Laporkan Masalah

Nasr Hamid Abu Zayd on Qur'anic Hermeneutic Discourses :: a Linguistic Perspective

SIREGAR, Ferry Muhammadsyah, Prof.Dr. Machasin

2007 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan Agama

Akhir-akhir ini, perkembangan study-study al-Qur’an telah dibarengi dan diarahkan oleh perkembangan ilmu-ilmu social dan filsafat, khususnya linguistic, semantic dan hermenetika. Kajian teks al-Qur’an dari aspek sastra dan linguistic telah banyak menarik perhatian pemikir dan peneliti modern kontemporer. Nasr Hamid Abu Zaid, misalnya, mengatakan bahwa merupakan suatu hal yang sulit untuk menghindar dari kesimpulan dimana pendekatan jenis ini merupakan pendekatan yang menjanjikan dimasa mendatang.1 Tesis ini mendiskusikan dan memfokuskan diri atas beberapa pertanyaan penting seputar bagaimana Nasr Hamid Abu Zaid menjelaskan tentang interpretasi al- Qur’an dengan menggunakan pisau analisis linguistik, bagaimana dia menggunakan pendekatan ini dalam menafsirkan al-Qur’an, serta apakah pengaruhnya dalam study al-Qur’an kontemporer. Disamping itu, riset ini juga diupayakan untuk melacak jejakjejak sejarah terhadap model dan jenis tafsir yang menggunakan pendekatan linguistik. Ini juga bertujuan untuk menjelaskan pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid dan kritiknya terhadap study al-Quran, disamping juga untuk mengetahui batasan-batasan pandangan linguistik dan aplikasinya dalam menafsirkan al-Qur’an. Study ini juga mensyaratkan adanya penelitian literature. Untuk menghimpun data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Ini dilakukan dengan mencari semua perangkat berupa catatan-catatan, manuskrip, buku-buku, majalah dan publikasi lainnya. Dalam perspective linguistic, penulis melihat bahwa ilmu-ilmu seputar kebahasaan yang harus diketahui oleh mufassir al-Qur’an meliputi morphology, semantik, semiotika dan etymology. Semua ilmu-ilmu tersebut berhubungan erat dengan kata-kata. Sang mufassir juga harus mempelajari aturan-aturan nahwu dan I’rab. Dia juga harus memahami ilmu balaghah termasuk semua cabangnya seperti ilmu ma’ani, bayan dan badi’ dan seterusnya. Untuk mempelajari dan menafsirkan al- Qur’an secara objektif, Abu Zaid menekankan bahwa bahasa arab secara umum dan penggunaannya secara histories dalam masyarakat arab dan teks al-Qur’an telah mengubah banyak makna istilah dan terma pra arab Islam. Dapatlah dikatakan bahwa kontribusi baru dalam pendekatan Nasr Hamid Abu Zaid ini adalah penggunaannya akan teori linguistik khususnya teori linguistik strukturalisme yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure. Secara mendasar, dia menggunakan konsep system tanda dari teks dalam menganalisa teks al-Qur’an. Disamping itu juga, ada ide tentang parole dan langue untuk membedakan antara firman tuhan dan perkataan manusia untuk memecahkan kebekuan penafsiran. Dalam menggunakan konsep ini, konsep majaz atau metaphor juga dibutuhkan. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa ide-ide Mu’tazilah dan pandangan linguistic modern telah banyak mempengaruhi Nasr Hamid Abu Zaid dalam pendekatan linguistiknya bagi penafsiran wacana tentang tafsir al-Qur’an. Walaupun semua aspek study-study alQur’an khususnya tafsir tidak lah bisa diselesaikan hanya dengan perspektif linguistic strukturalisme, tetapi sebagai sebuah perspektif keilmuan, linguistic strukturalisme telah memberikan sebuah kontribusi ilmiyah dalam study-study al-Qur’an. Disamping itu juga, perspektif ini telah banyak memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi para peneliti dan ilmuan yang menggunakannya sebagai sebuah pisau analisa. Sehingga, linguistic strukturalisme layak mendapat respon dan appresiasi yang layak.

Recently, development of Qur'ānic Studies has been followed and directed by the progress of the social sciences, especially linguistic, semantic, and hermeneutic. To examine the text of the Qur'ān from literary and linguistic point of view has attracted modernist researchers to this field. Nasr Hāmid Abū Zayd, for instance, says that it is difficult to avoid the conclusion that this kind of approach is the prospective approach in the future.1 According to him, Islamic studies and Qur'ānic studies are based on the text. The studies of the Qur'ān as a linguistic text bring us to use linguistic and literary studies. So, Nasr Hāmid Abū Zayd adopts and employs the latest theories of linguistic, semiotic, and hermeneutic in his study of the Qur'ān. This thesis is to discuss and focus on some important questions such as what is Nasr Hāmid Abū Zayd’s explanation about the interpretation of the text in the Qur'ān by using a linguistic perspective?, how does he employ this approach in interpreting the Qur'ān?, and what are the effects of employing the linguistic approach in contemporary Qur'ānic studies?. Besides, this research is to trace the history of interpretative models using a linguistic approach. It also aims to describe Nasr Hāmid Abū Zayd’s thought and his critics toward the study of the Qur'ān and to understand the limits of linguistic perspective and its application in interpreting the Qur'ān. This study requires literature research. For gathering the data, the writer uses the method of documentation. It is done by searching all variables from notes, manuscripts, books, magazines, and other written publications. In linguistic perspective, the writer sees that the sciences about the language which have to be known by mufassir include morphology, semantic, semiotic, and etymology. All these sciences deal with words. He also must study about the rules of nahw (grammar) and i'rāb. He also must understand balāgha (rhetoric) with its branches ma'ānī, bayān, and badī' and the others in Arabic. To study and interpret the Qur'ān objectively Abu Zayd states that mufassir has to recognize that the Qur'ānic language describe its authority from the Arabic language (al-lisān al-'arabī) in general and from its historical use in Arabic society and the Qur'ānic text had changed the meaning of some pre-Islamic Arabic terms. It can be said that new contribution in Nasr Hāmid Abū Zayd's approach is that he employs contemporary modern linguistic theory especially linguistic structuralism introduced by Ferdinand de Saussure. Basically, he uses the concept of sign system of the text in analyzing the Qur'ānic texts and also the idea of langue and parole to distinguish between kalām ilāhī (divine words) and human language in order to break the stagnancy of interpretation. To employ this concept, the concept of metaphor (majāz) introduced by Mu'tazilite is also needed. So, it can be assumed that the ideas of Mu'tazilite and modern linguistic perspective much influenced his linguistic approach on Qur'ānic hermeneutic discourses. Although all aspects of Qur'ānic Studies especially tafsīr can't be solved by linguistic structuralism, but as a perspective of science, linguistic structuralism has given a scientific contribution in the modern and contemporary studies of the Qur'ān. Besides, linguistic structuralism also has significant influences and there are several scholars who employ it as the analyses tool. So, linguistic structuralism is proper to get the fair response and appreciation.

Kata Kunci : Al Qur'an,Analisis Linguistik,Nasr Hamid Abu Zaid, Quranic Hermeneutic, Linguistic Perspective, Mufassir


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.