Laporkan Masalah

Komodifikasi dan popularisasi Musik Campursari :: Seni tradisi Jawa dalam bayang-bayang kapitalisme global

JUMANTO, Hari, Dr. Heru Nugroho

2007 | Tesis | S2 Sosiologi

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang dinamis. Ia aktif mengikuti perubahan dan perkembangan zaman agar tidak lapuk dimakan sang waktu. Telah terbukti sepanjang sejarah bahwa bahasa, kesenian, teknologi bahkan agama orang Jawa terbuka terhadap arus budaya kontemporer yang aktual dan up to date. Demikian juga dalam bidang seni tradisi, khususnya lagi seni musik. Musik Jawa yang dinamakan karawitan, sejak terbukanya arus modernisasi, mulai bersentuhan dengan aliran-aliran baru yang kemudian sari-sarinya diinternalisasi dan dipadukan dengan sari-sari musik asli dan karena itu lahirlah genre baru yang oleh Manthou’s, Sang Perintis, dinamakan Campursari. Dalam irama Campursari terdapat unsur musik pop, keroncong dan dangdut. Musik ini dengan cepat melaju menjadi musik popular di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta berbagai kota besar dan negara di mana orang Jawa tinggal. Bersamaan dengan popularnya musik ini, industri musik yang dikendalikan oleh modal pun berebut peluang untuk mencari dan memupuk keuntungan. Mereka berlomba-lomba mengemas dan menyajikan Campursari sebagai komoditas baru dan sayangnya mengesampingkan nilai-nilai esensi dalam kebudayaan. Seiring dengan perkembangan seni itu, pada tingkat sosiologi masyarakat pun ada suatu yang berubah. Keterbukaan dalam mengungkapkan ide, pemikiran, seksualitas dan kuatnya ekspresi individual bak gayung bersambut dengan syair-syair yang ekspresif, vulgar dan blak-blakan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain multi kasus, yakni pada Campursari Gunungkidul (CSGK) pimpinan Manthous, Campursari Sidorukun Gunungkidul (SRGK) pimpinan Tejo dan Campursari Edy Laras pimpinan Edy Subroto. Ketiganya dipilih karena merupakan group yang telah menelorkan album baik kaset, VCD atau DVD dan telah beredar di pasaran secara luas; telah melakukan penciptaan lagu, aransemen, dan berhasil mementaskannya di panggung dengan indikasi adanya pencipta lagu, aranjer (penata musik) dan penyanyi; dan secara lokalitas berada di Kabupaten Gunungkidul, tempat di mana Campursari bermula dan berkembang untuk pertama kalinya. Adapun penelitian terbatas ini dilakukan dalam waktu enam (6) bulan, sejak Oktober 2006 – Maret 2007 dengan melakukan metode analisa verstehen terhadap perkembangan ketiga group tersebut. Data dikumpulkan melalui album-album, data pers, wawancara terhadap pelaku serta penonton ketiga group Campursari, di Gunungkidul dan Yogyakarta. Akhir penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa dorongan dan semangat kapitalisme yang sekedar mementingkan produksi massal, murah, demi penumpukan kapital akhirnya berimplikasi pada rendahnya tanggung jawab moral, rendahnya kontemplasi, munculnya irrasionalitas sehingga terjadi krisis makna dan dehumanisasi. Selanjutnya penelitian ini merekomendasikan bahwa di tengah bayang-bayang kapitalisme global saat ini, para seniman dan industri Campursari agar berani berhitung di titik mana ia berdiri, lalu mengorganisir diri agar jangan sekedar larut dalam mekanisme pasar, tetapi melakukan pembelaan terhadap eksistensi budaya lokal.

Javanese people is a dinamic society that active follows world’s changes. The languages, arts, tecnology although Javanese ideology open for arus contemporery culture mainstream that actual and up to date. Hovewer in tradisional art, especially in music art. Javanese music that call karawitan, since modernisation era, touch with news genre which those abstract internalisized and hibrydized by abstract of modern music instrument. So that, turn up the new genre called Campursari by Manthou’s as an author. In the Campursari's rhythm there is essence of pop music, keroncong and dangdut. This music swiftly accelerate to become popular in Central Java, East Java and Special Region of Yogyakarta, and also various metropolis and state where Javanese remain. At the same time, music industry controlled by scrambling capital even also opportunity to look for and fertilize the advantage. They are competed to present Campursari as new potential commodity. Unhappily overrule the values essense in culture. Along with that artistic growth, at level of society even also there is a changing. Openness idea, sexuality and its strength as individual expression, vulgar and blak-blakan. This research aims to describe why and what are the implication of the popularization and commodification of Campursari music. This research use case study method by multicase design, namely Campursari Gunungkidul (CSGK) head by Manthou’s, Campursari Sidorukun Gunungkidul (SRGK) head by Tejo and Campursari Edy Laras head by Edy Subroto. The third group selected because representing group which has album : cassette, VCD or DVD and have circulated in market widely. Those group also have song creation, aranger, and succeed to show in podium. Beside that, those group reside in the Sub-Province Gunungkidul, where Campursari begin and expand for the first time. As for research limited during six month only, since October 2006 - March 2007. Data collected through the album, mass media, interview to perpetrator and also audience of group Campursari, in Gunungkidul and Yogyakarta. At the final of this research take the conclusion that motivation and spirit of capitalism which is simply making account of mass production, cheap, for the shake of heaping kapital, finally have implication at lowering of moral responsibility, low contemplation, appearance irrasionality so that happened the crisis of mean and dehumanisation. Hereinafter this research recommend that in the middle of global capitalism in this time, all actor and industrial of Campursari have to be dare to calculate where is he stand up, then organize themself in order not to simply dissolve in market mechanism, but defence the existence of local culture.

Kata Kunci : Kapitalisme Global,Seni Tradisi Jawa,Komodifikasi dan Popularisasi Musik,Campursari, campursari, commodification, popularisation


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.