoleh efisiensi yang tinggi PLTU tersebut diinterkoneksikan dengan jaringan PLN. Studi kasus di sini adalah PLTU milik PT Pura Barutama, sebuah pabrik kertas yang berada di Kudus, Jawa Tengah. Analisa biaya penyediaan energi diawali dengan mendata kebutuhan listrik dan uap panas pabrik dan lingkungannya yang selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya kapasitas pembangkit PLTU Kogenerasi. Berdasarkan data penggunaan listrik sebesar 10 MW dan uap rata-rata 17,5 Ton per jam, maka ditentukan kapasitas pembangkit yang sesuai adalah 2 x 7,5 MW. Setelah diketahui besarnya kapasitas PLTU, maka dilakukan analisa ekonomi terhadap investasi pembangunan PLTU Kogenerasi, biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya bahan bakar. Perhitungan biaya pokok produksi menggunakan aplikasi PT PLN (Persero). Berdasarkan data pemakaian energi (listrik dan uap), maka faktor kapasitas PLTU sebesar 95%. Hasil yang diperoleh dari perhitungan simulasi dengan faktor kapasitas 95 % diperoleh biaya pokok produksi listrik PLTU Kogenerasi sebesar Rp. 588,76 per kWh. Harga jual listrik ke PLN sebesar Rp. 425,- per kWh. Biaya penyediaan energi unutk pabrik terdiri dari listrik (pemakaian pabrik dan pemakaian sendiri PLTU) sebesar Rp. 555,66 per kWh dan uap panas sebesar Rp. 85,- per kg. Sedangkan tarif listrik multiguna industri yang diberlakukan oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sebesar Rp. 800,- per kWh. Dengan demikian, penggunaan PLTU Kogenerasi lebih menguntungkan dibandingkan membeli listrik dari PLN dan membangun boiler untuk uap.

Sharp increased of the world oil price and high electricity tariff, demanded the industrialist to find an alternative solution to meet their energy demand. By using of PLN cost of energy supply which is the system least cost generated by several type of power plant, the industrialist became well known on the most competitive plant alternatives compare to PLN tariff. Coal steam power plant as the lowest energy generation cost was selected as the best solution. Coal steam power plant can be designed and operated as a co-generation, so that the can use the residual pressure steam as a secondary benefit to support the factory production process in addition to the main objective as an energy production. The need of construction of a separate steam boiler then would not be necessary. Since, the coal steam power plant technically designed as a base load power plant, on the other hand , the factory machine load requirement are fluctuated based on the mode of production, so that the interconnection with the PLN grid is required to increase the efficiency of the plant. Steam power plant own by PT. Pura Barutama, a pulp paper factory located in Kudus, Central Java used as a case study. The analysis of the energy cost of supply, started from the evaluation of the demand on energy and steam requirement of the factory and the auxciliaries equipment, then the result finally used to determine the optimum capacity of the Co-generation plant. The optimum capacity of the power plant was decided of 2 x 7.5 MW, based on the data of the factory electricity demand of 10 MW and average steam requirement of 17.5 ton/hour. The economic analysis on the investment cost of the power plant and the cost of operation and maintenance would then be evaluated. The cost of production was calculated by using the PLN application software. The capacity factor of the power plant was decided as of 95 %, based on the data of energy used ( energy and steam ). The simulation with the capacity factor of 95 % , resulted the average energy production cost of the Co-generation plant of 588.67 rp/kwh, while the energy selling price to PLN is 425 rp/kwh. Cost of energy supply to the factory including plant own use is 555.66 rp/kwh and steam cost of 85 rp/kg. Considering the PLN industry “ multiguna “ tariff category of 800 rp/kwh as applied by PLN Central Java & Yogyakarta, it can be concluded that the development of Steam Co-generation Power Plant is more advantage compare to an alternative of buying energy from PLN and to construct a steam boiler separately

Kata Kunci : Tarif Listrik,Pembangkit Listrik,Bahan Bakar Batubara