Pengaruh penambangan batugamping terhadap air tanah Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
WIDYASTUTI, Himawati, Prof.Dr. Sutikno
2007 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganSemakin berkembangnya aktivitas penambangan batugamping akan berdampak pada kerusakan lahan, turunnya potensi air tanah dan kondisi sosial-ekonomi penduduk. Penelitian tentang pengaruh aktivitas penambangan batugamping ini dilakukan di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian tersebut dilakukan di 9 lokasi penambangan batugamping dan 7 lokasi sumur uji. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (i) mengetahui tingkat kerusakan lahan akibat penambangan dan mengevaluasi pengaruh kegiatan penambangan batugamping terhadap potensi air tanah, (ii) mengkaji pengaruh ketersediaan air tanah terhadap kondisi sosial-ekonomi penduduk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah (i) data fisik penambangan ; (ii) data kuantitas air tanah; (iii) data kualitas air ; (iv) data sosial-ekonomi berupa variabel sosial dan variabel ekonomi. Analisis hasil penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk evaluasi tingkat kerusakan lahan akibat penambangan dan metode deskriptif kualitatif untuk evaluasi potensi air tanah dan sosial-ekonomi penduduk terhadap kebutuhan air tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lahan akibat penambangan batugamping yang terbagi menjadi 3, yaitu tingkat ringan terdapat pada Lokasi 3 (Bedoyo Kulon) dan Lokasi 6 (Ngalasombo) ; tingkat sedang terdapat pada Lokasi 2 (Bedoyo Lor), Lokasi 5 (Bedoyo Kulon), Lokasi 7 (Ngrombo), Lokasi 8 (Ngrombo); tingkat berat terdapat pada Lokasi 1 (Bedoyo Lor), Lokasi 4 (Bedoyo Kulon) dan Lokasi 9 (Ngrombo). Penambangan batugamping menyebabkan berkurangnya akuifer batugamping, sehingga kuantitas air tanah juga akan berkurang. Penambangan batugamping secara tidak langsung juga mengakibatkan penurunan kualitas air tanah. Kegiatan penambangan di Desa Bedoyo semakin berkembang. Jika kegiatan tersebut berlanjut hingga cadangan habis akan menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar Rp.98.624.285.280,-. Akifer batugamping akan kehilangan kapasitasnya sebesar Rp.639.287.112,- per tahun. Bagaimanapun juga nilai kehilangan kapasitas air tidak sebanding dengan keuntungan ekonomi yang didapatkan dari penambangan batugamping. Untuk memenuhi kebutuhan air, penduduk menggunakan air telaga atau membeli air dari PDAM dengan beban biaya sebesar Rp. 2.200,- tiap m3.
The more increasing limestone mining activity will affect the land degradation, the decrease of groundwater potential and the condition of social-economic inhabitants. This research was carried out in Bedoyo Village, Ponjong District, Gunungkidul Regency. This research was carried out in 9 limestone mining locations and 7 wells location. The purposes of this research are (i) to know the degradation of land damage and evaluate the influence of limestone mining activity on the ground water potential, (ii) to study the influence of groundwater availability on the condition of socio-economic inhabitants. The research used survey method. There are some data collected in this research. They are (i) physical mining data ; (ii) groundwater quantity data ; (iii) groundwater quality data ; (iv) socio-economic data which is in the social variables and economic variables. Data analysis in this research used the descriptive quantitative method to evaluate of the level of land damage as the result of mining, descriptive qualitative method to evaluate of ground water potential and socioeconomic condition of inhabitants towards the need of ground water. The results of this research shows the degradation of land as the result of limestone mining was divided into 3, that are low level in Location 3 (Bedoyo Kulon) and Location 6 (Ngalasombo) ; medium level in Location 2 (Bedoyo Lor), Location 5 (Bedoyo Kulon), Location 7 (Ngrombo) and Location 8 (Ngrombo) ; high level in Location 1 (Bedoyo Lor), Location 4 (Bedoyo Kulon) dan Location 9 (Ngrombo). The mining limestone activity causes the reduction of limestone aquifer, so the quantity of ground water will also decrease. Limestone mining activity indirectly also results the decrease in groundwater quality. Mining activity in Bedoyo Village if it is continuously happen until the reserve run out, it will provides the economic profit Rp.98.624.285.280,-. Whereas groundwater aquifer will loose its capacity Rp.639.287.112.- per year. Anyway, the value of the water lost capacity was incomparable by economic profit that was obtained from limestone mining companies. To fulfill the water, inhabitants use the lake water or bought water from PDAM with cost Rp.2.200.- per m3.
Kata Kunci : Lingkungan,Penambangan Batu Gamping,Air Tanah, limestone mining, karst, groundwater